5 - 𝓢𝓸𝓽𝓸

14.8K 434 4
                                    

Isaac menghentak keras miliknya di dalam milik Agatha ketika ia mencapai klimaksnya. Sensasi yang dirasakan pria itu tidak kentara rasanya, ia ingin lagi. Tapi sepertinya untuk pagi itu dua kali saja sudah cukup. Isaac ambruk sejenak sebelum kembali bangkit dan melepas miliknya. Ia menarik resleting celananya sambil menghela lega ke udara. Pria itu menarik jasnya yang sudah ia siapkan tadi selagi tangannya yang lain menyisir rambutnya dengan jemarinya sendiri. Agatha beringsut dari lantai yang dingin dan terduduk disana sambil menatap Isaac yang sesekali menoleh kearahnya.

"Kay akan menjagamu disini." Kata Isaac sambil memperbaiki posisi jam di tangannya.

"Anda mau kemana?" Tanya Agatha.

"Aku ada perjalanan bisnis. Tidak akan lama. Paling tiga hari." Jawab Isaac sambil mengulurkan tangannya ke Agatha. Gadis itu menjawab uluran tangan Isaac dan merasakan tarikan dari Isaac sampai ia bisa berdiri. Pria itu mendekatkan tubuh Agatha ke kedua tangannya lalu mengecup leher gadis itu. Menghabiskan sisa-sisa napsu yang dia miliki tadi.

Kedua tangan Isaac mengusap punggung Agatha yang terasa dingin lalu turun untuk meremas pantat Agatha. Gadis itu memekik kaget sambil menatap Isaac yang tersenyum jahil. "Jangan jatuh cinta dengannya ya." Kata Isaac sambil mengecup pipi dan bibir Agatha lembut. Napasnya yang hangat menyapu bibir Agatha sebelum kembali melumatnya.

"Kamu itu milikku." Katanya sambil menggigit bibir Agatha iseng. "Mengerti?" Agatha mengangguk pelan sambil merasakan Isaac menarik kedua tangannya menjauh dari pinggangnya lalu berputar dan pergi keluar kamar.

Agatha mengikutinya dari belakang sambil menurunkan rok dari gaun yang dipakainya. Setiap kali melihat punggung Isaac yang mendominasinya, Agatha selalu teringat dengan punggung berotot yang dulu pernah membelakanginya juga. Ia ingat pria yang akan minum wine setiap kali ia selesai melampiaskan napsunya dengan Agatha. Kekasih yang mengajarinya cara-cara memuaskan pria. Kenapa dia teringat dengan si brengsek itu?

"A.. Aku bisa sendirian." Cetus Agatha. Kay berhenti berjalan, diikuti Agatha. Pria itu menoleh dan menatap Agatha tajam. Ah, mungkin dia tidak percaya padaku. Pikir Agatha. Mugkin dia pikir aku akan lari kalau sendirian. "Kau tidak aman sendirian."

"Ta.. Tapi rumah ini-"

"Jangan! ..menolak permintaanku." Kata Isaac yang memijit batang hidungnya. Agatha kembali menciut ketika mendengar suara Isaac yang menggelegar. Pria itu terang-terangan memperlihatkan kalau tidak suka penolakan.

Isaac menghela napas ketika melihat Agatha ciut, memainkan jari jemarinya, gugup. Pria itu berjalan kearahnya lalu mengecup dahi gadis itu. "Tolong ikuti saja apa yang aku inginkan." Katanya. "Aku mengerti kamu diajari hidup mandiri di rumahmu. Tapi sekarang kamu di rumahku. Kamu harus melakukan semuanya sesuai dengan caraku." Agatha menatap manik Isaac dalam diam. "Mengerti, Agatha?"

"Aku mengerti."

Kay menunggu diluar dengan tas besar di tangannya. Ia menoleh kepada Agatha yang muncul dari balik pintu lalu kembali menatap Isaac dan berbicara dengannya. "Tolong penuhi saja semua maunya." Kata Isaac sambil menoleh kepada Agatha dan tersenyum. Kay hanya diam dan mengangguk-anggukkan kepalanya. Agatha yakin pria itu berlagak profesional karena ada sekretaris dan supir Isaac disana.

Isaac melambai untuk terakhir kalinya kepada Agatha sebelum masuk kedalam mobil. Ada rasa rindu yang sudah tumbuh di benak pria itu. Ia inginnya membawa Agatha bersamanya kemanapun ia pergi. Ia yakin Agatha juga akan suka pergi ke tujuan yang Isaac akan datangi. Tapi pria itu yakin gadis itu lebih aman di rumah. Dijaga Kay dan petugas keamanannya. Mungkin juga ia akan memanggil petugas tambahan untuk menyisir hutan di luar gerbang tingginya.

Agatha hanya menatap Isaac pergi sambil tersenyum simpul. Apa ini? Pikirnya. Pria ini memperlakukannya bak istri yang sah. Ia bahkan mengantar Isaac pergi, seperti istri yang sah.

Toy For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang