46

439 4 1
                                    

"Anika," panggil seorang wanita tua yang bangun dari kursi goyangnya ketika melihat seorang anak gadis masuk dari pintu depan membawa dua kantong kertas besar di dekapan tangannya. "Ya, nyonya?" Tanya gadis itu. "Tolong panggilkan tukang ledeng untuk kamar nomor 5. Lalu jangan lupa mengingatkan juru masak untuk segera mulai menyiapkan makanan untuk para tamu. Hari ini kita punya sekitar lima belas tamu." Gadis itu mengangguk paham pada arahan dari wanita tua itu lalu terlihat berpikir sejenak. Melihat Anika yang tidak bergerak dari tempatnya sang nyonya tertawa kecil, "kamu berpikir kapan gajian ya? Hari ini. Nanti minta semua pekerja untuk berkumpul di dapur ya." Katanya dengan senyuman. Anika langsung tersenyum dan mengiyakan. Ia berjalan setengah melompat karena rasa bahagia dari mengetahui kalau hari itu adalah hari terbaik dalam satu bulan ini.

Gadis itu membawa kedua kantong kertas itu menuju bagian dapur dari gedung. Ia menyapa satu persatu pekerja yang ia lewati di setiap lorong, yang membawa selimut baru, yang membawa cucian, yang membawa nampan berisi makanan; ia mengenali semua pekerja disana.

"Anika, apa kamu membawa semua yang tadi aku tulis di daftar belanjaan?" Tanya seorang pria tua yang memakai celemek putih dan topi putih tinggi. Anika mengangguk, "semuanya ada di dalam kantong, Pak Fred." Kedua sisi kumis putih pria tua itu terangkat selagi kedua matanya membentuk sabit. "Terima kasih, Anika." Kata pria itu sambil menyerahkan sebuah sapu tangan yang berisi kue muffin pisang, semacam tanda terima kasih favorit yang disukai Anika setiap kali ia membantu pekerja dapur. "Dimana Aggie?" Tanya Anika. Pria berkumis itu mengeluarkan satu persatu barang-barang yang ada di dalam kantong kertas, "mungkin di teras belakang. Hari ini Aggie kelihatan baik. Apa ada yang terjadi?" Tanya pria itu. Anika menundukkan kepalanya untuk menyembunyikan senyum yang tiba-tiba muncul pada wajahnya karena perkataan pria berkumis itu. "Tidak ada," katanya sambil menggeleng. "Oh, kalian berdua ini selalu saja." Kata pria itu sambil menggelengkan kepalanya lalu tertawa. "Yah, kalau Aggie bahagia, seluruh penginapan ini akan ketularan nanti." Katanya, "kutukan Aggie." Lanjutnya.

"Kutukan Aggie," Anika mengiyakan.

"Anika," panggil suara lain yang menggema dari lorong, "kau berkata kalau kau akan kembali dalam waktu sejam," lanjut suara itu, terdengar semakin keras seiring tapakan sepatunya juga semakin dekat.

"Oh, selamat siang, Aggie," sapa pria berkumis yang sedari tadi berbicara dengan Anika. "Mau muffin?"

"Tidak, paman Fred, terima kasih. Aku hanya ingin menjemput Anika," kata Aggie sambil meraih tangan Anika dan berbalik dengan terburu-buru. "Ayo, aku harus memperlihatkan sesuatu." Kata Aggie. Kedua binar di sepasang mata Anika menyala. "Apa dia sudah datang? Apa pangeranmu sudah datang?"

Aggie menoleh kepada Anika ketika derap kaki dan tarikan tangannya berhenti. Aggie tersenyum lalu mengernyitkan dahinya. "Apa? Pangeranku?" Aggie menggeleng, "aku yakin ia sudah mati." Kata Aggie sambil berbalik dan mulai kembali bergegas menuju taman belakang penginapan itu. "Lalu apa yang ingin kamu perlihatkan padaku?" Tanya Anika ketika mereka berdua berhenti berlari. Sepasang mata Anika yang penasaran masih terpaku pada Aggie sebelum akhirnya mengikuti kemana mata Aggie memandang. "Angsamu. Telurnya sudah menetas." Kata Aggie dengan senyum lebar seakan ia adalah seorang tante yang bangga melihat keponakannya yang baru lahir.

Anika menatap kepada tiga butir cangkang telur yang telah terbelah dengan tiga anak angsa yang sedang disayang oleh sepasang angsa dewasa. Leher-leher panjang mereka menunduk dan menatap ketiga bayi kecil mereka bergantian dari sisi kepala kiri lalu ke yang kanan. "Oh, astaga," kata Anika ketika ia tersungkur, dipenuhi dengan rasa takjub dengan apa yang ia saksikan sekarang.

Anika ingat ketika ia pertama menemukan tiga butir telur di sebuah sarang di pinggir danau dekat penginapan itu. Anika menemukan sepasang rubah yang tengah mengintai sesuatu di pinggir pantai. Ada banyak rubah dan serigala di sekitar penginapan itu. Anika mengetahuinya karena gadis itu selalu memberi mereka makan. Anika tak takut pada hewan liar, dan mungkin melihat betapa baik Anika kepada mereka, hewan-hewan liar itu berbagi kisah tentangnya lalu mulai melihat Anika sebagai semacam penjaga hutan atau sesuatu yang baik.

Toy For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang