26. Membunuh Tanpa Menyentuh

686 55 0
                                    

WAJIB FOLLOW DAN VOTE SEBELUM MEMBACA!!!

• • •

'Hai kamu, terima kasih telah membuatku tersenyum di atas luka ku :').' --- Kiara Friska Adhitama.

. . .

Suara helaan nafas lelah bercampur malas berkali-kali terdengar dari para murid lain yang secara bergiliran menghela dengan sengaja dan tak disengaja. Pasalnya bel pulang sekolah telah berbunyi sekitar lima menit lalu, namun seorang guru pria paruh baya terus saja berbicara menjelaskan materi pelajarannya di depan sana.

"Lo yakin waktu kita di korupsi sama Pak Bima sekarang?" tanya salah satu siswi berbisik pada teman sebangkunya yang hanya ditanggapi bahu terangkat dengan acuh malas.

"Bapak cuma minta waktunya sepuluh menit saja, karena ini pun untuk materi kalian yang akan keluar di ulangan minggu depan nanti," seru Pak Bima, Guru Bahasa Indonesia memperingati para Muridnya untuk tetap bersemangat walau pun ia telah mengambil sedikit waktu pulang mereka.

"Iya Pak!" jawab mereka serentak, walau pun terdengar malas dan lesu tak sungkan Pak Bima malah semakin bersemangat menjelaskan materi-materi yang akan ia keluarkan disoal ulangan minggu depan pelajarannya.

"Demi apa gue ngantuk banget," lirih salah satu murid setengah berbisik namun masih terdengar oleh Kiara di mejanya hanya bisa menghela lagi.

Tak seperti biasanya ia merasakan lelah dan lesu seperti teman-temannya yang lain. Padahal pelajaran Bahasa Indonesia adalah salah satu pelajaran yang ia suka, namun entah kenapa kali ini ia terasa sangat malas untuk memperhatikan Pak Bima di depan sana yang tengah mengoceh perihal Ilmu. Kiara lebih tertarik memperhatikan secara diam-diam dan hati-hati pada sosok remaja cowok berekspresi datar terus terfokus pada Pak Bima yang tengah menjelaskan di depan kelas tengah duduk serius di samping Kiara.

Ya, itu adalah Angga. Setelah kejadian istirahat, kantin, dirinya serta Kelvin di lorong Angga lebih memilih diam dan bungkam. Bahkan cowok itu menunjukkan sikap ke tidak peduliannya lagi pada apa pun, ia bahkan sama sekali tak pernah menoleh atau pun bicara pada teman sebangkunya yakni Kiara. Tampaknya Angga telah mengikuti aturan main yang Kiara jalankan, Angga kali ini lebih memilih mengikuti alur permainan Kiara dengan cara bersikap acuh dan tak peduli pada apa pun.

Kini sosok Anggara Pradipta telah kembali menjadi jiwa yang beku dan dingin. Sikapnya kembali acuh pada semua orang terlebih pada Kiara. Gadis yang kini sudah mau menginjak usia delapan belas tahun itu hanya bisa menghela lagi dan lagi, dikala ia harus kembali menerima kenyataannya. Ia pikirkan kembali atas apa keputusan yang ia janjikan dengan dirinya sendiri. Jika ia terus bertahan bersama dengan Angga, maka akan ada hati yang hancur di sana. Ia tahu bagaimana perasaan orang yang hancur hatinya karena dengan sengaja ia mengambil posisinya sebagai seorang kekasih.

Kiara harus sadar akan posisinya, ia tak lebih hanya sekedar seorang gadis pekerja keras yang masih serba kekurangan akan hidupnya. Ia tak pantas disandingkan dengan Angga yang memiliki segalanya, karena akan adanya pasangan yang cocok disandingkan dengan Angga yakni Stephanie. Dan Kiara tahu akan hal itu. Maka dari itu ia lebih memilih untuk mundur dari kehidupan mereka, Toh, ia sebelumnya hidup bahagia tanpa adanya Angga maka untuk saat ini, di saat ia akan melepaskan Angga ia pun harus kembali bahagia. Karena melepaskan apa yang kita sayang bukan alasan untuk kita tidak berbahagia lagi.

Gadis itu tersenyum ketir sendiri, entah kenapa hatinya terasa sedikit pedih saat menatap lama dalam diam pahatan sempurna wajah tampan ciptaan Tuhan di sampingnya itu. Dengan cepat ia usap seluruh wajahnya secara kasar, ia harus bisa melepaskan semua.

"Baik, karena saya lihat kalian sudah sangat mengantuk, maka dari itu saya tutup materi kali ini," ucap Pak Bima seketika membuat pada Murid kembali ceria.

K I A R A ( HIATUS!!! )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang