57✔ Akhir

1.5K 168 18
                                    


"Sebaik-baiknya menyembunyikan bangkai, baunya akan tercium juga"

-Althaf-

Rasa panas sinar matahari mulai berkurang kala menyentuh kulit. Dua manusia yang berada di atas motor itu, berbelok ke arah kiri memasuki jalanan kecil. Keringat berjatuhan di pelipis gadis itu, matanya sesekali melirik hp yang dia pegang.

"Bener lewat sini?" tanya Althaf yang mengendarai motor dengan kecepatan standar, matanya melirik gadis itu dari spion.

Dyandra mengangguk, "Iya kalo ikutin maps, tapi lumayan jauh ya."

"Iya, kita lewat jalan lain biar lebih aman. Kalo lewat jalan yang gue tunjuk tadi, bisa aja papasan sama penculiknya," jelas cowok itu. "Panas ya, Ngil?"

Althaf melirik lewat spion, dia melihat gadis itu yang bercucuran keringat.

Dyandra mengelap pelipisnya menggunakan lengannya, "Tadi panas banget, sekarang udah lumayan adem."

"Mau berhenti dulu? Minum dulu? Apa mau makan dulu?" seru Althaf bertubi-tubi.

"Nanti aja, masih jauh perjalanannya. Di depan sana belok kanan," Dyandra menunjuk memberi arah, matanya melirik sekilas gambar panah biru yang berjalan di hpnya.

Althaf mengangguk, sudah setengah jam mereka berada di atas motor. Mereka melewati jalanan besar dan kini sudah mulai memasuki jalanan kecil. Dimana banyak rumah-rumah dan pesawahan.

"Nanti jangan sampai kepisah, lo di belakang gue terus, oke?" ujar Althaf, dia sedikit membelokkan setir motornya karena ada kubangan kecil di depannya.

Motor itu bergerak tidak stabil karena melewati jalanan bebatuan. Gadis itu mengangguk.

"Iya"

"Kalo sampe terjadi apa-apa sama gue, lo harus keluar sendiri tinggalin gue. Cari bantuan, oke?" seru Althaf lagi, dia benar-benar khawatir.

Dyandra diam, sebelah tangannya mengepal.

Harusnya gue yang ngomong itu - batin Dyandra. Dia merasa sesak, dia tidak mau ada yang dikorbankan di sini.

Althaf tidak mendengar jawaban apapun.

Althaf melirik spion, "Ngil, tinggalin gue oke?"

Dyandra menarik nafas, ia menggelengkan kepalanya.

"Engga mau, gue engga mau ninggalin," tegas gadis itu.

Cowok itu tersenyum kecil sambil menghela nafas panjang.

"Lo harus lari yang jauh, tinggalin gue mau kondisinya apapun. Lo harus selamat dan cari bantuan kalo lo mau nolongin gue," jelas Althaf lagi, dia sudah berjanji akan menjaga keselamatan gadis itu apapun terjadi.

Siapa yang tidak sedih mendengarnya, dia diminta menyelamatkan dirinya sedangkan orang lain mengorbankan dirinya. Gadis itu tidak mau kehilangan siapapun lagi, dia sudah cukup menderita kehilangan dua orang. Jangan lagi, dia takut terulang lagi.

"Engga mau, kalo gue baliknya terlambat gimana? Jangan ngomong gitu ...," matanya mulai berkaca-kaca.

Althaf menggelengkan kepalanya, dia bersikeras menyuruh Dyandra meninggalkannya jika terjadi sesuatu padanya karena dia mungkin tidak bisa melindunginya.

"Lari yang jauhhh, lo harus selamat," Althaf terkekeh sumbang. "Tinggalin gue, Ngil."

Dyandra menggelengkan kepalanya, tangan kanannya mengusap air matanya yang jatuh. Langit yang cerah itu bertolak belakang dengan perasaan sedih dua manusia di bawahnya.

Althaf {END} Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang