Isaac mengerjap beberapa kali untuk memfokuskan penglihatannya yang buram. Pria itu diam sejenak menatap langit-langit kamarnya lalu menoleh ke sebelahnya untuk melihat punggung telanjang dari gadis yang dikenalnya. Selimut yang dipakainya hanya setinggi pinggang gadis itu. Apa dia tidak kedinginan?"Agatha.." desahnya sambil mendaratkan telapak tangannya yang hangat di lengan Agatha yang terasa dingin karena suhu AC. Gadis itu berbalik sambil menguap dan berdehem. "Apa sudah pagi?" Tanya gadis itu.
"Belum. Tapi kau tidur di kamarku." Kata Isaac. Agatha membuka matanya lalu mengerjap beberapa kali. "Ya, kamu memintaku untuk tidur bersamamu." Katanya.
"Isaac," panggil Agatha selagi ia memposisikan dirinya untuk duduk dan bersandar. Isaac menoleh kepadanya sambil memijit kepalanya yang sedikit sakit, hal yang sudah terlalu biasa untuknya yang terlalu sering minum.
"Bisakah kamu berhenti minum alkohol?" Tanya Agatha.
"Apa? Kenapa?" Tanya Isaac sambil mengernyitkan dahinya. Ia belum pernah dimintai hal seperti itu. Ini pertama kalinya ada orang yang peduli dengan kebiasaannya.
"Karena kamu selalu mabuk. Kapanpun aku menemuimu kamu kelihatan baru minum sebotol alkohol."
Isaac tertegun sejenak. Apa iya ya? Ia tidak begitu menyadarinya. Tidak ada yang menyadarkannya. Tapi mungkin kalau dipikir lagi, tidak ada yang berani menyadarkannya.
"Kenapa kau memintaku untuk berhenti hm?" Tanya Isaac sambil mendudukkan dirinya dan menarik Agatha untuk masuk kedalam dekapannya. Gadis itu menurut dan kembali diam, berpikir akan jawaban yang pas.
"Kamu sedang lari dari apa?"
Isaac mengangkat wajahnya yang ia sandarkan ke pundak Agatha tadinya untuk melihat wajah gadis itu. "Hah?"
"Mabuk-mabukkan itu setahuku kebiasaan untuk lari dari kenyataan. Supaya pikiranmu cukup buram untuk melupakan semuanya."
"Aku tidak lari dari apa-apa." Kata Isaac kembali mendaratkan dagunya di pundak Agatha. Kedua tangannya mendekap pinggang Agatha yang mungil. Ia suka memeluk Agatha. Terasa pas untuknya. "Aku tidak lari dari apa-apa kok." Kata Isaac lagi.
"Kalau begitu, apa aku boleh tahu kenapa kamu terus mabuk-mabukkan? Apa ada yang membuatmu terganggu?"
Isaac menggeleng. "Tidak." Katanya. Agatha terdengar menghela napas sejenak.
"Ada apa?" Tanya Isaac. Agatha menggeleng. "Aku hanya sedikit.. lelah." Katanya. "Besok aku libur." Kata Agatha.
"Oh?" Tanya Isaac sambil memutar tubuh Agatha dengan pelan. Gadis itu menurut lagi. "Apa kamu mengajakku?" Tanyanya sambil melayangkan sebuah ciuman singkat ke bibir ranum Agatha.
Agatha tidak menjawab dengan mulutnya. Tapi kedua tangannya sudah melingkar di leher Isaac. "Berjanjilah padaku." Kata Agatha sambil menjauhkan bibirnya dari bibir Isaac. Pria itu tersenyum sambil merekatkan dahinya dengan Agatha.
"Kenapa aku harus mengikutinya hm?" Tanya Isaac. "Kau bisa mati karena itu." Jawab Agatha cepat.
"Apa kau mengatakan ini juga pada Lucas?" Tanya Isaac sambil membaringkan Agatha di kasurnya. Gadis itu segera membulat matinya dan mengernyitkan dahinya. "Kau kenal dengannya?" Tanya gadis itu sambil mendorong Isaac. Pria itu hanya kembali tersenyum.
"Enggak juga, aku hanya pernah mendengar namanya satu atau dua kali." Kata Isaac. "Aku dengar dia teman dekatmu."
Agatha mengatupkan mulutnya yang menganga. Darimana Isaac mendengar soal Lucas? Dan apa dia tahu hubungannya dengan Agatha?
"Dia hanya teman dekatmu 'kan, Agatha?" Tanya Isaac sambil mengelus pinggang gadis itu. Agatha merinding. Dari pertanyaan dan sapuan tangan Isaac. Tapi ia langsung mengangguk. "Ya, dia hanya temanku." Kata Agatha sambil tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Toy For You
Romance𝟐𝟏+ 𝐃𝐞𝐟𝐢𝐧𝐢𝐭𝐞𝐥𝐲 𝐂𝐨𝐧𝐭𝐚𝐢𝐧 𝐄𝐱𝐩𝐥𝐢𝐜𝐢𝐭 𝐂𝐨𝐧𝐭𝐞𝐧𝐭. Agatha Ivy. Gadis malang yang terus-terusan terbelit masalah bahkan ketika ia tidak memintanya. Apalagi ketika ia harus menandatangani kontrak yang membuatnya jadi milik Isaa...