"Bangun Rania, wudhu dulu baru tidur," ajak Rakha serta merta. Lelaki itu bangkit dari tempat tidur lalu memunguti pakaiannya yang tercecer di lantai.
Dua minggu belakangan ini Rania lebih sering mengajaknya bercinta duluan. Dan hal itu jelas di sambut baik oleh Rakha.
"Nanti dulu sebentar, kata Mba Zia kalau mau cepet hamil, sehabis berhubungan aku nggak boleh langsung berdiri," sahut Rania sambil merubah posisi tidurnya.
Rakha sudah mengenakan celana boxernya saat dia melihat Rania yang tertidur dengan posisi telentang, sementara ke dua kakinya dia angkat lurus bersandar ke dinding. Setengah pinggulnya terangkat ke atas di sangga oleh bantal.
"Kamu ngapain Rania?" tanya Rakha bingung.
"Ssssst, bawel ihk tanya-tanya mulu! Ini posisi yang direkomendasiin sama Mba Zia supaya aku bisa cepet hamil, Kha! Dengan posisi begini, sperma kamu bisa lebih mudah masuk ke dalam indung telur aku,"
Rakha tertawa pelan dengan gelengan kepala, merasa lucu melihat tingkah sang istri.
Lelaki itu pun melenggang pergi hendak mengambil wudhu.
Sekembalinya Rakha dari kamar mandi, dilihatnya Rania masih pada posisinya semula dengan ke dua matanya yang terpejam.
Rakha meraih selimut untuk menutupi tubuh Rania. "Nanti kamu masuk angin," ucapnya dengan penuh perhatian.
Rania membuka mata. "Udah kali ya? Pegel ih,"
Rakha jadi tertawa. "Ya kalau pegel udahan, lagian kamu ada-ada aja,"
"Ada-ada gimana? Aku tuh lagi berusaha tahu, bukannya di kasih suport malah diledekin!" tukas Rania sambil memberengut. Rania merubah posisinya ke posisi normal. Dia tidur di sisi Rakha dan hendak menyentuh tubuh suaminya lagi.
"Saya udah wudhu," pekik Rakha yang langsung menghindar.
Rania semakin dibuat BT oleh suaminya. "Yakin nih nggak mau nambah?" ucapnya dengan nada mengancam.
"Ini udah hampir jam satu, saya harus tidur, nanti jam tigakan harus bangun lagi untuk shalat tahajud terus besok saya ada rapat penting di kantor sama Mas-mu," jelas Rakha. Mungkin jika besok hari weekend, bisa saja Rakha bablas melanjutkan permainan mereka sampai waktu shalat malam tiba. Namun berhubung besok Rakha masih harus ngantor, dia tidak mau ambil resiko ketiduran di waktu rapat.
"Oke! Deal ya! Awas kalo besok-besok minta nambah, nggak bakal aku kasih! Huh!"
Rania langsung melenggang pergi menuju kamar mandi sementara Rakha hanya tersenyum-senyum sendiri.
Hampir satu tahun pernikahan, Rania jadi lebih sensitif jika sudah ada yang membahas masalah momongan.
Padahal Rakha sudah seringkali menceramahinya ini dan itu. Tapi sepertinya Rania terus saja dengan kegigihannya kalau dia dan Rakha terus berusaha, niscaya apa yang mereka harapkan pasti akan segera tercapai.
Meski, apa yang dilakukan Rania kerap dirasa berlebihan bagi Rakha.
Seperti halnya ketika Rania bulak balik mengecek tes pack.
"Apa hasilnya, Kha?" tanya Rania dengan penuh antusias. Dia baru saja keluar dari kamar mandi untuk melakukan tes kehamilan menggunakan tes pack, tentunya setelah di bantu oleh Rakha.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAR RANIA (End)
Storie d'amore#1. Religi Populer (18-20 Juni 2021) dari 7,9 K cerita ***** Dua minggu sebelum pernikahannya, Rania mengalami kecelakaan parah hingga menyebabkan dirinya mengalami kebutaan. Pernikahan yang telah dipersiapkan dan hampir rampung sepenuhnya mendadak...