26

5K 791 39
                                    

Thalia mengerutkan keningnya ketika melihat sang kekasih, Revan yang tiba di rumahnya.

Bukan, bukan itu yang membuat Thalia bingung. Tapi kehadiran seorang Ardava Mahendra yang berdiri di belakang Revan.

"Nih pesenan kamu," Revan menyerahkan boba pesanan Thalia.

"Makasih, yang. Ini kamu ngajakin Dava ke rumahku?" tanya Thalia masih bingung.

Revan melirik Dava yang kini dengan tampang bodohnya melihat-lihat ke atas. "Maaf ya. Dia hari ini ngintilin aku terus. Maklum lagi galau."

Dava yang mendengar ucapan Revan mendengus pelan.

"Lia gue boleh ikutan masuk kan? Gabut nih," ujar Dava.

"Ganggu kencan orang aja!" dumel Revan. Pemuda itu masih tak terima karena acara berduaannya dengan Thalia harus rusak.

Thalia tertawa. "Iya gak apa-apa. Masuk aja, Dav. Aku ke dapur bentar ya. Kamu ke ruang tengah aja langsung."

Kedua pemuda berparas tampan itu pun masuk ke dalam rumah Thalia. Lebih tepatnya istana Thalia.

Dava baru mengetahui bahwa pacar sahabatnya ini seorang crazy rich. Saat ikut masuk, Dava berkali-kali mendecak kagum.

Padahal ia sendiri juga bisa dibilang kaya. Walaupun tidak sekaya Thalia dan Thor, si jangkung.

"Buset, Van. Lo gak ada jiwa insecure gitu pas tau pacar lo tajir melintir?" ujar Dava penasaran.

Kedua pemuda itu sekarang berada di ruang tengah rumah Thalia, tempat yang biasa Revan gunakan jika berkunjung ke rumah sang kekasih.

"Awal-awal sih iya. Anjing banget, gue goblokin diri sendiri pas tau gue mepetin anak konglomerat," aku Revan. Pemuda itu dengan santainya memakan camilan di meja.

"Terus terus?"

"Sempet mau mundur tuh, eh Thalia nya respon. Yaudah gas. Untung bokap nyokapnya gak drama. Mereka welcome aja. Mungkin karena gue ganteng kali ya makanya mereka ngasih restu," ujar Revan dengan senyum tengilnya.

"Najis lo!"

Thalia datang membawa minuman. "Nih minum"

"Duh jadi ngerepotin."

Revan mendelik. "Emang. Dasar gak tau diri"

Mereka bertiga pun asyik mengobrol. Thalia bahkan bertanya mengenai persiapan tim basket Dava karena memang seminggu lagi turnamen sudah di mulai.

Dava dengan santainya menjawab. Sesekali Revan juga ikut menjawab sebagai salah satu panitia Dekan Cup tahun ini.

"Eh iya! Mumpung ada lo, Dav. Mau nanya dong. Tapi kayaknya ntar bikin lo bad mood deh," ujar Thalia ragu.

"Nanya apaan? Santai aja ama gue."

"Santai aja, Yang. Kalo dia bad mood tinggal usir aja sih," ujar Revan menimpali. Dava mendelik kesal kepada sahabat kecilnya itu.

"Itu, ehm.. Lo sama Aka kenapa ya? Berantem apa gimana?"

Revan tersedak kacang yang sedang ia makan. Thalia yang melihatnya pun kaget dan menyodorkan segelas orange juice yang tadi ia bawa.

Dava menggeleng pelan. Yang ditanya siapa, yang heboh siapa.

"Hehehe. Makasih, Sayang."

Thalia mengangguk. Namun, ia masih memasang wajah khawatir.

"Gue sama Aka gak kenapa-kenapa tuh?" balas Dava singkat.

"Boong banget!" cibir Revan.

Thalia tertawa. "Aduh. Keliatan tau, Dav. Temen-temen gue pada aneh gak ngeliat lo ngerecokin Aka lagi."

"Ya emang lagi males. Capek latihan. Lagian Aka kan juga sibuk."

Revan lagi-lagi mencibir mendengar jawaban Dava.

"Gara-gara Aka punya cowok, Yang."

Dava memukul kepala Revan. Pemuda itu mengumpati sahabatnya dalam hati. Bisa-bisanya Revan dengan mudahnya berkata di depan Thalia yang notabennya adalah sahabat dekat Aka.

"Hah, Aka ada cowok? Ngaco ah!" ujar Thalia dengan ekspresi bingung yang kentara.

"Beneran. Orang Aka sendiri yang ngomong ke Dava. Ya gak, Dav?"

Dava mengangguk. "Iya. Namanya Arjun. Aka sendiri yang bilang kalo si Arjun Arjun itu orang yang paling dia sayang di dunia. Halah tai!" ujarnya kesal.

Pecahlah sudah tawa seorang Athalia Kirana Sanjaya.

Gadis itu tertawa terpingkal-pingkal mengetahui bahwa dugaannya selama ini benar.

Bahwa Dava mengira Arjun adalah kekasih Aka.

Thalia masih tertawa sambil menggelengkan kepalanya. Salah Aka juga berkata demikian ke Dava. Pastilah pemuda itu akan salah paham.

Revan dan Dava yang melihat Thalia tertawa hanya bisa memasang wajah penuh tanda tanya. Sembari menunggu penjelasan dari gadis manis tersebut.

"Duh, maaf maaf gue ketawa. Abis lucu. Aka juga kenapa pake bilang gitu segala ke lo," ujarnya masih dengan tawa tersisa.

"Emang kenapa sih, Yang?" tanya Revan penasaran.

Thalia menghela napasnya dalam-dalam guna menghalau tawanya. "Arjun itu kakak laki-lakinya Aka."

Dava yang sedang minum pun tersedak. Pemuda itu terbatuk-batuk. "H-hah?"

"Iya. Arjun yang dibilang sama Aka itu kakaknya. Kakak kandung satu-satunya Aka."

"Mampus kau, bambang. Salah paham ternyata!" ujar Revan.

Pemuda itu menertawakan Dava yang saat ini sedang memasang wajah bodohnya.

"Sumpah? Aka punya kakak?" tanya Dava memastikan sekali lagi apa yang ia dengar adalah sungguhan.

Thalia mengangguk mantap.

Dava bersandar di sofa dan memejamkan matanya, sambil sesekali memijit pelan keningnya.

Betapa malunya seorang Dava.

Yang pemuda pikirkan saat ini adalah bagaimana melakukan pendekatan dengan gadisnya lagi setelah hampir satu bulan tidak berinteraksi?

Lebih tepatnya ia yang menjauh dengan alasan yang ternyata konyol.

Bodohnya lagi, kenapa ia tidak bertanya kepada sahabat-sahabat Aka terlebih dahulu sebelum sok-sokan melakukan drama menjauh?

Kenapa juga ia tidak memikirkan kemungkinan bahwa Aka memiliki seorang kakak laki-laki?

Ardava Mahendra sedang membodoh-bodohkan dirinya sendiri saat ini.

"Dav? Lo gak apa-apa?" tanya Thalia khawatir.

"Tenang aja, yang. Dia lagi mengumpati dirinya sendiri," sahut Revan. Pemuda itu paham apa yang sedang dipikirkan oleh sang sahabat.

Dava membuat simbol OK dengan tangannya tanpa mengucapkan sepatah kata. Matanya pun masih terpejam.

"Ayo kawanku. Kau pasti bisa! Ayo usaha lagi! Revan disini mendukungmu. Semangat cintaku!"

Candaan Revan mengundang dengusan kesal dari Dava.

Pemuda itu melemparkan bantal sofa yang berada di sampingnya kepada Revan yang ternyata sudah pindah di samping Thalia.

"Hahahaha, makan tuh salah paham! Mampus!"

Siang itu pun dilalui Dava dengan ejekan yang tak berhenti datang dari mulut Revan dan tawa cantik dari seorang Thalia.





-to be continued-

Strawberry and You ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang