27

5.2K 802 44
                                    

"Psst psst, cewek! kiw kiw!"

Aka mendengus pelan mendengar suara pemuda yang duduk tepat di belakangnya hari ini.

Itu adalah suara Dava. Pemuda itu sedari tadi memanggil-manggil Aka. Bahkan tak jarang iseng menyenggol bangku yang sedang Aka duduki saat ini.

"Bodo amat. Gak ngerti apa kalo Bu Didin galak," gumam Aka pelan. Gadis itu masih mengacuhkan Dava.

"Akaa.. Sst.. Cantikk noleh bentar dong."

Dalam hatinya, Aka mengabsen nama-nama hewan untuk Dava.

Maksud Dava apa sih? Setelah hampir satu bulan tidak mau berbicara atau melihatnya, kini pemuda itu dengan santainya memanggil-manggil Aka seolah tak terjadi apa-apa?

"Fokus, Ka. Bu Didin galak," gumam Aka pada dirinya sendiri.

"ARDAVA MAHENDRA!"

Aka terkejut mendengar nama Dava diteriakkan oleh dosen di depan kelas.

Begitu pula Dava. Pemuda itu juga terkejut namanya dipanggil. Ia tidak menyangka bahwa Bu Didin mendengar suaranya.

Padahal pemuda itu merasa sudah berbisik sepelan mungkin.

"Maju kamu ke depan! Hitung berapa besar tunjangan karyawan PT. A setiap bulannya. Analisis sekalian dari mana saja sumber tunjangan yang di dapatkan!"

Dava pasrah. Pemuda itu maju dengan pemahaman nol soal materi kompensasi hari ini.

Vito dan Rendi yang duduk di sebelah Dava ikut tertawa pelan melihat wajah pasrah Dava di depan kelas.

Aka pun sama. Gadis itu bahkan sempat bertatapan mata dengan Dava.

Bukannya menghindar, Aka malah menatap Dava dengan tatapan 'Makanya diem. Rasain lo disuruh maju'

Selama hampir 10 menit Dava diomeli oleh dosennya itu. Bahkan ia dijadikan contoh buruk mahasiswa yang katanya kuliah hanya mencari gelar saja, tapi ilmu yang diserap nol.

Dava pasrah. Pemuda itu hanya mengangguk-anggukkan kepalanya mendengar omelan Bu Didin.

Akhirnya Dava pun disuruh berdiri di sisa 15 menit perkuliahan.

Bukannya kapok, malah Dava memanfaatkan situasi ini dengan terang-terangan menatap dan tersenyum bodoh kepada Aka. Sesekali ia memanggil nama Aka dengan bibirnya tanpa bersuara.

Menimbulkan tawa tertahan bagi mahasiswa lain di kelas. Aka yang menjadi sasaran ikut malu. Gadis itu berusaha keras mengacuhkan tatapan Dava.

Untungnya Bu Didin sedang membelakangi pemuda yang sudah berganti rambut menjadi gelap itu.

Bisa mati Dava kalau sampe Bu Didin mengetahui kelakuannya saat ini.

"Oalah, temen lo emang sarap," ujar Vito miris melihat Dava yang berusaha mendapatkan atensi dari Aka.

"Bucin goblok ya gitu," gumam Rendi menyetujui.

Kelas berakhir tepat di jam dua belas siang. Setelah menceramahi Dava untuk terakhir kalinya, Bu Didin meninggalkan kelas terlebih dahulu. Diikuti beberapa mahasiswa lain.

Rendi dan Vito maju menghampiri Dava yang sedang duduk menunduk lelah di depan kelas, "Mampus. Enak gak berdiri?"

"Mata lo picek!" umpat Dava pelan.

Pemuda itu mengambil tasnya yang berada di tangan Vito. Lalu matanya mengarah ke segala penjuru kelas.

"Loh, si Aka mana?" tanya Dava panik, menyadari bahwa netranya tidak menemukan gadisnya.

Strawberry and You ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang