34 - 𝓗𝓮𝓻 𝓞𝓽𝓱𝓮𝓻 𝓕𝓲𝓻𝓼𝓽

1.8K 60 3
                                    

Isaac termenung dengan segelas gin di tangannya. Lagi-lagi ia memaksa dirinya untuk melupakan kesedihannya dengan alkohol. Ia menoleh kepada Agatha yang tertidur di kamar sebelah. Wajahnya tenang dalam rengkuhan bantal-bantal yang ia posisikan memeluk seluruh badannya.

Isaac beranjak berdiri dan berjalan gontai menuju kasur. Ia menjatuhkan tubuhnya keras-keras ke sebelah Agatha, membangunkan gadis itu. "Isaac. Hai," sapanya sambil mengucek mata dan meregangkan badannya. Isaac tersenyum lebar ketika gelas bergulir jatuh dari tangannya yang ia pindahkan ke atas tubuh Agatha. "Aku kangen." Katanya. "Dimana temanmu?"

"Dia tidak jadi menginap. Katanya ia harus kembali karena perlu mengurus adiknya."

Isaac menengadah kepada Agatha dan memasang wajah memelas, "awee untung aku kesini. 'Kan kasian kalau kamu sendirian." Katanya sambil mengeratkan rengkuhan di pinggang Agatha. "Aku tidak apa-apa juga kalau sendirian." Kata Agatha sambil berbalik dan menatap lurus kepada Isaac yang kelihatan semakin mabuk karena tatapan manis yang mendarat ke wajahnya itu. "Kamu minum lagi?" Isaac memejamkan matanya lalu menganggukkan kepala, kembali tersenyum lebar. "Sebutuh itukah kamu untuk terus minum Isaac?"

Isaac kembali membuka matanya, ingin melihat wajah seperti apa yang dipasang Agatha, setengah khawatir gadis itu memasang wajah kesal. Tapi tidak. Agatha hanya menatap lurus kepadanya, tidak memasang rona apapun. Ia hanya menatapnya. Agatha hanya sedang benar-benar penasaran mengapa Isaac terus minum. "Aku hanya suka rasa berputar yang muncul di kepalaku kalau minum. Terus lantai rasanya jadi jeli dan aku jalannya jadi zig-zag, seru." Kata Isaac sambil memanyunkan bibirnya ketika berbicara, mengimitasi anak-anak ketika menjelaskan hal yang menarik.

"Boleh aku mencobanya?" Tanya Agatha sambil beranjak dan meraih gelas yang tadi menggelinding dari tangan Isaac. "Tidak. Tidak. Tidak boleh." Isaac segera bangkit berdiri, seketika kembali sadar dan meraih gelas yang ada di tangan Agatha. "Kamu belum boleh minum."

"Aku hanya ingin mencoba rasanya."

Isaac menggeleng, namun Agatha merengkuh dan melindungi gelas itu di dalam dekapan di dekat dadanya. Isaac terkekeh lalu memeluk Agatha, perlahan berusaha untuk meraih kedua tangannya yang melindungi gelas kosong itu. "Aggie, kamu tidak akan suka dengan rasanya." Kata Isaac sambil terkekeh. "Pahit."

"Aggie?" Agatha memutar badannya, menatap Isaac dengan tatapan kaget. Isaac tidak pernah sesadar ini dalam waktu sesingkat itu sebelumnya. Ia segera mengusap tengkuknya, merasa ia baru saja melakukan kesalahan. "Ah, maaf. Aku keceplosan. Aku tahu kamu tidak suka kalau aku terlalu memaksa sok dekat."

Agatha mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Pipinya memerah dan hatinya sedikit lagi akan meledak. "Agatha, kamu tidak apa-apa?" Tanya Isaac sambil mengangkat kedua pipi Agatha yang memanas. "Kamu demam ya?"

Agatha menggeleng lalu tersenyum simpul. "Aku mau coba gin."

"Hm.. Apa kamu mau coba yang lebih enak?" Agatha mengangkat kepalanya. Ia tertarik.

Isaac senang dengan rasa penasaran Agatha yang perlahan-lahan muncul di hadapannya. Itu artinya kepalanya mulai kembali terbuka untuk mengenal hal-hal baru. Pasti selama ini ia merasa terjebak dan terdesak di dalam kepalanya sendiri karena Lucas sialan itu. Pria itu pasti membuat Agatha terpaksa berpikir sempit dan membuat dunia Agatha hanya berevolusi di sekitar Lucas saja. Agatha pasti hilang arah ketika dunianya tiba-tiba menghilang dari hadapannya.

Isaac senang Agatha akhirnya memutuskan untuk perlahan mau terbuka untuknya. Meski keterbukaan itu dimulai dari alkohol. Cairan candu yang Isaac ingin letakkan jauh-jauh dari Agatha. Tapi tidak cukup jauh dari diri Isaac sendiri.

Isaac merasa sedikit bersalah dirinya jadi pengaruh buruk untuk Agatha. Tapi cepat atau lambat seorang Agatha pasti akan mengenal alkohol. Isaac pikir mungkin akan lebih baik kalau Agatha mulai mengenal minuman-minuman itu dari dirinya yang sudah lama kecanduan. Supaya Isaac bisa mengajarinya cara dan mengapa sebaiknya Agatha tidak jatuh cinta pada minuman itu.

Toy For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang