Warning! This chapter contains some disgusting words, be smart.
•
•Siang ini, apartemen milik Aka tiba-tiba menjadi tempat interogasi.
Nabella, Winda, dan Thalia datang ke apartemennya secara mendadak tanpa memberitahu atau membuat janji sebelumnya.
Untung saja Aka sedang di apartemen.
"Jadi, ada yang mau lo jelasin?" tanya Winda. Gadis itu bertanya sambil sibuk membuka kotak pizza yang ia bawa.
Nabella pun membantunya. Hari ini teman-temannya membawa banyak sekali jajanan dan bubble tea.
"Jelasin apa?" alis Aka menyatu. Tanda gadis itu tak mengerti apa yang dimaksudkan oleh Winda.
"Lo sama Dava," sahut Thalia.
"Emang gue sama Dava ada apa? Gak ada apa-apa tuh," balas Aka singkat.
Nabella menghela napasnya. Gadis itu bersandar di sofa ruang tamu Aka. Ia menatap gadis yang duduk berlawanan arah itu dengan tatapan jengah.
"Sejak kapan Aka deket sama cowok?"
Ucapan Nabella sontak membuat Aka terdiam. Dalam hati, ia sendiri bertanya-tanya.
Hening. Belum ada jawaban yang keluar dari bibir Aka. Ketiga gadis disana juga masih menatapnya dengan tatapan menuntut.
"Gue.. Gue juga gak tau. Ngalir aja gitu," cicit Aka pelan.
Gadis itu benar-benar tidak mengerti juga.
"Lo gak gemeteran sama Dava?" tanya Winda.
"Awal-awal iya. Tapi sekarang nggak."
Ketiga temannya saling pandang.
"Kita tuh sebenernya seneng lo mulai terbiasa sama cowok, tapi kenapa harus si brengsek gitu loh," keluh Nabella. Gadis itu menyiratkan ekspresi frustasi.
"Lo tau kan kenapa kita gini, Ka?" tanya Thalia lembut.
Aka mengangguk. Mereka pasti khawatir padanya.
Aka tidak mudah dekat dengan lelaki semenjak kejadian yang membuatnya berpikir bahwa laki-laki selain kakaknya adalah berbahaya.
Gadis itu adalah korban pelecehan seksual oleh ayahnya sendiri.
Tak tanggung-tanggung, sang ayah melakukan pelecehan di depan mata kakak laki-laki dan ibunya sendiri.
Sang kakak saat itu hanya bisa menangis dan memohon agar ayahnya berhenti melakukan perbuatan menjijikkan itu kepada Aka. Ibunya tidak bisa berkata apa-apa, karena setiap ia ingin melindungi gadis kecilnya, sang ibu akan dihajar habis-habisan sampai berdarah.
Aka yang tak ingin kakak dan ibunya terluka hanya bisa pasrah menurut. Saking terbiasanya, gadis itu bahkan sudah tidak bisa menangis. Ia lelah. Hanya diam bagaikan patung ketika ayahnya menyentuhnya sembarangan.
Sampai dimana ibunya meninggal akibat depresi berlebihan. Sang ayah yang pergi entah kemana, Aka juga tidak ingin tahu.
Tinggalah Aka dengan Arjun berdua.
Karena khawatir dengan kondisi mental adiknya, Arjun akhirnya membawa Aka kepada psikiater untuk berobat.
Bukannya sembuh, namun trauma Aka terhadap lelaki menjadi bertambah parah.
Adiknya juga dilecehkan untuk kedua kalinya oleh psikiaternya, seseorang yang harusnya membantu Aka sembuh.
Arjun yang mengetahui hal itu pun marah. Marah kepada pelaku dan marah kepada dirinya sendiri yang sudah dua kali gagal menjaga Aka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Strawberry and You ✓
Fanfiction[ SEBAGIAN PART TELAH DIHAPUS KARENA TELAH DITERBITKAN OLEH PENERBIT OLYMPUS ❗️ ] ↳ Dava membenci aroma stroberi atau apapun yang berbau manis. Namun itu tidak berlaku kepada Aka. Dava menyukai aroma stroberi yang menguar dari tubuh gadis itu. ❝ Ah...