32 ✔️ Pengganggu

10.2K 957 1K
                                    

  "Pengganggu manusia semakin lama semakin berevolusi. Bukan lagi hanya setan, tapi manusia itu sendiri"

-Althaf-

Pukul 22.03 WIB.

Rumah sakit Kasih Ibu, Bogor.

  Satu jam yang lalu, Arkie membawa Dyandra ke rumah sakit. Pasalnya saat jam sembilan malam, gadis itu muntah-muntah dan demamnya semakin tinggi. Terjadi perdebatan antara kakak-beradik itu, sang kakak memaksa adiknya untuk ke rumah sakit, sedangkan adiknya menolak dan meminta untuk istirahat di rumah saja. Arkie yang sabar memberi pengertian pada Dyandra secara perlahan, hingga adiknya setuju dibawa ke rumah sakit yang tak jauh dari rumahnya.

  Kamar ruang rawat tersebut hanya ada Dyandra dan abangnya, menurut Dyandra ini terlalu spele sampai menginap di rumah sakit. Bukan Arkie namanya, jika tidak khawatir dan protektif pada keadaan sang adik.

  Dyandra mematikan video call dari papanya yang terkejut karena mendapat kabar dari Arkie yang membawanya ke rumah sakit. Papanya berpesan jika dirinya tidak bisa datang karena sedang di luar kota, beliau memberi peringatan agar tidak terlalu capek dan perbanyak istirahat. Dyandra baru saja memegang ponselnya kembali, belum ada yang tahu jika dirinya berada di rumah sakit. Ini sudah malam, tidak mau mengkhawatirkan banyak orang. Cukup Arkie saja.

"Pengen minum," pinta Dyandra dengan suara lemas pada Arkie yang duduk di sampingnya. Tiba-tiba dia merasa haus, mau tidak mau dia harus minum air putih.

"Bentar, Abang ambilin. Makan mau?" tanya Arkie menatap Dyandra. Tangannya mengambil segelas air putih yang berada di meja sebelahnya.

  Dyandra menggelengkan kepalanya pelan, "Engga mau, Abang."

  Arkie berdiri, tangan kirinya membantu adiknya untuk duduk. Lalu setelahnya, membantu Dyandra untuk minum. Dyandra meneguknya sedikit dan menyudahinya. Gadis itu kembali membaringkan badannya.

"Tidur lagi aja, Dek. Udah malem ini," titah Arkie, dia kembali duduk dan menaruh gelas yang dia pegang pada tempat semula.

"Dy engga ngantuk, Abang," balas Dyandra, dia tertidur dari sore dan bangun saat setengah sembilan malam.

"Abang capek, ya? Abang tidur aja di sofa, Dyandra engga mau tidur sekarang," lanjutnya. Seharian bersekolah dan pasti capek.

"Jangan sakit terus, Dek. Abang khawatir sama kamu. Jangan capek-capek, minta tolong ke Abang aja kalo mau sesuatu," ungkap Arkie menghela nafas panjang, tangan kanannya mengusap puncak kepala Dyandra yang panas.

  Dyandra tersenyum manis, "Maaf ya Abang. Bang Arkie mending tidur aja, besok sekolah, 'kan?"

"Engga"

"Engga boleh, engga boleh. Abang harus sekolah besok, Dyandra gak apa-apa kok Bang," ujar Dyandra tidak menyutujui keinginan Arkie.

"Nanti kamu sama siapa?" tanya Arkie, tidak mungkin membiarkannya sendiri.

"Em ...," Dyandra berpikir sebentar, siapa kira-kira yang bisa menemaninya besok. "Kak Cici Bang, nanti Dyandra minta Kak Cici temenin Dy di sini selagi Abang sekolah."

"Beneran?" tanya Arkie yang masih mengelus puncak kepala Dyandra.

"Iya, beneran," jawab Dyandra sambil mengangguk.

Althaf {END} Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang