Sebuah rumah mewah di bilangan Jakarta Selatan terlihat berdiri kokoh dan berjajar rapi dengan rumah-rumah mewah lainnya di komplek perumahan Nusa Indah.
Rumah dua lantai bercat abu-abu itu adalah rumah pemberian Bastian untuk Rania dan Rakha sebagai hadiah pernikahan yang belum terealisasikan sejak awal. Meski mulanya Rakha lagi-lagi mengemukakan keberatan dan ketidaksetujuannya, tapi tetap saja pada akhirnya dia tidak bisa memaksakan kehendaknya pada Rania yang bersihkeras ingin menempati rumah itu saja daripada harus mencari kontrakan.
Alhasil, di sinilah kini mereka tinggal.
Sudah satu bulan berlalu sejak mereka pindah ke rumah baru mereka itu, rumah tangga ke duanya tampak semakin mesra dan harmonis.
Jika pagi hari saat weekend tiba dimana asisten rumah tangga mereka yaitu Mbok Tuti libur, biasanya Rakha yang akan membuatkan sarapan. Liburnya Mbok Tuti memang sengaja Rakha atur saat weekend karena Rakha ingin memiliki quality time hanya dengan Rania saat dirinya libur kerja.
Dan hari ini bukan hari weekend, tapi tanggal merah.
Itulah sebabnya Rakha libur dari kewajibannya ke kantor.
Hari ini seperti biasa Rakha bangun pagi untuk menunaikan shalat tahadjud lalu di sambung dengan dzikir sambil menunggu waktu shubuh tiba.
Saat itu Rakha shalat sendirian karena Rania sedang berhalangan.
Selesai menunaikan kewajibannya sebagai umat muslim, Rakha bangkit dari duduknya di atas sajadah. Melipat sajadahnya dengan rapi dan menaruhnya di tempat biasa.
"Rania, bangun, kita jogging yuk?" ucap Rakha sambil memilih pakaian di lemari.
Tak ada jawaban apapun.
Rakha memakai kaosnya lalu beranjak ke sisi tempat tidur.
Di guncangnya pelan bahu Rania. "Bangun sayang, kita olahraga yuk?" ajaknya lagi.
Rania menggeliat dalam tidurnya dan membuka selimut.
Aroma maskulin tubuh Rakha yang wangi terhirup oleh indra penciuman Rania. Dan itu tandanya suaminya itu pasti sudah mandi.
"Udah wangi mau olahraga? Nanti keringetan lagi," ucap Rania lalu bangkit perlahan. Sesekali dia menguap dan mengucek ke dua matanya.
"Ya tinggal mandi lagi, susah amat," balas Rakha.
"Kamu aja deh yang olahraga. Aku mau masak aja, soalnya aku udah janjian sama mbok Tuti mau masak menu spesial buat kamu hari ini,"
"Menu spesial?" tanya Rakha dengan sebelah alis yang terangkat. Dia mendekati wajah istrinya.
Rania mengangguk yakin. "Iya dong, kamu liburkan hari ini?"
Rakha tersenyum lebar. Dia meraih tubuh Rania ke dalam pelukannya. "So sweet banget sih kamu, jadi makin sayang,"
"Hehehe, iya dong..."
Pagi itu Rakha pergi jogging di sekitar komplek sendirian dan kembali ke rumah saat sinar matahari mulai nampak malu-malu di ufuk timur.
Hawa lapar dan bau masakan yang menggugah selera membawa Rakha ke arah meja makan. Di tuangnya segeles air bening lalu meminumnya hingga habis. Sesekali dia menyeka buliran keringatnya yang menetes di pelipisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAR RANIA (End)
Romance#1. Religi Populer (18-20 Juni 2021) dari 7,9 K cerita ***** Dua minggu sebelum pernikahannya, Rania mengalami kecelakaan parah hingga menyebabkan dirinya mengalami kebutaan. Pernikahan yang telah dipersiapkan dan hampir rampung sepenuhnya mendadak...