12. Jealous (?)

935 74 0
                                        

WAJIB FOLLOW DAN VOTE SEBELUM MEMBACA!!!

• • •

'Gue, Anggara Pradipta cemburu? Sini deketin gue, biar gue kasih bisikin sesuatu sama lo pada. Gak ada kata cemburu dalam kamus hidup gue!' --- Anggara Pradipta.

. . .

Angga baru saja keluar dari salah satu Klinik kawasan Ibu Kota. Udara malam sedikit mengigilkan tubuhnya dengan cepat ia merapatkan jaket kulitnya diikuti oleh nafas terbuang secara percuma membuat sosok gadis yang tertunduk dibelakang mengikuti langkah Angga tanpa menyetarakan gerakan langkahnya sama sekali.

Kiara mengeratkan kedua tangannya memegang kantung plastik putih berlogo nama Klinik berisi beberapa macam obat-obatan miliknya. Kejadian tak sadarkan diri secara tiba-tiba membuat Kiara terus menerus teringat hal itu, dimana Angga yang tampak terkejut langsung membawanya ke Klinik terdekat untuk pertolongan pertama.

Angga tampaknya tak pernah meninggalkan Kiara sama sekali saat gadis itu masih belum sadar dari pingsannya yang cukup lama, siapa sangka Angga menunjukkan sedikit kecamasan pada gadis itu.

Angga menghela panjang menatap langit yang gelap gulita, malam ini tak ada bintang atau bulan yang menghiasi angkasa hanya langit kelam gelap hitam saja yang terlihat, sepertinya malam ini Ibu Kota akan terguyur hujan.

Kiara menelan ludahnya sendiri ketika Angga sudah membalikkan badannya menjadi menatap kearahnya. Gadis itu semakin tertunduk seraya meremas kantung plastik berisi obat miliknya itu.

"Lo--"

"Terima kasih banyak Tuan," sela Kiara cepat seraya langsung mendongkak menatap Angga kini dengan tatapan sayu.

Wajahnya yang mungil tampak masih pucat pasi, serta bibir bergetar menahan udara angin yang berhembus dingin menusuk tulang, Kiara menatap Angga sungguh-sungguh. Cowok itu hanya menatap datar seolah tatapan itu tak berarti apa pun untuknya.

"Terima kasih, karena telah membantu saya," lanjut Kiara tulus. Angga yang diam langsung memalingkan wajahnya kearah lain ia tak ingin menatap wajah Kiara terlalu lama, entah apa alasannya Angga tak suka saja jika jantungnya berdebar secara tiba-tiba tak menentu.

"Sekali lagi, terima--"

"Berenti bilang terima kasih sama gue." potong Angga sedikit menekan. Kiara mengakatup bungkam. Angga langsung membuang nafas lelahnya. Cukup, hari ini terasa penat dan menyebalkan untuknya. Bisa dikatakan kalau ini adalah hari tersial untuknya.

"Bukan sekali dua kali lo bilang terima kasih sama gue, puluhan kali lo bilang hal yang sama, itu bikin gue muak dengernya, lo paham?" sungut Angga dengan tersulutnya sedikit emosi. Kiara lagi-lagi tertunduk kali ini gadis itu menahan air matanya untuk tak lagi jatuh.

"Sekiranya lo mau terima kasih, cukup sekali aja. Gak usah puluhan sampe ratusan kali lo bilang hal yang sama,"

Kiara menelan ludahnya yang terasa berat, tenggorokan tercekat kering. Setelah ia sadar dari pingsannya beberapa saat lalu jujur Kiara belum menerima asupan cairan sedikit pun untuk membasahi tenggorokannya yang terasa kering.

Gadis itu semakin tertunduk dalam, Angga yang melihatnya langsung mengaitkan kedua tangannya dikedua pinggang ia menatap Kiara penuh tekanan.

"Terserah."

Angga menghela gusar setelah mengatakan hal itu, lalu berjalan menuju parkiran Klinik untuk mengambil mobilnya di samping Klinik, sementara Kiara masih mematung sambil tertunduk gadis itu masih mengenakan setelan seragam sekolah, bahkan ia tak mengenakan alas kaki sebelah pun sekarang ini. Sepertinya Angga membawanya langsung ke Klinik saat Kiara jatuh pingsan di hadapannya saat itu, sampai Angga tak memikirkan pakaian atau alas kaki untuk Kiara.

K I A R A ( HIATUS!!! )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang