08

6.1K 913 63
                                    

"Gue Dava."

Dava memperkenalkan dirinya singkat ketika berada di mobil. Suasana canggung tak terelakkan. Aka yang cenderung kaku dan tak terbiasa memulai percakapan, sedangkan Dava yang cuek dan tak banyak bicara ketika bersama orang asing.

"Karina, panggil aja Aka."

"Akanya dari mana?" tanya Dava. Laki-laki itu masih fokus pada jalanan.

"Ehm, Anastasia Karina Andayu."

"Oh, singkatan nama. Oke," sahut Dava cepat.

Dava sedikit paham bahwa gadis berkulit putih bersih ini bukan tipe gadis yang banyak bicara dan terkesan kaku. Sedari tadi Dava melirik, gadis itu hanya bermain dengan jarinya dan memandang ke bawah.

"Gue brengsek sih, bener kata Nabella. Tapi gak bakal macem-macem sama lo kok."

Aka menoleh dan tersenyum canggung. "I-iya gue tau."

"Ini gue harus kemana?"

"Apartemen Griya Wijaya, tau?" tanya Aka. Dava mengangguk paham.

Selama perjalanan, hanya terdengar suara musik dari playlist milik Dava. Kebetulan, playlist milik laki-laki itu sebelas dua belas dengan Aka. Sehingga membantu Aka sedikit rileks dan tenang.

Aka memejamkan matanya. Ia lelah seharian berada di luar ruangan. Gadis itu butuh istirahat. Hingga tak sadar, Aka benar-benar tertidur.

Saat sudah sampai di area apartemen tempat tinggal Aka, Dava baru sadar bahwa gadis di sampingnya ini tertidur pulas. Bahkan ia bisa mendengar dengkuran halusnya.

Atensi Dava terfokuskan pada rambut Aka yang menutupi wajahnya. Ia menyibakkan rambut indah itu pelan, agar Aka tak kesulitan bernapas.

Disaat itu pula lah, Dava merasakan jantungnya berdebar.

Wajah Aka sangat cantik. Bahkan Dava berani bersumpah bahwa Aka adalah gadis paling cantik yang pernah ia temui selama ini. Aka memberikan kesan misterius namun manis, semanis aroma stroberi yang tercium dari rambut dan tubuhnya.

"Gue udah gila..." gumam Dava pelan sambil memainkan ujung rambut gadis yang masih belum terusik itu.

Perlahan Dava mendekat. Mencium rambut Aka dengan lancangnya. Sungguh, Dava benar-benar terobsesi dengan aroma manis gadis ini.

"Ehm.."

Dava memundurkan dirinya sampai-sampai kepalanya membentur kaca pintu mobilnya. Dava merintih pelan. Namun rintihannya itulah yang membangunkan Aka.

"Oh, udah nyampe," gumam Aka. Gadis itu menoleh dan menemukan Dava sedang mengusap belakang kepalanya. "Kok nggak dibangunin?"

"Tadi mau bangunin, tapi lo ternyata udah bangun sendiri. Dah sana turun."

Aka turun dari mobil hitam milik Dava. Ia menundukkan sedikit kepalanya, tanda berterima kasih yang dijawab klakson oleh Dava.

Aka lalu berbalik dan masuk ke dalam gedung apartemennya. Namun tidak dengan Dava.

Laki-laki berahang tajam itu masih memegang dadanya. Mencoba menahan debaran jantungnya yang sialnya, belum berhenti sedari tadi.

"Anjir, gue kenapa sih? Lagi kurang belaian apa gimana gue? Perasaan kemarin udah main," gerutu Dava.

Tiba-tiba iphone milik Dava berdering. Tertera nama Nabella disana.

"Heh."

"Apa?"

"Udah lo anter balik belom temen gue?"

Dava menghela napas. "Udah anjir. Barusan nyampe."

"Gak lo apa-apain kan? Gak lo sentuh sembarangan kan?"

Dalam hatinya Dava meminta maaf. Laki-laki itu sudah melanggarnya. "Iya nggak lah! Temen lo bau soalnya."

"Hah bau? Ngaco lo! Lo kali yang bau."

Iya. Ngaco emang. Temen lo baunya bikin gue gak waras, batin Dava.

"Ya udah lah, udah gue anterin dengan selamat. Gak gue apa-apain. Kalo lo gak percaya sana telpon aja anaknya."

"Yayaya."

Dava berdecak. "Makasihnya mana njing?!"

"Y makasih!"

Sambungan terputus. Dava menatap layar iphone miliknya dengan tatapan tak percaya.

"Emang dasar preman."










-to be continued-

Strawberry and You ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang