Rakha Alfarizi
*****
Rakha baru saja terbangun pasca kecelakaan yang dialaminya tadi malam.
Bertempat di rumah sakit yang sama dengan tempat Siti dirawat, Rakha mendapat penanganan medis meski luka-luka yang dideritanya tidak berat.
Dia hanya mendapat beberapa luka jahitan di kepala dan siku. Selebihnya tak ada yang perlu dikhawatirkan.
"Akhirnya kamu siuman juga, Kha..." sambut sebuah suara yang jelas Rakha kenal, suara Wisnu sang Kakak ipar.
Rakha mendapati Wisnu berdiri di sisi brankar rumah sakit yang ditempati Rakha di ruang UGD. Wajah lelaki itu tampak kusut.
"Saya di mana Mas? Apa yang terjadi?" ucap Rakha dengan suara serak. Rasa nyeri di kepalanya membuat Rakha agak kesulitan mengingat apa yang telah terjadi.
"Kamu di rumah sakit sekarang. Semalam kamu kecelakaan. Ada mobil box hitam yang menabrakmu," jawab Wisnu apa adanya.
Rakha mengerutkan kening. Otaknya mencoba mencerna ulang kalimat Wisnu.
Kecelakaan...
Mobil box hitam...
Astagfirullah al-adzim...
Walau belum sepenuhnya mengingat dengan baik, entah kenapa, Rakha merasa apa yang dikatakan Wisnu itu tidak benar.
"Tadi polisi sudah menjelaskan semuanya pada Mas dari bukti di TKP dan keterangan saksi warga sekitar. Ada sebuah mobil box hitam yang dikendarai oleh seorang laki-laki tua bernama Bapak Ahmad. Polisi menduga, Bapak Ahmad kehilangan keseimbangan saat mengemudi sehingga menyebabkan mobilnya tergelincir dikarenakan dia mengidap penyakit berat. Bapak Ahmad menderita penyakit TBC, dia meninggal di tempat kejadian setelah mobil yang dia kendarai menabrakmu dan seorang wanita bernama Rania di halte dekat Rumah sakit," jelas Wisnu panjang lebar.
"Innalillahi wainna ilaihi rajiun..." gumam Rakha pelan. Takdir Allah memang tidak ada yang bisa menebak. Nyatanya, malam tadi adalah detik-detik waktu kehidupan Bapak Ahmad berakhir di dunia. Dan tentunya, malam tadi malaikat maut sudah berada begitu dekat dengan Bapak Ahmad maupun Rakha sendiri.
Pelupuk mata lelaki berumur 27 tahun itu pun menghangat. Menjadi sebuah pelajaran berharga bagi Rakha bahwa sudah sepatutnya manusia itu selalu mengingat akan kematian. Karena maut tak mampu ditebak kapan datangnya. Bisa saja hari ini kita masih bisa tertawa bersama kawan sejawat, membicarakan lelucon konyol bersama, tapi siapa yang tahu jika hari esok, justru diri kita sudah terbujur kaku di liang lahat.
Bisa saja pagi ini kita masih bisa menikmati senyuman keluarga kita sebelum berangkat mencari nafkah. Mencium kening istri dan meneriakkan kata cinta, tapi siapa yang tahu jika satu jam setelahnya kita mendapat kabar bahwa istri yang pagi tadi masih kita rasakan kehangatan pelukannya dan manis senyumannya, kini telah pergi untuk selama-lamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAR RANIA (End)
Romance#1. Religi Populer (18-20 Juni 2021) dari 7,9 K cerita ***** Dua minggu sebelum pernikahannya, Rania mengalami kecelakaan parah hingga menyebabkan dirinya mengalami kebutaan. Pernikahan yang telah dipersiapkan dan hampir rampung sepenuhnya mendadak...