38✔️ Hati-hati

6.3K 739 548
                                    

Seadanya aja ya hehe, maaf lamaaaaaa gak up. Kenapa? Ntar aku ceritain dibawah, sekarang selamat membacaaa.

















"Dia hidup, dia nyata, dia ada. Tapi berani menampakkan dirinya cuma di virtual"

  Di sebuah ruangan yang sedikit redup, banyak sekumpulan anak muda yang sedang berkumpul. Ada yang bermain game, merokok, berbincang-bincang, tidur dan lain-lainnya. Ruangan itu sangat ramai dengan anak muda, di sebuah bangku kebesaran di sana berada Uno yang duduk dengan bangga.

"Gimana Bos tadi?" tanya Abram yang duduk di kursi kayu yang telah usang.

  Uno melirik ke Abram, dia tau arah pembicaraan ke mana. "Ketemu, cuma sebentar."

"Yah ... ntar deh gue seret ke sini, mau Bos?" balas Abram.

"Gak usah, lo suka kasar kalo bawa orang ke sini," seru Uno, tidak mungkin nanti Dyandra sampai di markas ini dengan lecet karena ulah Abram.

"Gue mau manasih Althaf, gue ketemu ceweknya di depannya nanti," gumam Uno sambil menyeringai licik.

"Gue dukung, Bos. Pepet terus sampe putus," timpal cowok berambut keriting.

"Surat yang gue titipin kemaren udah nyampe ke orangnya, 'kan?" tanya Uno, dia lupa menanyakannya.

  Cowok berambut keriting tadi menyenggol lengan seseorang di sebelahnya yang menggunakan seragam SMA Angkasa sambil memainkan hpnya.

"Udah gue masukin ke lokernya," kata orang itu sambil melepas perhatiannya dari layar hp.

"Cemiwiw, seragamnya Angkasa tapi nyasar ke sini," ledek Abram sambil tertawa.

"Gak gatel-gatel tuh pake seragamnya?" timpal orang yang sedang merokok di pojok ruangan.

  Orang yang menjadi bahan ejekan itu hanya melirik malas dan kembali fokus dengan hpnya.

"Kabarin terus perkembangan di sana, gue butuh informasi terbaru," ujar Uno, kaki kirinya dia naikan ke bangku kosong yang ada di sebelahnya. Dia harus mulai nyusun rencana untuk merebut apa yang musuhnya punya.

"Baik, Bos," jawab orang itu.

"Engga mau serang langsung, Bos?" tanya Abram, dia ingin sekali menghajar salah satu diantara Anzero, Arkana dan Novan. Tiga orang itu sering membuatnya darah tinggi bila sudah berbicara.

  Uno tersenyum miring, "Kita bikin rencana dulu."

-Althaf-

  Gadis itu turun dari motor abangnya perlahan dan diikuti sang pemilik motor. Mereka berhenti di Cafe Mamero untuk melihat perkembangan cafe almarhumah bundanya itu. Dyandra menggandeng lengan Arkie dan mengajak masuk ke dalam cafe yang lumayan ramai.

"Abang mau makan?" tanya Dyandra sambil menoleh ke arah abangnya yang berjalan di sampingnya.

"Kamu mau makan juga? Kita makan di sini aja?" tanya balik Arkie.

"Kalo Abang mau kita sekalian makan malem di sini aja," balas Dyandra, tangan kirinya yang menganggur mendorong pintu masuk cafe.

"Jangan makan banyak-banyak ya, Dek. Nanti makin gembul loh," gurau Arkie sambil tertawa kecil.

"Jangan gitu deh, Bang!" Gadis itu memukul pelan tangan Arkie dengan tangan kirinya.

Althaf {END} Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang