36 - 𝓡𝓮𝓼𝓮𝓷𝓽𝓶𝓮𝓷𝓽

1.4K 48 2
                                    


Agatha duduk di mobil dengan kepala yang terasa seperti lubang menganga yang dalam dan gelap. Ia merasakan nadinya berdetak pelan dan jantungnya berdegup teredam di dalam dadanya. Rasanya begitu sesak. Dirinya itu. Hidupnya saat ini. Menyesakkan.

Permainan ini begitu menyesakkan. Permainan perasaan yang Agatha mulai karena ia menginginkan sebuah gejolak di hidupnya yang begitu senyap dan aman di rumah ayahnya yang begitu luas nan menghimpit. Sebenarnya dari sejak kapan ia mulai melakukan hal ini dan apa sebenarnya yang ia ingin dapatkan dari semua ini?

Ia menghela napas dan memejamkan matanya dalam-dalam lalu kemudian mulai membawa dirinya kembali kala ketika ibunya masih bersamanya. Sebuah fatamorgana yang selalu Agatha simpan di dalam kepalanya dengan baik meski semakin kesini ia mulai lupa banyak hal dari semua hal yang telah ia lakukan. Ia paling suka dengan ingatan saat ia dibawa ibunya ke sebuah padang bunga matahari di tempat yang sangat jauh dari rumah mereka. Agatha dibelikan es krim stroberi dan ibunya membeli es loli rasa mangga untuk dirinya sendiri. Hari itu cerah dan Agatha banyak mendengar ibunya bercerita dengan antusias tentang masa kecilnya di ladang bunga matahari itu.

Agatha kemudian mengetahui sebuah kenyataan saat ia berumur dua belas, bahwa pada hari itu ibunya sama sekali tidak memberitahu idenya membawa Agatha pergi jauh dan ayahnya mengira ia dan Agatha telah diculik karena tidak kelihatan sampai malam hari.

Wanita gila; ibunya itu. Begitu kata ayahnya dan segenap kakak pembantu yang tak sengaja bergosip, mengira Agatha sedang tidak duduk di balik rak buku di perpustakaan keluarga. Semua orang memperlakukannya seperti orang aneh. Seperti seorang pasien sakit jiwa yang harus makan obat yang membuatnya begitu lemah dan kurus.

Orang-orang ini menyiksanya, pikira Agatha. Pelayan, penjaga, teman sosialita, ayah Agatha, dan bahkan keluarga besar Ivy melihat ibu Agatha sebagai seorang buangan yang punya banyak uang. Pelan-pelan Agatha menyaksikan hidup ibunya dibuang sia-sia.

Tapi Agatha melihat lebih dalam daripada kelakuan-kelakuan impulsif ibunya. Ia melihat sebuah enigma dari wanita yang seharusnya ceria dan hidup sepenuhnya pada masa kini. Dengan uang, kekuasaan dan semua orang yang bisa membantunya itu ia seharusnya tidak perlu memikirkan apa-apa lagi dan berfokus pada keinginan tanpa batas yang bisa ia penuhi. Lalu kemudian Agatha mengingat kala terakhir ibunya mengatakan sesuatu padanya.

Ingatan itu sangat buram dan suara ibunya menggema kencang ketika Agatha mendengarkannya. Ibunya akhirnya benar-benar jatuh sakit dan perlu melewati masa-masa berbaring di rumah sakit. Agatha tidak diperbolehkan untuk menjenguk ibunya selama berbulan-bulan dan pada masa itu juga yang Agatha lakukan hanyalah merindukan ibunya dan menyaipkan semua hal yang bisa ia siapkan sebagai hadiah ketika Agatha akhirnya bisa kembali bertemu dengannya. Agatha yang kecil tidak akan pernah bisa menyangka ketika ibunya dikembalikan ke rumah bukan karena ia sepenuhnya telah sembuh. Gadis kecil itu mengalami syok berat melihat ibunya selemah itu setelah berbulan-bulan tidak bisa melihatnya sampai ia melupakan semua hadiah yang sudah ia siapkan.

Ibunya jatuh begitu dalam di dalam ranjau penyakitnya sampai dokter merasa tidak ada lagi yang bisa mereka lakukan.

Ingatan Agatha berhenti sejenak sampai pada masa itu. Kepalanya berdenyut ketika ia kembali membuka ingatan-ingatan itu. Seperti ada sebuah kekuatan dari dalam dirinya yang membendung keinginan Agatha untuk mengingat satu-satunya masa yang ia miliki tentang ibunya. Agatha sejujurnya telah sepenuhnya melupakan apa yang dikatakan ibunya terakhir kali padanya. Ia menghela napasnya dan mengatur dirinya untuk kembali ke masa sekarang, sendirian di dalam mobil. Lagipula, kata-kata itu mungkin tidak begitu penting. Begitu pikir Agatha ketika ia akhirnya memalingkan wajah dan menemukan sebuah notifikasi di layar handphone-nya.

Toy For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang