Dava saat ini sedang benar-benar tidak waras.
Setidaknya itu yang ada di pikiran keempat sahabatnya.
Seingat mereka, pemuda itu tadi masih mengumpat kesal pada Nabella di telepon.
Namun tak lama kemudian, ia tersenyum seperti orang bodoh karena chat masuk ke ponselnya.
"Temen lo, kayaknya kejiwaannya terganggu deh. Kelamaan gak minta jatah ke cewek-ceweknya kali ya?" bisik Thor kepada Vito.
"Gue ngeri sendiri liatnya," sambung Thor.
Rendi yang berada di sebelah Dava berniat mengintip ponsel Dava. Namun kalah cepat. Pemuda itu sudah mematikan layar ponselnya.
Namun cengiran bodohnya masih bertahan di wajah tampannya.
"Lo waras?" tanya Vito. Pemuda itu memasang wajah khawatir.
Dava dengan polosnya menggeleng dan tertawa. "Gue kayaknya beneran gak waras deh."
"TUH KAN BENER!" teriak Thor heboh.
"Perasaan tadi misuh-misuh ke Nabella. Sekarang senyam-senyum sendiri. Chat siapa sih?" tanya Revan. Pemuda itu sibuk memakan cireng yang dipesannya.
"Dari Nabella."
"Lah, gimana sih?" tanya Rendi frustasi.
Dava hanya menunjukkan cengirannya. Vito yang kebetulan berada dekat dengan ponsel Dava akhirnya membukanya.
"Oalah, anjing. Emang lagi kasmaran berat nih anak."
Vito menunjukkan chat room antara Dava dan Nabella. Fokusnya langsung tertuju pada gambar yang dikirim oleh Nabella.
Nabella mengirimi foto Aka yang sedang tersenyum memeluk boneka.
"Gue gak asing sama ni boneka deh," gumam Thor pelan.
Vito yang berada di dekatnya, menoyor kepala Thor dengan gemas. "Ya iyalah! Ini tuh boneka yang dibeli Dava di jalan, pas gak sengaja lewat toko boneka!"
"OHHH TERNYATA BUAT AKA!" sahut Thor heboh.
"Buset. Bucin banget lo sama Aka," Revan berucap sambil menatap temannya yang masih tersenyum bodoh itu.
"Cantik ya," ujar Rendi tiba-tiba.
Dava yang mendengarnya sontak meraih kembali ponsel miliknya. Ia menatap tajam ke arah teman-temannya, terutama Rendi.
"Santai bos, posesif amat. Pacar aja bukan," ketus Rendi. Pemuda itu tak terima ditatap tajam oleh Dava.
Rendi hanya memuji Aka. Memang benar kan gadis itu cantik?
"Dilarang muji Aka kecuali gue."
"Dih dih, lo siapa?" sungut Vito.
"Temennya," balas Dava singkat.
"Temen doang. Gue juga temen," sahut Rendi.
"Beda dong. Gue setingkat di atas lo!" balas Dava tak kalah sengit.
Rendi memutar bola matanya malas. Kalau dilanjutkan, ia akan merasa bodoh karena menanggapi Dava yang sedang dalam masa tidak waras.
Revan yang sedari tadi menonton, dalam hati tertawa geli. Sahabat kecilnya benar-benar sedang jatuh cinta.
Tiap kali Revan bertanya apakah sahabatnya itu menyukai Aka, maka jawaban Dava selalu tidak.
Sungguh tidak jelas. Padahal apa yang dikatakan Dava dengan apa yang terlihat oleh Revan sangat bertolak belakang.
Revan seratus persen yakin Dava sedang jatuh cinta. Hanya Dava saja yang denial.
"Akhirnya bisa suka beneran sama cewek ya lo."
Ucapan Thor mengundang atensi dari Dava. Pemuda itu terdiam seketika. Menimbulkan tanda tanya di wajah Rendi, Vito, dan Thor.
Apa benar Dava menyukai Aka?
Pasalnya pemuda itu juga tidak tahu bagaimana perasaannya kepada gadis yang mulai dekat dengannya hampir satu bulan belakangan.
Dava awalnya hanya ingin berteman saja. Ingin tahu rasanya memiliki teman perempuan seperti Aka.
Namun lama kelamaan, Aka menjadi sebuah prioritas yang Dava sendiri tak sadari.
Sehari tidak bertemu Aka, Dava merasa aneh. Ada rasa rindu menyelip di benaknya.
Sehari tidak mendengar suara Aka, Dava merasa ada yang kurang.
Apa itu namanya jatuh cinta?
"Udah gak usah mikir berat. Kasian otak lo gak nyampe. Ntar juga lo tau jawabannya sendiri," Revan tiba-tiba bersuara.
"Oalah, udah bego soal kuliah, urusan ginian ternyata juga bego? Emang ya Tuhan adil. Tampang doang ganteng, otak nol."
Dava melempar bungkus rokoknya ke arah Vito. "Anjing emang lo" umpatnya pada Vito.
Vito menjulurkan lidahnya. "Gue ngomong fakta. Ya kan, Ren?"
Rendi ikutan mengiyakan saja.
"Biarin. Ntar kalo Aka diambil orang baru sadar," ujar Revan santai.
Dava terdiam lagi. Membayangkan Aka dekat dengan pria lain?
Rasanya Dava ingin menonjok siapapun yang mendekati Aka.
Tidak, Aka hanya boleh dekat dengannya.
"Gak bisa lah. Kalian tau sendiri kan Aka gemeteran kalo deket sama orang asing," ujar Dava mantap.
"Ya kan diawal. Nanti juga kebiasaan, sama kaya lo."
Dava kalah telak. Ia membenarkan ucapan Revan dalam hati.
"Terus gimana dong?" ujar Dava pada akhirnya. Pemuda berambut biru terang itu menatap satu per satu teman-temannya.
"Ya pikir sendiri. Urusan siapa, yang repot siapa."
Rasanya saat ini Dava ingin menyumpal mulut pedas Rendi dengan sampah jajan di mejanya.
-to be continued-
Note:
INI BENERAN GAK SIH?
KALO IYA, TERIMA KASIH UEUEUE SAYANG KALIAN!
Dua chapter akan di update hari ini sebagai perayaan! ❤
Have a nice day, kalian!
KAMU SEDANG MEMBACA
Strawberry and You ✓
Fanfiction[ SEBAGIAN PART TELAH DIHAPUS KARENA TELAH DITERBITKAN OLEH PENERBIT OLYMPUS ❗️ ] ↳ Dava membenci aroma stroberi atau apapun yang berbau manis. Namun itu tidak berlaku kepada Aka. Dava menyukai aroma stroberi yang menguar dari tubuh gadis itu. ❝ Ah...