Aka mempercepat larinya ketika merasa rintik hujan mulai turun dengan sangat derasnya. Jarak antara FEB dengan halte bus cukup jauh, membuat Aka basah kuyup ketika ia sampai di halte bus kampus.
Gadis itu menghela napasnya kasar, merasa bahwa hari ini adalah hari sialnya. Pagi tadi ia harus berurusan dengan haters nya, duduk di lantai selasar yang dingin, dan sekarang basah kuyup karena hujan.
Gadis berambut panjang hitam itu melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul 13.00 WIB. Langit hari ini sangat gelap sehingga Aka berpikir ia menghabiskan waktu yang lama ketika berdiskusi dengan Pak Jovan seperginya dari kantin.
Aka bisa melihat bagaimana paniknya mahasiswa yang berlarian mencari tempat untuk meneduh. Memang wajar, ini adalah jam selesai kelas. Sangat jarang mahasiswa yang mau mengambil kelas setelah makan siang atau malam.
Beberapa mahasiswa terlihat menuju ke arah halte tempatnya berteduh. Sesekali mereka melirik Aka dan kemudian membicarakannya. Ada yang terang-terangan, ada pula yang berbisik-bisik. Aka masa bodoh dengan itu.
Selama hampir setengah jam gadis itu menunggu di halte, namun hujan belum kunjung menunjukkan tanda-tanda akan reda. Aka mengambil smartphone miliknya di tas dan mencoba menelepon beberapa temannya. Namun tak satupun yang mengangkat panggilannya.
"Mungkin mereka ada kelas lagi," gumam Aka pelan. Ia kembali akan memasukkan smartphone nya ketika sebuah ide terlintas di benaknya.
"Mas Arjun mau jemput nggak ya?" Aka mencari kontak satu-satunya saudara yang ia punya. Awalnya, ia ragu dan terus memandangi nama kontak tersebut. Setelah merasa hujan semakin deras, Aka pun memanggil kontak tersebut.
Satu detik.... Dua detik... bahkan sampai sepuluh detik tak kunjung diangkat. Aka pasrah, mungkin memang kakak laki-lakinya sedang sibuk sehingga tidak mengangkat panggilannya.
Ketika akan menutup panggilannya, tiba-tiba suara terdengar. Kakak laki-lakinya itu mengangkat panggilannya.
"Halo? Ada apa?"
"Mas lagi sibuk?" tanya Aka hati-hati.
"Lagi di kantor."
Aka menghela napasnya. Ia sudah pasrah, sepertinya ia akan menerobos hujan saja dan berakhir membolos kelas besok.
"Kalo gak ada apa-apa, mas tutup."
"Mas bisa jemput Aka?" Entah keberanian dari mana, kalimat tersebut akhirnya terucap dari bibir Aka.
Hening. Tidak ada jawaban dari kakak laki-lakinya. Aka memejamkan matanya, sudah pasti kakaknya tidak mau menjemputnya. Mereka tidak sedekat itu sedari awal.
"Ya udah, gak jadi Aka-"
"Tunggu setengah jam bisa? Mas masih harus nemuin atasan mas sebentar."
Mata indah Aka mengerjap. Ia berusaha menahan senyumannya agar tidak melebar. Bisa-bisa ia dianggap tidak waras. Ya walaupun bisa dibilang saat ini ia sedikit tidak waras. Bahagia hanya karena kakak laki-lakinya mau menjemputnya.
"Oke mas, Aka tunggu."
Panggilan dimatikan. Aka memandang nama kontak yang baru saja berbicara dengannya dengan senyuman tipis. Ia memasukkan kembali smartphone nya ke dalam tas agar tidak basah.
Sesaat setelah memasukkan smartphone nya, ia mulai sadar bahwa ia tidak sendiri. Ada seorang laki-laki duduk di bangku yang sama dengannya, namun dengan jarak yang cukup jauh.
Awalnya Aka masa bodoh, namun Aka merasa beberapa kali laki-laki itu menatap ke arahnya. Gadis itu pun akhirnya menatap balik laki-laki itu.
Seketika tubuh Aka menegang ketika laki-laki itu berjalan ke menuju tempatnya duduk sambil melepas hoodie berwarna abu-abu yang dipakainya.
Aka berniat meminta tolong namun ia sadar bahwa hanya ada ia dan laki-laki yang saat ini sudah berada di sampingnya. Aka menunduk dan memejamkan matanya, ia benar-benar takut sekarang.
"Ini."
Aka membuka matanya dan melihat laki-laki itu menyodorkan hoodie yang dipakainya kepadanya.
Gadis itu menatap bingung laki-laki itu. Apa maksudnya memberikan barangnya kepada Aka?
"Baju lo basah. Anu, warnanya putih."
Aka membelalakkan matanya. Ia lupa bahwa hari ini ia memakai atasan blouse berwarna putih yang jika basah, sudah pasti akan terlihat. Aka merutukki kesialannya sekali lagi, sudah pasti laki-laki itu melihatnya.
"M-makasih..." Aka mengambil hoodie milik laki-laki tersebut dan memakainya.
Ketika akan menanyakan nama dan jurusannya, laki-laki itu mendapat panggilan lalu menerobos hujan menuju arah parkiran mobil FEB.
"Padahal gue belum nanya nama, gimana cara balikinnya? Gue cuman tau dia satu fakultas sama gue."
Di kampusnya, masing-masing fakultas memiliki lahan parkirnya masing-masing dan dilarang memarkir kendaraannya di fakultas lain kecuali ada keperluan. Itulah mengapa Aka bisa tau ia adalah mahasiswa FEB.
Sebuah mobil pajero berhenti di depannya. Kakak laki-lakinya benar-benar menjemput Aka. Gadis itu segera masuk ke dalam mobil kakaknya.
Selama perjalanan menuju apartemennya, tidak ada pembicaraan yang terjadi antara Aka dan Arjun, kakak laki-lakinya. Aka berusaha memejamkan matanya, ia sudah tidak tahan ingin berganti pakaian.
Arjun melirik ke arah adiknya. Ia merasa heran mengetahui Aka sedikit menggigil.
Padahal atasannya masih lumayan kering. "Lo sakit?" Tanya Arjun.
Aka menggeleng. "Cuman kedinginan. Aka kehujanan tadi."
"Tapi baju lo kering?"
Aka melihat ke hoodie yang dipakainya. "Ini tadi dipinjemin temen Aka karena Aka hari ini pake baju putih."
"Temen cowok?" tanya Arjun.
Aka menggelengkan kepalanya. "Winda. Mas tau kan dia suka ngoleksi hoodie cowok."
Arjun menganggukkan kepalanya. Disisi lain, Aka menghembuskan napasnya pelan, bersyukur bahwa Arjun percaya dengan ucapannya.
Urusannya bisa panjang nanti jika kakak laki-lakinya itu tahu bahwa yang pemilik hoodie yang dipakainya adalah seorang laki-laki, asing pula.
Butuh waktu lima belas menit untuk sampai di gedung apartemen yang Aka tinggali selama berkuliah. Saat Aka sudah keluar dari mobil, kaca mobil penumpang diturunkan.
Setelahnya suara Arjun terdengar di telinga Aka,
"Uang bulanan udah gue transfer. Gue tambahin. Lain kali kalo hujan pesen taksi online atau nebeng temen lo aja."
Aka mengangguk. "Maaf mas, gak kepikiran. Makasih, maaf Aka ngerepotin."
Arjun mengangguk singkat. Ia menaikkan kembali kaca mobil dan melajukan mobil meninggalkan area gedung apartemen tersebut.
Aka memandangi kepergian kakaknya dengan mata menyendu.
"Mau sampai kapan, Mas?"
-to be continued-
KAMU SEDANG MEMBACA
Strawberry and You ✓
Fanfiction[ SEBAGIAN PART TELAH DIHAPUS KARENA TELAH DITERBITKAN OLEH PENERBIT OLYMPUS ❗️ ] ↳ Dava membenci aroma stroberi atau apapun yang berbau manis. Namun itu tidak berlaku kepada Aka. Dava menyukai aroma stroberi yang menguar dari tubuh gadis itu. ❝ Ah...