43✔ Semua Mimpi Berakhir

3.8K 579 1.2K
                                    

"Terlalu lama berpikir, tidak seimbang dengan bertindak akan membuat kita melewatkan suatu hal diiringi penyesalan"

~Althaf~

 

  Matahari ditutupi oleh lembutnya awan-awan. Pagi hari yang sedikit mendung nan suasana yang masih berkabung memperburuk suasana. Angin sepoi-sepoi mengiringi orang-orang yang berjalan menjauh dari gundukan tanah yang masih baru itu. Menyisakan beberapa orang yang lemas melihat papan nama yang beberapa menit lalu tertancap di ujung gundukan tanah. Mereka yang masih di sana hanya diam, tidak berbicara, tidak bertindak. Hanya terdengar suara tangisan yang belum juga berhenti dari sahabat-sahabatnya gadis itu yang telah pergi.

  Prosesi penguburan berjalan lancar, abang dan papa gadis itulah yang menempatkan tubuh yang sudah terbalut kain di tempat peristirahatan terakhir. Althaf yang terakhir memasang papan nama yang terbuat dari kayu di atas gundukan tanah. Selama proses penguburan, suara tangisan histeris dari sahabat-sahabat Dyandra yang semakin berat melepas gadis itu untuk tidur di tempat terbaik. Papa Arkie sudah pamitan lebih awal karena tiba-tiba tekanan darahnya naik.

  Arkie berjongkok, tangan kanannya memainkan tanah yang menyatu dengan gundukan tanah itu. Arkie hanya menatap kosong, semuanya yang terjadi bisa membuat dirinya menjadi gila. Cowok itu bangkit berdiri dan menghampiri Althaf yang berdiri sambil menatap papan nisan dalam diam.

"Semuanya pasti gara-gara lo, 'kan?" Arkie menarik kerah baju Althaf.

  Seketika mulai ricuh melihat Arkie yang marah pada Althaf.

"Hey, hey Arkie," panggil Novan dan menarik Arkie menjauh dari Althaf yang hanya diam.

"Jangan ribut di depan Dyandra dong, kasian nanti dia sedih hiks ...," ujar Najwa di sela-sela tangisannya. Ia mengusap air matanya berulang kali tak kunjung berhenti.

"Kie, sadar!" Arkana menepuk-nepuk pipi Arkie. Arkie menatap lurus ke arah Althaf yang hanya diam dan menunduk. Arkie tentu tidak bisa diam saja melihat satu keluarganya hilang lagi.

"To ... long Jangan ribut di de-depan makam Dyandra," kata Desfi sendu, air matanya terus mengalir.

"Dia salah satu alasan gue bertahan hidup, tapi apa? Gara-gara lo dia pergi, anji*g!" Arkie memberontak agar tangannya yang ditahan Novan terlepas dan bisa maju menghajar Althaf.

  Arkana berdiri menghalangi pandangan Arkie dan membantu Novan menahan Arkie.

"Udah takdir Kie, gak ada yang pantas disalahin," seru Arkana agar sahabatnya itu tersadar.

"Mungkin Tuhan udah rindu dia," tambah Anzero yang tidak bisa banyak kata di saat seperti ini.

"Semuanya emang salah gue"

  Serentak semuanya menengok ke arah Althaf yang terus menunduk seperti anak kecil yang melakukan kesalahan.

"Lo gak salah," bela Novan.

"DIA SALAH! DENGERKAN DIA NGAKU SENDIRI? SEMUANYA SALAH LO ALTHAF!" teriak Arkie yang semakin membabi-buta.

  Najwa menutup wajahnya menggunakan kedua tangannya, dia semakin menangis melihat situasi seperti ini.

"Kenapa jadi ribut," gumam Najwa pelan. Rachel memeluk Najwa dan ikut menangis juga.

"Salahin gue, Kie. Pukul gue, Kie. Bunuh gue, Kie," balas Althaf menatap Arkie yang menatapnya penuh kemarahan.

"LO EMANG PANTES BUAT GUE BUNUH!" pekik Arkie sambil menunjuk wajah Althaf.

"UDAH KIE, UDAH!" teriak Arkana sambil memegang kedua bahu Arkie. Ia tidak tahan melihat pertengkaran ini.

Althaf {END} Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang