Sudah satu minggu berlalu pasca operasi, kini keadaan Rania sudah jauh lebih baik.
Meski awalnya Rania sempat syok ketika tahu dirinya mengalami keguguran, tapi kehadiran Rakha serta kesabaran lelaki itu yang terus mendampingi Rania sepanjang waktu, membuat Rania perlahan mulai bangkit dari keterpurukan yang dialaminya secara bertubi-tubi.
Luka pasca kecelakaan yang menyebabkan dirinya buta, belum juga sirna, kini Rania harus kembali menerima kenyataan kalau-kalau dirinya bisa saja mandul akibat keguguran yang dia alami saat ini. Dan kenyataan itu semakin membuatnya dilanda sedih berkepanjangan. Meski terkadang sepulas senyum hadir menghiasi wajahnya, namun dalam lubuk hatinya yang terdalam, Rania tak hentinya menangis, menjerit, merintih menahan pedih yang terus merundung hidupnya tanpa henti.
Dan menjadi satu hal yang terus Rania syukuri hingga saat ini, adalah tentang Rakha.
Benar apa yang dikatakan lelaki itu minggu lalu, di malam sebelum Rania keguguran.
Rakha bilang, dia akan senantiasa menjaga dan melindungi Rania, lalu menggenggam tangan Rania sambil berkata, "Kita akan melewati ini semua bersama-sama..."
Itulah yang kini Rakha lakukan.
Seolah tak mengenal lelah, Rakha menjalani segala aktifitasnya di rumah sakit selama Rania di rawat. Devano sendiri yang memberi keringanan kepada Rakha untuk bisa mengambil cuti dadakan. Dan Rakha sangat terbantu karena hal itu.
Jadilah, ruang rawat inap Rania menjelma sebagai rumah ke dua bagi Rakha.
Rakha sama sekali tak pulang selain untuk mengambil pakaian bersih untuk dirinya dan Rania berganti pakaian. Dan selama di rumah sakit pun, Rakha tak akan keluar dari kamar rawat Rania selain untuk mencari makan.
Untungnya dia sempat mendapat pinjaman uang dari Wisnu tapi sudah dia ganti, karena kemarin dia baru saja menerima gaji pertamanya dari hasil dia bekerja di perusahaan Dirgantara. Meski, awalnya Rakha tidak percaya dengan nominal angka yang diterima di dalam rekeningnya saat itu. Sebab, nilainya terbilang sangat besar bagi Rakha. Atau mungkin, memang itu gaji sekelas manager perusahaan, entahlah. Semoga saja gaji ini murni atas hasil jerih payahnya, bukan atas dasar kekeluargaan.
Sore tadi, serombongan orang datang menjenguk Rania.
Kata Devano, itu rombongan keluarga Zia dan Rayyan dari Bandung, yakni Bapak dan Ibu mertua Devano, juga Delisha.
Sudah dipastikan mereka memang keluarga besar. Karena jumlah mereka sangat banyak, sampai-sampai ruangan rawat Rania yang memang luas penuh oleh kerumunan orang. Bahkan ada di antara mereka yang memakai cadar.
"Kenalin nih Kha, sobat gila-gilaan gue sewaktu di SMA, yang sekarang jadi kakak iparnya Delisha, namanya Akmal," ucap Devano memperkenalkan seorang lelaki berwajah tampan dengan senyumnya yang terlihat ramah.
"Akmal,"
"Rakha,"
Mereka berjabat tangan sejenak.
"Dia ini dokter spesialis di Amerika. Sekarang aja lagi cuti, makanya bisa mampir ke sini," tambah Devano lagi. Rakha hanya menganggukkan kepala tanda mengerti. Kekaguman tampak dalam tatapan hangat matanya.
"Btw, sebenernya ada yang mau gue omongin juga sama lo Dev, tentang donor mata buat Rania. Kebetulan, di Amerika itu lumayan gampang cari pendonor mata di banding di Indonesia. Gue cuma butuh rekap medis dari laboraturium tentang seberapa parah kerusakan kornea mata Rania aja sih, nanti sehabis gue cuti dan gue balik ke Amerika, gue bisa langsung cocokkan dengan daftar pasien pendonor mata yang udah terdaftar di rumah sakit tempat gue kerja siapa tahu ada yang cocok," jelas Akmal pada Devano.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAR RANIA (End)
Romance#1. Religi Populer (18-20 Juni 2021) dari 7,9 K cerita ***** Dua minggu sebelum pernikahannya, Rania mengalami kecelakaan parah hingga menyebabkan dirinya mengalami kebutaan. Pernikahan yang telah dipersiapkan dan hampir rampung sepenuhnya mendadak...