34 - SHALAT SUNNAH DUA RAKAAT

2.3K 235 19
                                    

"Duh, saya jadi nggak enak sama Mas karena udah ngerepotin," ucap Zulfa ketika Rakha baru saja mengantarnya pulang selepas dari klinik.

Rakha tersenyum lebar.

"Justru saya yang seharusnya minta maaf karena belum bisa menjadi sosok Ayah yang baik untuk Aisyah," jawab Rakha masih dengan Aisyah yang berada dalam gendongannya. Balita mungil itu terlihat pucat. Kepalanya tersandar nyaman di bahu Rakha dengan ke dua matanya yang masih terpejam.

Zulfa hanya tertunduk dalam keterdiamannya. Merasa bersalah.

Aisyah sudah diambil alih oleh Rheyna yang merupakan adik angkat Zulfa yang saat itu juga ikut ke klinik. Remaja berusia lima belas tahun itu membawa Aisyah masuk ke dalam kamar dan meninggalkan Rakha bersama Zulfa di ruang tamu rumah yang mereka sewa.

"Kalau begitu, saya pamit dulu ya Zulfa. Titip Aisyah, kalau ada apa-apa langsung hubungi saya," ucap Rakha. Sadar bahwa suasana mulai tidak kondusif.

"Baik, Mas... Sekali lagi terima kasih," ucap Zulfa seraya berjalan keluar mengiringi kepergian Rakha.

Zulfa berdiri di ambang pintu ketika Rakha memakai kembali sepatunya.

Rakha baru saja bangkit dari kursi dengan kunci mobil di genggaman tangannya. Dia hendak melangkah menuju mobil ketika tiba-tiba, Zulfa memanggilnya.

"Mas?"

Rakha pun menoleh. "Ya?"

"Apa tidak sebaiknya, kita bicara jujur pada Rania tentang Aisyah?"

Saat itu, Rakha hanya terdiam.

*****

"Loh, Mas Rakha tumben baru pulang?" sapa Pak Sabri, salah satu security di kediaman Dirgantara. Lelaki bertubuh jangkung itu bergegas membuka pintu gerbang.

"Iya Pak, tadi ada urusan sebentar," jawab Rakha dengan senyuman ramahnya.

Mobil itu melaju menjauhi pintu gerbang dan terparkir di garasi.

Rakha beranjak dari mobil dengan setenteng makanan di tangannya. Makanan favorit Rania, martabak Keju manis.

Dari kejauhan Rakha sudah melihat sosok Rania yang berdiri di teras menghadap kaca. Sepertinya, Rania sedang berbicara meski hanya seorang diri. Lamat-lamat Rakha menangkap suara Rania saat langkah kakinya semakin mendekat. Hingga akhirnya Rakha memposisikan dirinya tepat di belakang Rania ketika Rania masih saja mengoceh sendiri di depan kaca besar itu.

"Aku sayang kamu, Kha..."

Rakha tertegun sesaat mendengar kalimat yang baru saja di ucapkan Rania, setelah kalimat panjang lebar yang sedari tadi terus keluar dari mulut Rania.

Diam-diam Rakha mengulum senyum.

"Saya juga sayang kamu, Rania..." ucapnya dengan bibir yang begitu dekat dengan telinga Rania, membuat sang istri tersentak kaget. Bahkan saking terkejut, ponsel yang sejak tadi digenggam oleh Rania langsung terjatuh.

"Rakha! Apa-apaan sih!" sentak Rania sewot.

Rakha tertawa sambil memungut ponsel Rania di lantai.

DEAR RANIA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang