16

5.5K 851 11
                                    

Happy 1K readers Strawberries and Cigarettes! Terima kasih sudah membaca cerita ini ❤ dua chapter akan di update sebagai perayaan!



"Lihat kelakuan sobat orok lo."

Revan tertawa. Dava memang paling bisa jika berurusan dengan wanita. Yang Revan tak sangka adalah seorang Aka yang terlihat sudah terbiasa dengan kehadiran sahabatnya itu.

Dalam hati, ia sedikit memuji sahabatnya yang berhasil selangkah lebih dekat dengan Aka.

"Aka juga keliatan biasa aja ya ke Dava," ujar Rendi.

"Ya gimana, mereka semester ini lumayan sering ketemu dan sekelompok. Kayaknya Aka juga udah khatam sama kelakuan tengil Dava," jawab Revan tenang.

"Emang penakhluk wanita sih," celetuk Vito.

Revan menggeleng pelan. Saat ia sedang asyik memakan baksonya, ia dikejutkan dengan sepasang tangan kecil yang menutup matanya dari belakang.

Pemuda itu tersenyum. Ia hapal dengan aroma manis bunga ini. Siapa lagi jika bukan Thalia sang kekasih.

Revan menggenggam pelan tangan tersebut, menariknya ke bawah dan menemukan gadis kesayangannya tersenyum mencondongkan badannya ke depan.

"Ah, sepet gue ada uwu-uwuan macem begini. Thor kemana aelahhh," ujar Vito dengan muka melasnya.

Pasalnya jika ada Thor, ia dan Thor pasti akan kompak mencela pasangan di depannya ini.

Rendi? Ia sibuk dengan makanannya. Seakan-akan keuwuan tadi tidak mempengaruhinya sama sekali.

"Dava aja udah cukup ngeselin, kenapa si Revan juga uwu-uwuan di depan mata gue, Ya Tuhannn," keluh Vito sekali lagi.

Thalia tertawa. Ia mengambil tempat duduk yang awalnya diduduki Dava.

"Dava kemana?" tanya Thalia.

Revan menunjuk arah dimana Dava berada. "Gak usah heboh tapi."

Thalia membulatkan matanya. Sudah Revan duga reaksi gadis di sampingnya akan begini. Ia dengan cekatan menutup mulut gadisnya sebelum gadisnya itu berteriak heboh memanggil Aka.

"Lwepass- ih!" ucap Thalia protes.

"Jangan teriak-teriak, sayang! Ini di kantin!" peringat Revan. Gadisnya mengangguk patuh.

Revan pun menurunkan tangannya.

"Itu-" Thalia sempat menghentikan pertanyaannya. "Sejak kapan mereka berdua kenal?"

Thalia memandang ketiga laki-laki yang semeja dengannya itu. Namun tak ada yang memberikan jawaban pasti. Begitu pula sang kekasih yang hanya mengangkat bahunya.

Gadis itu menghela napas dan memandang khawatir ke arah Aka yang tengah mengobrol dengan Dava.

Dalam hati, Thalia sedikit khawatir jika gemetaran Aka akan kambuh jika berlama-lama dengan laki-laki asing.

Namun selama Thalia perhatikan, Aka terlihat baik-baik saja. Malahan gadis itu mengeluarkan ekspresi jengkelnya pada Dava alih-alih mengeluarkan ekspresi datarnya seperti biasa jika berhadapan dengan orang asing.

Dalam hati Thalia semakin bertanya-tanya, sudah sedekat apa Aka dengan Dava?

"Gak usah dilihatin segitunya. Aka gak bakal kenapa-kenapa, Lia."

Thalia menoleh ke arah Revan. "Ya gimana ya, kamu tahu sendiri kalo Aka kan-"

"Iya tau, tapi Dava juga gak keliatan macem-macem tuh."

Thalia mendengus. "Ya sekarang iya, tapi nanti macem-macem. Aku takut tau, temen kamu tuh image-nya jelek banget."

Revan tertawa, tak berniat menyalahkan argumen sang kekasih. Memang benar kok image Dava tidak bisa diselamatkan. Mau dielak juga bagian mananya?

"Gak bakal. Nanti aku tonjok kalo beneran macem-macem," ujar Revan menenangkan.

Thalia memberengut. Netranya kembali menatap ke arah dua insan manusia yang saat ini berada di pintu masuk kantin. Bisa ia lihat bahwa Dava dengan tengilnya mengekor di belakang sahabatnya. Sedangkan Aka terlihat acuh.

"Mau nyamper?" tanya Revan. Sejak tadi Thalia bukannya fokus padanya malah fokus pada sahabatnya dan Aka.

Thalia menggeleng. "Nanti aja aku tanyain ke Aka pas lagi berdua."





-to be continued-


Visualisasi Thalia di mulmed ya!

Strawberry and You ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang