WA 8

38.2K 3.4K 46
                                    

Hari ini Serena janjian dengan Ghea untuk makan malam bersama di luar. Kemarin Rehan menceritakan tentang Diaz yang menyukai Ghea, bahkan sudah melamar gadis itu namun ditolak oleh sepupunya. Serena sudah siap dengan balutan gamis baby pinknya dengan jilbab yang senada. Bicara mengenai Diaz, Serena benar-benar tak menyangka bahwa kakaknya itu akan jatuh hati kepada Ghea dimana tak pernah nampak di publik. Kakaknya tak pernah terlihat menyukai sepupunya itu yang ada justru Diaz selalu kesal karena Ghea selalu ketus terhadapnya.

Rehan baru mengangkat kepalanya melihat saat istri merjalan menghampirinya yang sudah di siap sejak tadi. Mata rehan terpana melihat istrinya memakai gamis berwarna merah muda tersebut, kontras dengan kulitnya yang putih. Sedangkan Serena yang merasa di perhatikan lagi-lagi bersemu.

"Mas Suami," Cicit Serena malu.

Rehan terkekeh, ia mengambil tangan istrinya lalu menuntun gadis tersebut keluar dari rumah mereka menuju mobil yang terparkir di halaman. Mereka siap untuk berangkat menuju tempat tujuan. Sebelumnya Serena mengetikkan sesuatu di ponselnya dan mengirimnya kepada Ghea—memberitahu gadis itu bahwa ia dan suaminya sudah jalan menuju restauran. Janjian sama Ghea tidak akan jauh-jauh dari restauran, lidah sepupunya itu sangat tahu tempat makanannya yang bikin nagih dan jangan abaikan harganya yang bikin dompet bolong.

"Mas Suami sudah menghubungi Kak Diaz?" Tanya Serena saat mereka masih di dalam mobil.

"Sudah tadi. Seharusnya dia sudah di sana." Jawab Diaz melirik istrinya. Ia tak ingin melihat istrinya itu terang-terangan karena posisinya sebagai pengemudi akan membahayakan kalau ia hilang fokus. Jadilah ia hanya melirik sekilas saja. "Kita sudah kayak biro jodoh, ya, Mbak istri." Gumam Rehan terkekeh.

Serena menyetujui, "haruskan kita menetapkan bayaran?" Gurau Serena. Rehan justru tertawa, ia membayangkan jika hal tersebut didengar oleh Diaz sebagai clientnya. Tentu Diaz akan memberenggut kesal dan protes panjang lebar dari sahabatnya itu.

Mereka akhirnya sampai di sebuah retaurant ala Jepang, belum masuk saja Serena sudah bisa menebak harga yang ditawarkan oleh restauran tersebut. Tapi ia tidak masalah akan hal tersebut mengingat bahwa makan mereka kali ini tentu tidak akan menguras dompet suaminya melainkan menguras dompet sang dokter tajir yang tak lain adalah kakaknya sendiri. Ia turut prihatin terhadap kakaknya karena menjatuhkan hati kepada Ghea. Selain karena Ghea yang omongannya nyelekit sampai bikin tulang sakit, tapi juga sepertinya gadis itu sudah memiliki daftar restauran yang menurutnya enak seantero Jakarta dan sekitarnya. Selama ini ketika Serena menemani gadis itu makan, Serena tak pernah mengunjungi restauran yang sama dua kali. Mereka akan berada di restauran lain, padahal Serena saja baru tahu akan keberadaan tempat-tempat tersebut.

Sepertinya kakaknya harus bekerja lebih giat lagi nanti seandainya pinangan kakaknya diterima oleh Ghea. Kalau Ghea ditanya apakah gadis itu menyukai makanan rumah atau tidak, gadis itu selalu menjawab "aku tidak ingin menjadi orang munafik, Ren. Aku lebih suka makanan di luar. Secara makanan itu diolah oleh mereka yang sudah kompeten. Tapi bukan berarti aku menganggap orang yang bilang bahwa mereka menyukai makanan rumah itu munafik, ya, bukan itu. Selera orang beda-beda, pun dengan kesesuaian lidah mereka dengan makanan."

Saat mereka masuk ke dalam, mereka sudah melihat keberadaan Ghea duduk di salah satu kursi di dekat kaca tembus pandang ke luar sana. Ghea sibuk dengan ponsel di tangannya tak menyadari kedatangan Serena dan Rehan.

"Assalamualaikum," Sapa Serena.

Ghea mengangkat kepalanya dan dengan cepat menutup ponselnya itu—menyambut Serena dan mencium pipi kiri dan kanan sepupunya kemudian mereka berpelukan hangat di akhir. Sedangkan kepada Rehan, ia hanya menangkupkan tangan di depan dada dan tersenyum jahil.

WEDDING ArtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang