02

10.8K 1K 105
                                    

Ruang sekretariat BEM FEB saat ini sedang sepi. Hanya ada dua laki-laki disana, satunya sedang sibuk dengan gitar yang ia temukan di sudut ruangan, satunya lagi sedang memejamkan matanya damai.

Seolah petikan gitar yang secara sembarangan dimainkan oleh temannya itu bukanlah sebuah gangguan.

Keheningan tidak berlangsung lama ketika handphone milik salah seorang laki-laki disana berbunyi. Lagu berjudul Run milik Snow Patrol terdengar keras di ruang sekretariat,

"Halo? Ngapain nelpon? Lo bukannya ada kelas pagi?" ujar laki-laki bernama Revan.

"Lah, gue di sekre BEM lagi ngungsiin tidur temen lo yang semalem begadang main."

"Ya elah, kenapa kalian gak kalian aja yang kesini? Ribet banget kudu ke kafe depan kampus," Revan berujar dengan ekspresi kesalnya.

Pembicaraan Revan membuat laki-laki yang tengah berbaring di karpet membuka matanya. "Siapa?"

"Vito," jawab Revan singkat.

"Hah? Oh gak, si kampret dah bangun. Ck, yaudah gue kesana sama Dava. Pesenin kita makanan. Minum? Gue Americano kayak biasanya, Dava bentar- Lo mau apa, Dav?"

"Latte."

"Latte. Dah ya, gue tutup. Iye anjing, bacot bener."

Revan berdiri mengambil tasnya. "Ayo ke kafe depan. Ditungguin Vito sama Thor."

Dava menuruti ucapan Revan. Ia berdiri mengikuti Revan dengan mata dan wajah bantal. Sepanjang keluar dari ruang sekretariat BEM, kedua laki-laki itu menarik perhatian para kaum hawa yang kebetulan sedang makan di kantin.

Ruangan sekretariat BEM dan ruangan UKM lain berada di gedung Graha Mahasiswa yang juga masih satu area dengan kantin fakultas. Jika ingin masuk atau keluar gedung Graha Mahasiswa, mereka pasti akan melewati kantin.

"Gue tau gue ganteng, tapi lama-lama capek juga jadi pusat perhatian," keluh Revan pelan.

"Ya gimana gak capek, lo sepanjang kita keluar dari gedung nebar senyum, sok-sokan ngebales ucapan cewek-cewek," ujar Dava datar.

"Susah sih kalo ganteng terus ramah kayak gue," Revan berujar dengan setengah mengeluh dan setengah bangga.

Dava menggelengkan kepalanya, sudah biasa mendengar Revan memuji dirinya sendiri. Yah, walaupun memang kenyataan bahwa Revan memiliki visual lebih dari rata-rata.

Ketika sampai di lobby depan fakultas, Dava dan Revan menemukan Rendi yang sedang duduk berdua dengan seorang gadis. Sepertinya tengah berdiskusi, melihat raut wajah Rendi dan gadis itu yang serius.

Revan yang hendak menginterupsi obrolan Rendi tertahan oleh Dava. "Mata lo picek apa? Si Rendi lagi diskusi. Lo mau dinyinyirin sampek mampus? Gue sih males dengerin Rendi nyinyir."

Akhirnya, terpaksa Revan mengurungkan niatnya untuk mengganggu sahabatnya itu. Mereka berdua memilih bersandar di depan pintu masuk lobi fakultas, Dava di sebelah kanan dan Revan di sebelah kiri.

Tentunya eksistensi kedua manusia tampan itu menarik perhatian mahasiswi yang baru akan masuk atau keluar fakultas. Jeritan histeris para gadis yang mendapat sapaan balik dari Revan terdengar.

Karena itu pula, Rendi menyadari bahwa kedua sahabatnya sedang memperhatikannya dari depan pintu masuk. Rendi menghela napasnya ketika menemukan cengiran tengil milik Dava dan senyum sok tampan Revan.

"Udah kan? Gue ditungguin sama temen gue. Kalo lo butuh bantuan, tinggal chat gue. Jangan telepon seenaknya," Gadis lawan bicaranya mengangguk paham.

Strawberry and You ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang