WAJIB FOLLOW DAN VOTE SEBELUM MEMBACA!!!
• • •
'Only myself who knows my life. Not you! Especially you.' --- Kiara Friska Adhitama.
. . .
Teriknya sinar matahari hampir mencapai ufuknya membuat bayang seseorang berubah menjadi condong, cahaya senja berwarna jingga mulai menampakkan diri, suara bising khas jalan raya terus saja terdengar tanpa hentinya.
Hilir mudik para masyarakat Ibu Kota yang selalu ramai tiap harinya terus saja riuh di sore hari ini. Sosok gadis berkaus polos berwarna pink melangkahkan kakinya perlahan diatas sebuah bahu jalan tepatnya di sebuah trotoar jalan raya Ibu Kota.
Kiara berjalan dengan tatapan kosong, kali ini ia tampak tak bersemangat pergi bekerja, mengingat setengah jam lalu ia baru saja pulang dari sekolah dan langsung pergi bekerja.
Gadis itu mengerucutkan bibirnya sendiri ketika mengingat kejadian sekolah tadi siang, awal mula Kiara yang tertidur pulas tak menyadari jika suasana kelas sudah kosong tampak teman-teman sekelasnya tak membangunkannya, sebal ia rasakan kalau tidak teman-temannya yang akan membangunkan kenapa teman sebangkunya tak membangunnya jika pelajaran sekolah telah usai.
Alhasil Kiara seorang diri di kelas sekolah, setelah terbangun ia terkejut karena waktu sudah pukul tiga tiga puluh sore, dengan tergesa-gesa ia pergi menuju gerbang sekolah yang sudah terkunci secara susah payah pula ia berusaha keluar dari sekolah dengan terpaksa memanjat tembok belakang sekolah yang tingginya lebih dari enam meter.
Kiara kembali merutuki kebodohannya, selama perjalanan ia terus memukuli kepalanya lalu menatap sebuah sapu tangan berwarna merah maroon yang ia genggam sendari tadi, melihat sapu tangan itu membuat Kiara mengingat sebuah surat yang terlipat bersama sapu tangan tersebut ketika ia masih tidur di kelas tampaknya ada seseorang yang sengaja memberikannya pada Kiara.
'Lap iler lo sebelum pulang, jangan lupa lo balik in sapu tangan ini. Sekalian juga lo balik in Airpods gue.'
"ARGH … SIAL!" erang Kiara ketika mengingat sebuah surat itu, ia tahu jika surat itu pemberian Angga.
Tampaknya cowok itu memergoki Kiara yang tertidur dan ber-iler, mungkin cowok itu akan merasa jijik padanya membuat Kiara kembali mengerang. Kalau bukan karena merasa jijik kenapa cowok itu memberikannya sapu tangan ini?
"MALU BANGET!" erangnya lagi, membuat orang yang berada dijalan menatap Kiara aneh.
Kiara yang terus mendengus kasar akhirnya memutuskan untuk duduk disalah satu bangku halte bus, lalu memijat kedua kakinya yang terasa pegal dan linu Kiara mencoba mengingat kenapa kedua kakinya terasa sakit dan linu hingga ia teringat jika ia terjatuh dari ketinggian akibat memanjat tembok sekolah demi pulang ke rumah, miris. Ia tatapi kedua kakinya yang terbalut celana jeans hitam pudar yang terasa kecil lalu tatapannya kembali kosong dan tanpa sadar air matanya mengalir perlahan. Ia menangisi nasibnya.
. . .
Pintu kaca sebuah toko roti dan kue kembali terbuka dan tertutup ketika seseorang keluar masuk ke dalam sana, tak lupa Mbak Fanny memberikan salam kepada pelanggannya yang baru saja datang ia melayani para pelanggannya sendirian.
Di sela pekerjaannya Mbak Fanny terus saja celikungan cemas menatap keluar jendela toko harap-harap orang yang ia tunggu segera menampakkan batang hidung.
Kring ….
Suara lonceng yang sengaja tergantung diatas pintu membuat kefokusan Mbak Fanny memudar lalu dengan gesit ia melihat siapa yang baru memasuki tokonya, dan sosok gadis dengan rambut terkuncir ekor kuda terjuntai sebatas punggung membuat Mbak Fanny menghela lega. Itu dia. Kiara.
"Selamat sore Mbak, maaf aku terlambat lagi," sesal Kiara dengan raut wajah tak bersemangat lagi.
Mbak Fanny mencondongkan tubuhnya menatap Kiara yang baru saja menaruh tasnya dan mengenakan celemeknya. Ia merasakan hal yang berbeda dengan Kiara kali ini, cewek itu tampak murung dan pucat.
"Lo kenapa?" tanya Mbak Fanny.
"Gak apa-apa."
"PMS?" tanya Mbak Fanny lagi.
"Nggak, tadi aku Shalat." balas Kiara apa adanya.
"Terus?"
Kiara menatap Mbak Fanny dengan tatapan sendu.
"Lo sakit?" tanya Mbak Fanny lalu menjulurkan tangannya dan menyentuh kening Kiara yang terasa panas.
"Lo demam," kata Mbak Fanny membuat Kiara menghela pelan.
"Aku gak apa-apa Mbak."
"Nggak apa-apa gimana, jelas badan lo panas bang--"
"IYA SEBENTAR MBAK!" balas Kiara bernada sedikit tinggi namun ramah langsung menghampiri pelanggannya yang meminta Kiara untuk datang.
Mbak Fanny diam memperhatikan Kiara yang melayani pelanggannya. Gadis yang selalu ceria dimatanya berubah menjadi gadis pemurung bukan hanya murung Kiara tampak tak sehat bisa dilihat dari wajahnya yang putih itu berubah menjadi pucat pasi.
. . .
Mbak Fanny terus menatap Kiara yang tampak murung seraya menyampingkan sebelah kepalanya menatap keluar jendela di meja kasir, Mbak Fanny yang tengah membersihkan meja terus saja terfokus pada Kiara.
Kiara menghela panjang, ia merasakan badannya bergetar hebat entah kenapa secara tiba-tiba. Kepalanya berdenyut dengan diiringi sesak pada dadanya, akhir-akhir ini Kiara sering merasakan nafasnya selalu terasa tersendat dan sesak rasanya seperti tercekik, ia belum ingin mengonsultasikannya dengan Dokter mengingat ia harus banyak bekerja membuat Kiara menyampingkan konsultasinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
K I A R A ( HIATUS!!! )
Teen Fiction[ WAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA!!! ] . . . Kiara Friska Adhitama. Gadis berparas cantik berusia delapan belas tahun harus menanggung beban kehidupan seorang diri. Siswi malang yang menjadi korban perundungan sosial di sekolahnya. Pembullyan adalah m...