27 - "𝓘'𝓿𝓮 𝓑𝓮𝓮𝓷 𝓗𝓾𝓻𝓽𝓲𝓷𝓰 𝓨𝓸𝓾 𝓣𝓸𝓸, 𝓐𝓰𝓪𝓽𝓱𝓪"

4K 160 4
                                    


Bagian ini dapat bersifat memancing untuk sebagian pembaca.
Kebijakan pembaca disarankan.


***

'Ada banyak kesengsaraan pada sebuah hati yang telah hancur berkali-kali.
Sedikit yang mulut bisa bawakan untuk hadir ke permukaan,
tapi banyak yang mata bisa kisahkan untuk yang sadar.
Tanpa kata  membiru, tanpa isakan pilu.'

"Tentu. Kamu mau dengar darimana?"

Tenggorokan Isaac terasa tercekat melihat wajah kaku Agatha. Ia terus melihat wajah dengan ekspresi itu. Benar memang ada senyum di wajah gadis itu. Tapi pun Isaac tidak bisa melihat ada cahaya di wajah Agatha kala ia tersenyum seperti itu.

Seakan kisah yang akan ia ceritakan ini adalah kisah yang jadi bebannya dan akan membuatnya sangat teramat tidak aman. "Tidak apa kalau kamu tidak mau cerita." Kata Isaac sekali lagi, memberikan Agatha pilihan. Tidak pernah ia memberikan pilihan untuk gadis-gadisnya sebelumnya. Tapi yang satu ini terasa berbeda di kedua tangan Isaac.

"Aku mau." Jawab Agatha. Isaac diam lalu tersenyum, lega mendengarnya. Pria itu berdehem lalu ingin melontarkan pertanyaan itu. Pertanyaan yang mengusiknya tiap melihat wajah sayu Agatha tiap Isaac dapati sedang melihat keluar jendela. Tapi kemudian ia menoleh pada wajah Agatha yang menunggunya dengan wajah tenang yang disinari lampu jalan yang ada di kejauhan. Pria itu kemudian mengurungkan niatnya. Ia tak mau memulai dengan sebuah pertanyaan, ia bisa saja salah memilih langkah.

"Kamu mau menceritakan darimana pun juga tidak apa-apa." Katanya. Meski sebenarnya ia sudah tahu sudut mana yang ingin ia gali lebih dalam. Tapi ia mau tahu sejauh apa Agatha sebenarnya ingin memperlihatkan siapa dirinya pada Isaac.

"Hm.. Darimana ya." Kata Agatha sambil mulai menggali pikirannya. Ia lalu menoleh kepada Isaac lalu meraih tangan pria itu. "Kenapa tiba-tiba, tuan?" Tanya Agatha sambil menggenggam satu persatu jari jemari Isaac. Pria itu mendekatkan tubuhnya sejengkal, menghapus jarak antaranya dan gadisnya ini. "Apakah aku tidak boleh tahu kehidupanmu?" Tanya Isaac sambil mengangkat dagu Agatha agar kedua mata mereka bertemu.

"Hm?" Bisik Isaac sambil menekan dahinya kepada dahi Agatha lalu mulai membawa tubuh Agatha untuk mengayun bersamanya, mengikuti arah deburan ombak, menari dengan pelan diiringi siulan lembut dari angin malam itu. Tangan Isaac yang diraih Agatha kini membalas tangan Agatha dengan genggaman yang kokoh, sedangkan tangannya yang lain turun mengelus punggung Agatha lalu berhenti dan menggenggam pinggang gadis itu.

Agatha merasakan sebuah aliran segaris tiap tubuhnya disentuh oleh kedua tangan tuannya ini. Seperti perasaan intim yang belum pernah ia rasakan dari Lucas yang hanya menyentuhnya kalau ia sedang kesal dan penuh dengan napsu. Agatha menggigil tiap mengingat kenangan itu. Kenangan Lucas sebagai kekasihnya yang di luar dari deskripsi biasa dan baik. Itu kisah yang berakar dalam di pikiran Agatha. Yang menghancurkannya. Yang perlahan menyakitinya selama ini.

Tangannya mendingin dan desiran darah di tubuhnya jadi menyakitkan, membuatnya letih dengan kehidupan, membuatnya ingin tidur di dasar laut yang menyaksikannya runtuh lagi. Lalu Agatha merasakan Isaac memperkuat remasannya pada tangannya. Seperti sebuah upaya pria itu untuk menghentikan  gemetar tubuh Agatha. Gadis itu menengadah dengan sebuah senyuman lalu menghela napasnya lalu menjatuhkan kepalanya kepada dada Isaac. Ia ingin diam dulu sejenak. "Take your time, baby." Bisik Isaac.

Isaac melihat tubuh Agatha yang menggigil. Sebagian karena angin malam yang menelusup lewat celah jas Isaac yang kebesaran di tubuh Agatha. Tapi sebagian besarnya adalah karena sesuatu yang membuatnya teringat akan betapa lemah dirinya.

Toy For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang