37 - 𝓗𝓮𝓵𝓵𝓸, 𝓘 𝓪𝓶 𝓐𝓰𝓪𝓽𝓱𝓪.

980 29 2
                                    

Begini rasanya rupanya, pikir Agatha. Rasanya mengangkat kepala dengan mata tajam yang sayu melihat kepada semua pandangan yang selama ini Agatha tidak lihat.

Dulu Agatha kira pandangan itu adalah pandangan menindas yang berusaha mencari kelemahannya. Sekarang Agatha sadar kalau semua pandangan itu adalah pandangan kagum, takut, terkesima, kaget dan Agatha tidak menemukan pandangan yang selama ini ia kira pandangan menjatuhkan yang diberikan orang kepadanya. Malah sebaliknya. Mereka malah takut melihat Agatha tepat di matanya. Karena mereka tahu Agatha-lah yang bisa menjatuhkan mereka.

Agatha sudah bangun dari mimpi-mimpi buruknya. Ia telah kembali mengingat seberapa besar kuasa dari namanya.

Agatha Ivy.

Nama itu bukan hanya nama biasa. Atau nama di sertifikat lahir dan kartu identitasnya.

Nama itu panjang sejarahnya. Nama itu adalah nama yang membangun desa ilalang jadi kota cemerlang seperti sekarang.

Agatha Ivy.

Nama itu adalah nama yang dipuja. Nama yang disebutkan di berita jadi anak pemilik perusahaan terbesar di negara itu. Nama Ivy-nya itu selalu bersaing di permainan besar dengan taruhan yang besar. Ia lahir ke nama yang begitu dipuja itu. Tapi selama ini ia tidak pernah merasa ia lahir untuk mengemban nama itu.

Ia tersungkur lemah selama ini. Takut ditekan dan takut dipukuli oleh orang-orang yang namanya tak dipuja. Ia selama ini takut akan hal-hal yang begitu tak relevan. Ia tidak bergerak leluasa karena takut ia akan ditindas. Ia mengemban tanggung jawab yang begitu besar dan tak pernah melihat hak dari namanya itu sepenuhnya miliknya.

Tapi begitu terkekangnya ia di dalam dirinya pun ia tetap dipermainkan. Perasaannya, tubuhnya, jiwanya. Jadi apa gunanya hidup aman?

Agatha melihat Lucas yang begitu binasa di hadapannya. Matanya sembap dan sebentar lagi ia kelihatan akan mulai membanjiri kafe ini dengan air matanya. Dan Agatha tidak ingin berada disana untuk melihat itu. Ia tidak punya waktu lagi untuk hal-hal yang tidak relevan.

"Sampai sini saja hubungan kita. Aku harap kamu tidak berusaha untuk mengangguku lagi. Aku sarankan kau kembali saja ke Jepang dan tidak pernah kembali lagi kesini. Aku akan menginjak-injakmu sama seperti kau membiarkan teman-temanmu menginjak-injakku dulu."

Isakan Lucas meledak mendengar ancaman Agatha yang kedengaran begitu dingin. "Kumohon, Agatha, berikan aku kesempatan. Aku ingin memenangkan perhatianmu lagi. Aku salah dulu. Aku minta maaf." Lucas menangkup tangan Agatha yang ada di meja dengan kedua tangannya yang dingin. "Aku akan melakukan apa saja. Kumohon. Berikan aku kesempatan lagi."

Wajah Agatha memang datar, tapi ia ingin sekali mengernyitkan dahinya karena sekarang ini ia kebingungan dengan ketulusan kata-kata Lucas. Apa-apaan ini? Apa yang ia alami selama ia menghilang dari hadapan Agatha waktu itu? Apakah ini relevan saat ini? Kenapa pria ini menangis seperti bayi? Memangnya apa yang akan terjadi kalau Agatha pergi?

"Bukankah katamu waktu itu kalau aku ini mudah untuk digantikan?"

"Tidak. Kamu tidak tergantikan, Agatha." Lucas menyeka air matanya lalu berusaha untuk tersenyum diatas kehancurannya sendiri. "Kamu adalah satu-satunya dan kamu tidak tergantikan."

Agatha adalah satu-satunya dan Agatha tidak tergantikan katanya? Hah?

Agatha terkekeh lalu menggeleng penuh ketidak percayaan. "Kamu masih saja pintar dengan kata-katamu."

"Aku sedang jujur! Kenapa kamu tidak percaya padaku?"

"Mulai darimana aku harus percaya padamu?"

"Semuanya! Semua yang aku katakan ini tulus!"

Toy For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang