8 - 𝓗𝓸𝓶𝓮

12K 397 2
                                    


Agatha terbangun di sofa di ruang tamu besar rumah itu. Sepertinya ia ketiduran. Gadis itu menoleh kearah jendela dan melihat kalau hari sudah gelap. Ia sendirian dan yang terdengar hanya suara deru pendingin ruangan.

Gadis itu duduk sambil memeluk kedua lututnya yang terasa dingin.

Sekilas pikirannya mendarat pada Isaac dan Nana yang tidak terdengar suaranya tapi kemudian ia mendapati mereka berdua sedang tidur bersama di tempat tidur anjing yang juga dibawa Kay tadi.

Agatha mengingat-ingat kembali apa pesan Kay tadi kepadanya. 'Gue mau urus kantor dulu sama nanti jemput mas-mu. Kalo ada apa-apa telpon ya.' Begitu.

Agatha mengusap wajahnya sambil menguap. Ia semalam tidak tidur cukup. Kepalanya sedikit sakit sekarang, tapi ia tidak begitu menggubris rasanya. Ia harus memasak sekarang.

Tapi ketika ia hendak meraih panci penggorengan, ia bisa merasakan dua tangan besar yang menggeliut dan mendekapnya dari belakang. Agatha kaku, tidak yakin bisa bergerak atau tidak. "Agatha.." desah suara yang dikenal Agatha. Gadis itu bisa menicum bau alkohol dari napas pria itu. Isaac sudah pulang ternyata.

Agatha memutar tubuhnya untuk melihat wajah Isaac yang sedikit merah. Pria itu tetap memeluk Agatha dan memejamkan matanya. "Hei, Agatha. Isaac kayaknya kebanyakan minum." Kata Kay yang masuk dengan beberapa koper.

Tubuh Isaac hampir melorot turun sebelum Agatha menangkapnya dan susah payah menahan tubuh besar pria itu dia kedua tangannya yang kecil. "Aku harus apa ya?" Tanya Agatha yang tidak pernah mengadapi orang mabuk.

"Gue biasanya bawa ke kamar. Terus dilepasin aja sepatu sama dasi sama jas. Di lap mukanya. Lu masak sup deh besok pasti dia pengar banget. Kata sekretarisnya dia minum tiga botol wine, gila kali ni anak minum alkohol kayak minum air."

Agatha mengangguk paham lalu mencoba untuk membangunkan Isaac supaya ia bisa berdiri sendiri dulu. Isaac terbangun sedikit lalu tersenyum dan mencium pipi Agatha tapi kembali tertidur. "Um.. Kay bisa bantuin?" Kay meletakkan koper-koper yang dibawanya ke lantai dan berjalan kearah Agatha yang mulai bergetar dan hampir jatuh ke lantai. Ia mengangkat Isaac, dibantu Agatha di sebelah lainnya.

"Dia suka minum sebanyak ini?" Tanya Agatha sambil berjalan menyeret Isaac bersama dengan Kay. "Iya. Gue gak ngerti deh kenapa." Kata Kay sambil mengingat-ingat beberapa kali Kay mendapati Isaac minum sampai mabuk, seakan alkohol adalah minuman yang lebih penting ketimbang air putih.

Kay dan Agatha meletakkan tubuh Isaac di tempat tidur kamarnya. Kay lalu pamit karena harus buru-buru ke kantor dan meninggalkan Agatha yang berdiri, menoleh kepada Isaac. Gadis itu mendekat dan  duduk di lantai sebelah sisi kasur dimana Isaac diletakkan.

Ia meneliti setiap inci wajah pria yang sedang tertidur itu. Sama seperti ia meneliti wajah Isaac di malam pertama ia tinggal di rumah ini. Ia kadang-kadang lupa kalau ia berada disini karena keserakahan ayahnya yang menjualnya dengan kontrak itu.

Agatha memejamkan matanya sambil mengistirahatkan kepalanya yang penuh dengan pikiran dan pertanyaan sejak pertama ia berada disini. Agatha kembali membuka matanya ketika merasakan sebuah tangan besar yang mengelus puncak kepalanya. Isaac terbangun. Pria itu mengelus puncak kepala Agatha yang masih duduk di lantai sebelahnya sambil diam menatapnya.

Tangan pria itu turun ke pipi Agatha dan ke hidung, lalu ke bibir. Pria itu menyapu tangannya di bibir Agatha yang lembut. Ia masih belum berkata apa-apa. Agatha pikir mungkin Isaac sedang memikirkan sesuatu. Tapi sedetik setelah itu wajah Isaac mendekat ke wajahnya. Pria itu mendaratkan bibirnya yang bau alkohol di bibir Agatha.

Kecupan kecil berubah menjadi lumatan penuh nafsu. Agatha mendorong tubuh Isaac tadi pria itu menangkis penolakan Agatha dan menguncinya dalam dekapan.

Toy For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang