44 - DENDAM

2K 192 19
                                    

Semalaman Rakha menginap di rumah sakit.

Selepas menunggui Cassie selesai operasi dan memastikan keadaan Cassie baik-baik saja, Rakha memutuskan untuk menunaikan shalat tahajud di mushola rumah sakit sebelum pulang.

Sayangnya, rasa kantuk justru mengalahkan Rakha. Usai dirinya shalat, Rakha justru malah ketiduran di mushola dan terbangun ketika adzan shubuh berkumandang.

Kepalanya terasa berat dan pening.

Setelah selesai menunaikan shalat shubuh berjamaah di mushola rumah sakit, Rakha langsung bergegas pulang.

Dia melajukan kendaraannya dengan sangat pelan dan hati-hati karena masih dikuasai kantuk.

Sesampainya di rumah, Rakha mendapati tempat itu kosong.

Rania tidak ada di kamar mereka, juga di ruangan lainnya. Hanya ada sebuah pesan yang di tulis Mbok Tuti tertempel di kulkas dapur.

Mas Rakha, Mba Rania pulang ke rumah Pak Bastian. Katanya nggak bisa tidur kalo cuma sendirian di rumah. Maaf, saya nggak bisa nemenin Non Rania sampe Mas Rakha pulang, soalnya saya punya anak kecil yang nggak bisa saya tinggal kalau malam. Maaf sekali lagi ya Mas Rakha...

Jika memang Rania ada di rumah orang tuanya Rakha bisa tenang. Setidaknya Rania pasti baik-baik saja di sana karena ada yang menjaga.

Setelah mengganti pakaian, Rakha mencharger ponselnya yang lowbet. Lalu merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Untungnya hari ini weekend jadi Rakha tidak perlu pergi ke kantor.

Rakha bisa merasakan suhu tubuhnya yang menghangat.

Sejak pulang dari kantor sore kemarin Rakha memang belum sempat beristirahat karena harus mengantar Mba Siti check up dan sampai sekarang dia baru bertemu dengan empuknya ranjang tempat tidurnya.

Rakha ingin istirahat sejenak karena tubuhnya yang memang memerlukan hal itu.

Baru setelah ini dia berencana menjemput Rania di kediaman mertuanya.

*****

Sejak tadi pagi Rania tak henti marah-marah sendiri.

Semua asisten rumah tangga di kediaman Dirgantara tak luput dari omelannya.

Termasuk Devano sang Kakak yang kebetulan sedang mampir ke sana karena suatu urusan.

"Rania kenapa Pah? Udah kayak nenek lampir ngomel-ngomel mulu daritadi," tanya Devano pada Bastian saat dirinya baru kembali dari dapur di mana saat itu Rania sedang mengambil jus di kulkas.

Bastian tertawa renyah. "Lagi ngambek kayaknya sama Rakha," jawab Bastian sekenanya.

"Oh, pantes dia ada di sini," balas Devano sambil manggut-manggut. "Terus Rakhanya mana?" Devano duduk di sofa ruang keluarga di samping sang Papah.

Bastian mengedikkan bahu. "Papah juga nggak tahu, ini udah hampir sore tapi Rakha belum ke sini tuh dari semalam,"

"Wah, ributnya serius kayaknya tuh," terka Devano setelah menenggak minuman kalengnya.

"Maklumin sajalah Dev, namanya juga baru berumah tangga. Terus, gimana sama kantor? Katanya ada yang mau kamu bicarakan sama Papah? Memang ada masalah apalagi?"

DEAR RANIA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang