Hari ini adalah pertama kali masuk kuliah setelah hampir dua bulan libur semester. Aka melangkahkan kakinya memasuki fakultas ekonomi dan bisnis yang sudah tak asing lagi baginya.
Jam tangannya menunjukkan pukul 06.30, yang berarti masih ada sekitar 30 menit sebelum kelas pertama dimulai. Aka memang terbiasa untuk datang lebih awal dan menunggu di depan kelas.
Apa yang ia lakukan? Hanya duduk sambil membaca materi kuliah atau mendengarkan musik melalui smartphone android miliknya.
Namun setibanya di depan kelas, Aka melihat teman-teman yang akan menjadi teman sekelasnya di mata kuliah hari ini sudah datang terlebih dahulu. Ia memejamkan mata, mencoba mengontrol emosinya agar tidak meledak di hari pertama kuliah.
"Ah, selamat pagi cewek sok kecantikan. Apes banget gue sekelas sama lo!"
"Wah, kprs aja deh gue. Males banget sama manusia sok jual mahal kayak dia."
Aka tidak menghiraukan perkataan dua gadis yang sedang berdiri bersidekap di depannya. Ia memilih untuk duduk di kursi kosong yang ada disana, namun sepertinya ia kurang cepat. Salah satu gadis tersebut meraih kursi yang akan Aka duduki dan menggesernya jauh dari jangkauan Aka.
"Oops... Duduk dibawah aja gih! Kursinya mau gue buat duduk."
"Pelakor emang cocoknya di bawah sih, kan hina. Hahahaha.."
Aka menghela napasnya. Ia memilih duduk di selasar yang dingin dikarenakan hujan pagi ini. Dua gadis tersebut tertawa mengejeknya. Namun, Aka tetaplah Aka. Ia memilih menutup mulut berharganya daripada harus berdebat dengan mereka.
Karena menurut Aka, hal seperti ini sudah biasa. Di ejek dan di jauhi para gadis di kampusnya dengan alasan yang tidak Aka ketahui.
Mata kuliah yang akan berlangsung 20 menit lagi adalah manajemen lintas budaya. Aka membuka laptopnya dan membaca materi. Tak lupa ia memasang earphone agar tidak mendengarkan pembicaraan orang lain. Lebih baik menutup telinganya dari omongan yang Aka tau akan menyakitinya dan membuatnya marah.
Aka hanya bisa fokus memahami materi selama 10 menit. Aktivitas Aka terganggu karena ia merasa terjadi keributan di depannya. Benar saja, disana berdiri Nabella dan Winda yang sedang berdebat ramai dengan dua gadis yang pagi tadi mengganggunya.
Aka melepaskan earphone miliknya dan berdiri menghampiri kedua temannya.
"Kalo lo gak mau jawab Winda, mending jawab gue sekarang. Ngaku sama gue, lo berdua kan yang nyuruh Aka duduk di lantai selasar?" Nabella bertanya dengan wajah datar menusuknya.
Aka bisa melihat dua gadis di depannya sedikit ketakutan mendapat pertanyaan dari Nabella. Pasalnya, Nabella memang terkenal akan sifatnya yang galak kepada siapapun yang mengganggunya atau mengganggu orang yang dekat dengannya.
"NGAKU ANJING!"
"IYA KITA YANG NYURUH. EMANGNYA KENAPA? TOH TEMEN LO YANG SOK CANTIK ITU GAK MASALAH!"
Nabella menatap kedua gadis di depannya dengan penuh emosi. Ia mengambil air minum milik Winda yang kebetulan sedang berada di tangan Winda. Ia menyiramkan air tersebut kepada dua gadis di depannya. Aka terkejut dan menahan tangan Nabella sebelum gadis itu beranjak menjambak rambut dua gadis di depannya seperti yang biasa ia lakukan.
"Na, berhenti! Udah, gue gak apa-apa. Lo gak usah sampe begini."
Nabella menatap Aka datar. "Lo sahabat gue. Mereka pantes dapetin ini, bahkan lebih. Mereka juga yang semester lalu nyebarin berita di menfess kampus soal lo yang katanya simpenan Pak Jovan. Gue tau, Aka. Gue selama ini diem karena mikir mereka bakal berhenti gangguin lo di semester ini, ternyata-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Strawberry and You ✓
Fanfiction[ SEBAGIAN PART TELAH DIHAPUS KARENA TELAH DITERBITKAN OLEH PENERBIT OLYMPUS ❗️ ] ↳ Dava membenci aroma stroberi atau apapun yang berbau manis. Namun itu tidak berlaku kepada Aka. Dava menyukai aroma stroberi yang menguar dari tubuh gadis itu. ❝ Ah...