4 - 𝓗𝓸𝔀 𝓛𝓸𝓷𝓰 𝓲𝓼 𝓢𝓱𝓮 𝓢𝓽𝓪𝔂𝓲𝓷𝓰 ?

17.6K 482 10
                                    

Isaac duduk di ujung ranjang sambil menggenggam sebuah gelas berisi cairan bening dan dua balok es. Pria itu menenggak sedikit minumannya sambil terus bertarung dengan pikirannya yang bercabang. Pria itu mengadah ke langit-langit kamarnya dan mendaratkan telapak tangannya sambil menghela berat. Tadi itu luar biasa, batinnya. Ia tidak pernah keluar sebanyak itu, atau bahkan tidak sempat mengeluarkan miliknya saking menikmati sensasinya. Pria itu menatap gelasnya sambil tenggelam dalam pikirannya sebelum mendengar dehaman kecil dari seseorang yang jatuh pingsan tadi di sebelahnya

Ia menoleh kepada Agatha yang sudah terbangun dari tidur singkatnya tapi kembali menghadap kedepan dan menatap pemandangan hutan yang luas di jendelanya. "Kau lapar?" Tanya Isaac, tidak menatap lawan bicaranya. Agatha terdiam sejenak sambil meposisikan tubuhnya yang sedikit nyeri untuk duduk. "Apa ini pengalaman pertamamu?" Tanya Isaac lagi. Ia menoleh untuk melihat reaksi Agatha dan gadis itu sedikit terhenyak karena dilontarkan pertanyaan yang canggung itu.

"Jujur saja. Aku tidak akan marah." Kata Isaac sambil meminum sedikit cairan di gelasnya. Ia menoleh ke jendela besar lalu kembali mendaratkan pandangannya kepada Agatha. Tapi gadis itu tidak menjawab. Lebih tepatnya, ia bingung harus menjawab apa.

"Bu.. Bukan." Kata Agatha malu-malu. Ia takut kalau ia tidak berkata jujur Isaac bisa langsung mencekiknya sampai mati. Ia tidak tahu sampai mana kemampuan Tuan Isaac ini. Ia hanya memikirkan nyawanya saja sekarang. "Hm. Sudah kuduga." Kata Isaac lalu menghabiskan minumannya dan meletakkanya di nakas sebelum kasurnya.

Agatha terus mengikuti pergerakan pria itu sampai ia duduk di arm chair berwarna merah yang terletak di dekat sebuah rak berisi buku-buku. "Kau belajar dari pacarmu yang sebelumnya?" Agatha mengangguk pelan. Lalu Isaac tersenyum jahil, "Apa milikku lebih besar darinya?"

Agatha terhenyak lagi. Tapi ia menunduk, lalu mengangguk kecil. Isaac terpana melihat Agatha yang mengangguk polos untuk menjawab pertanyaannya. Agatha mengadah ketika mendengar suara tawa menggelegar yang menggema di ruangan itu. Isaac tertawa. Ah, memalukan sekali, pikir Agatha. Seharusnya tadi dia bilang dia tidak tahu saja. Tapi sudah terlanjur, ah tetap saja. Memalukan sekali. "Kau polos sekali." Kata Isaac disela-sela tawanya.

"Kamu 'kan nanya. Aku cuma jawab." Jawab Agatha. Tapi Isaac malah semakin tertawa dengan jawaban Agatha. Malu banget, pasti wajahku udah merah banget, batin Agatha.

Di tempat lain, ada Kay yang sedang termangu di hadapan rak penuh dengan pembalut wanita yang berbeda-beda. Kay tak mengerti kenapa ia harus membelikan barang-barang keperluan wanita Isaac. Pria itu tidak biasanya meminta Kay untuk membelikan sesuatu untuk mereka apalagi sampai keperluan-keperluan sehari-hari mereka.

Kay pun tidak mengerti sama sekali keperluan wanita sehari-hari. Dia sampai dibantu oleh staff supermarket yang didatanginya. Ia sedikit malu sebenarnya. Tapi staff wanita bernama Cindy itu sangat baik. Dia tadi berkata "Oh, tidak apa-apa kok, kak. Wajar kok bingung kalo beliin keperluan cewek. Saya juga dulu bingung sendiri." Katanya sambil tersenyum lebar.

Kini Kay sudah berjalan di parkiran dengan empat-lima bungkusan di kedua tangannya. Pria itu berbelok ke mobilnya dan membuka bagasinya. Ia meletakkan semua bungkusan itu disana dan terdiam melihat bungkusan-bungkusan itu. Jadi sekarang hidupnya seperti ini rupanya. Memang tugasnya untuk disuruh-suruh karena dialah asisten Isaac. Tapi pria ini kok malah sekalian menyuruhnya untuk membelikan belanja bulanan wanitanya?

Kay mengingatkan dirinya kalau ia sampai di rumah Isaac, ia akan marah-marah dan melemparkan bungkusan itu di wajah Isaac. Lalu ia akan memperingatkan Isaac kalau dia adalah asisten pria itu. Bukan asisten wanitanya.

Kay mengemudi menembus malam sambil mendengarkan musik di radio. Setidaknya musik bisa membawa pikirannya ke tempat yang bahagia untuk sejenak sebelum harus menghadapi bosnya yang ingin dia injak-injak itu. Tapi bos yang ingin dia injak-injak itu malah menghubunginya sekarang.

Toy For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang