39 - 𝓣𝓱𝓮 𝓗𝓪𝓹𝓹𝓲𝓮𝓼𝓽

1.2K 42 0
                                    

Setelah menitipkan Miracle kepada pihak rumah sakit dan memberikan nomor telepon ayahnya kepada resepsionis, Agatha diantarkan Kay menuju rumah pantai milik Isaac. Agatha turun dari mobil, berterima kasih kepada Kay, lalu melihat mobil pria itu berkendara menjauh.

Agatha membalik badannya lalu menengadah pada rumah pantai yang baru kali ini ia kunjungi. Isaac tidak pernah mengatakan keberadaan rumah ini, tapi kalau dipikir-pikir Isaac tidak sering mengajak Agatha berbicara tentang aset tanah yang ia miliki.

Gadis itu menyusuri lantai kayu dari teras luas sambil melihat sekelilingnya. Langkah kakinya terhenti beberapa langkah sebelum pintu depan ketika perhatiannya berpindah kepada langit sore di atas pantai tepat di sebelah rumah itu. Ia berjalan ke pinggir teras untuk melihat langit sore itu dengan jelas. Angin pantai yang kian mendingin membuatnya menggigil bersamaan dengan apa yang barusan ia lakukan.

Ia membela dirinya di depan Lucas.

Ya. Dan tentu antek-anteknya. Gadis itu baru saja melakukan itu. Tanpa rasa takut, atau menyesal. Seakan ia tidak lagi bisa dipengaruhi oleh wajah tampan Lucas yang memelas atau kata-kata manis yang keluar dari mulut pria itu.

Agatha menghela napasnya sambil memejamkan matanya dalam-dalam. Rasanya lega sekaligus menakutkan. Lepas dari hubungan seperti itu rasanya seperti lepas dari lantai tempat Agatha berpijak selama ini. Lepas dari pijakan yang sebenarnya duri dan bara api yang penuh dengan ketidakjelasan dan kata-kata buruk, lalu berpindah kepada pijakan yang putih kosong seperti kertas baru atau mungkin dinding isolasi dari rumah sakit jiwa. Agatha rasa perubahan yang terjadi itu menakutkan.

Tapi ia perlu melakukannya. Sejujurnya karena ia lelah dan bosan.

Lucas seenaknya pergi dan menghilang, tanpa kabar dan tanpa peringatan sebelumnya. Lalu muncul lagi dengan muka memelas dan permohonan maaf yang bertubi-tubi. Maaf karena perbuatannya dan caranya meninggalkan Agatha. Itu 'kan tidak adil. 

Entah alasan apapun yang sebenarnya ia akan gunakan untuk membuat Agatha percaya, Agatha sudah sempat bersumpah kalau ia tidak akan mau lagi terpengaruh Lucas. Dan semua usaha pria itu untuk mendapat perhatian Agatha sekarang malah terlihat menyedihkan untuk Agatha. 

Lucas : 15:35 Sayang, aku akan menemukan tempat yang kau mau. Kumohon tunggu ya. :)

Agatha : 16:03 Jangan panggil aku sayang.

Rasanya Agatha ingin sekali untuk melempar handphone-nya setelah melihat pesan dari Lucas itu. Sepertinya pria itu tidak akan berhenti untuk menghubunginya meski gadis itu memintanya untuk tidak mengiriminya pesan kalau bukan soal pencarian tempat yang diinginkan Agatha.

"Dari belakang pun kamu sangat cantik, Aggie," suara Isaac membuat pikiran Agatha terhenti. Gadis itu menoleh dengan senyuman kepada Isaac yang berjalan kepadanya.

Tangan Isaac menelusup masuk ke dalam jubah Agatha dan mendekap pinggang gadisnya erat. "Aku kangen," gumam Isaac ketika pria itu membenamkan wajahnya kepada pundak Agatha. "Kamu darimana saja?"

"Ketemu beberapa teman."

"Seberapa dekat kamu dengan mereka?"

"Lumayan dekat."

"Oh? Kenapa tidak pernah cerita?"

Agatha melayangkan senyum sebelum kembali menengadah pada langit sore itu, tidak punya maksud untuk menjawab pertanyaan Isaac. Pria itu mengernyitkan dahinya bingung, tapi kemudian menerima kenyataan kalau ia tidak perlu mengetahui segala hal tentang Agatha.

"Kamu tidak perlu cerita, kalau begitu." Kata Isaac yang lalu mengecup pipi dan kening Agatha.

"Isaac."

Toy For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang