2 - MUSIBAH DI TENGAH HUJAN

5.9K 397 55
                                    

Rakha Alfarizi

Rania Putri Wulandari Akbar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rania Putri Wulandari Akbar

Rania Putri Wulandari Akbar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****

Satu bulan sebelum Prolog...


Siang itu, terik matahari tak terasa membakar kulit. Awan hitam berarak mendominasi langit Jakarta. Kilatan petir sambar menyambar di kejauhan,  menjadikan keadaan Ibukota yang biasanya ramai oleh lalu lalang manusia juga kendaraan, kini mendadak sepi dan lengang. Semua makhluk berduyun-duyun mencari tempat untuk berteduh.

Lapak pasar kaki lima terpaksa membenahi sejenak barang dagangan mereka karena tak mau merugi.

Angin yang bertiup semilir perlahan mulai menunjukkan taringnya. Mengaduk-aduk beberapa kawasan Ibukota dengan terpaan hebat. Rumah-rumah tertutup rapat. Berharap badai akan segera berhenti.

Sementara itu, seorang lelaki berperawakan jangkung dengan kulitnya yang putih bersih terlihat berdiam diri di dalam pertokoan besi.

Tubuh lelaki itu menggigil.

Bibirnya yang gemetar terus bergerak melafalkan dzikir-dzikir memohon perlindungan.

Dia semakin merapatkan sweaternya. Sebuah pakaian usang berwarna putih dengan beberapa bercak luntur di punggung. Sweater hadiah dari Abi ketika dirinya berhasil menjadi Hafiz Qur'an.

"Mas, masuk aja ke dalam, hujannya deras banget," sapa salah satu pekerja di toko besi.

Lelaki itu tersenyum ramah dengan anggukan kecil kepalanya. "Iya, terima kasih, Mas. Tapi saya lagi menunggu orang, mungkin sebentar lagi orang yang saya tunggu itu datang," jawab si lelaki bersweater putih tadi. Logat khas jawa terdengar jelas dari setiap kalimat yang terlontar dari mulutnya.

"Oh gitu. Mas orang jawa ya?" tanya si karyawan toko besi itu.

"Iya, Mas. Saya baru sampai tadi pagi di Jakarta, mau silaturahmi ke tempat saudara,"

DEAR RANIA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang