Waktu terus bergulir.
Rakha masih tetap pada rutinitasnya semula sebagai seorang suami, mencari nafkah, mengurus Rania saat dirinya di rumah, serta sesekali dia menyempatkan diri untuk menengok keadaan sang Kakak di rumah sakit.
Dua hari yang lalu, Siti siuman.
Rakha yang mendengar hal itu jelas tak bisa menyembunyikan kegembiraannya. Dia bahkan langsung bersujud atas bentuk wujud rasa syukurnya terhadap keajaiban itu.
Malam itu juga Rakha bergegas ke rumah sakit, dia ditemani Rania.
Wisnu bilang, Dokter yang menangani Siti mengatakan kalau apa yang terjadi pada Siti memang murni keajaiban Tuhan.
Sebab, keadaan Siti berangsur menunjukkan kemajuan yang cukup signifikan pasca siuman dari koma.
Bahkan enam jam setelah siuman, Siti sudah bisa dipindah dari ruang ICU ke ruang perawatan.
Meski, masih tetap dengan alat-alat medis yang menempel di tubuhnya.
"Ra-kha..." ucap Siti dengan susah payah. Sudut mata wanita berkerudung putih itu basah.
Setelah mengalami tidur panjang yang cukup lama, Siti merasa dirinya terombang ambing di dua dunia yang dia sendiri tidak mengerti. Terkadang dia bisa melihat suaminya, anaknya dan keluarganya tanpa bisa menggapai mereka untuk berkomunikasi. Terkadang juga dirinya berada di sebuah tempat gelap yang hampa. Seperti sebuah lorong waktu. Sepi. Hingga setelahnya, kini dirinya terbangun dalam keadaan tubuh lemah yang terbaring di atas brankar rumah sakit.
Meski dia merasa seluruh tubuhnya nyeri bukan kepalang, namun Siti bahagia.
Siti bahagia karena dirinya kini bisa benar-benar merasakan pelukan hangat suaminya, anaknya dan adik tersayangnya, Rakha.
"Mba," ucap Rakha dengan air matanya yang sudah meleleh sejak tadi. Rakha mendekatkan wajahnya pada Siti yang tangannya terus menggapai hendak menyentuh wajah sang adik.
Dingin telapak tangan Siti menyentuh pipi Rakha. Dan hal itu semakin membuat Rakha larut dalam tangis.
"Ka-mu tampan se-kali Kha..." bisik Siti dengan sebuah senyuman kecil.
"Adik siapa dulu? Kalau mba-nya saja cantik, pasti adiknya tampankan Mba?" balas Rakha sambil memulas senyum. Dia menyeka sesekali air matanya.
Mereka saling melempar senyum sarat rindu.
Hingga akhirnya Rakha bangkit dan mengajak Rania yang sejak tadi berdiri di belakangnya untuk berdiri lebih dekat dengan Mba Siti.
"Mba kenalkan, ini Rania, istri Rakha," ucap Rakha saat itu.
Rania hanya memulas senyum tipis dengan tatapan yang tak benar-benar tertuju pada Siti. Bahkan saat hendak bersalaman, Rakha yang membimbing tangan Rania untuk menyentuh tangan Siti.
Dari situlah, Siti paham bahwa Rania adalah seorang tunanetra.
"MasyaAllah, cantik se-kali istrimu?" gumam Siti.
"Iya Mba, dia memang cantik," goda Rakha.
Rania memukul pelan punggung Rakha. Dia malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAR RANIA (End)
Romance#1. Religi Populer (18-20 Juni 2021) dari 7,9 K cerita ***** Dua minggu sebelum pernikahannya, Rania mengalami kecelakaan parah hingga menyebabkan dirinya mengalami kebutaan. Pernikahan yang telah dipersiapkan dan hampir rampung sepenuhnya mendadak...