"Bagaimana lukamu? Ini bahaya Namjoon, kau bisa kehabisan darah" mata Hoseok berkaca-kaca. Menahan sekuat tenaga agar tak berkedip. Karena jika berkedip maka air matanya akan jatuh saat itu juga. Ia tak ingin menangis sekarang.
Aku tak bisa medis!. Batinnya berteriak merutuki dirinya sendiri.
Bibir pucat Namjoon bergetar. Ia juga tak bisa berbuat apa-apa. Seandainya aku tak emosi lalu berlari kesini mungkin aku dan Hoseok akan baik-baik saja di sekolah. Pikirnya menyesal.
"Sebenarnya kenapa makhluk jadi-jadian itu bisa ada disini! Bukankah para tetua sudah membuat pelindung di sekolah dan hutan!" Gerutunya marah.
Namjoon terdiam, antara memikirkan perkataan Hoseok atau merasakan pinggangnya berdenyut.
"Ada yang mengirimnya kesini!" Seru Namjoon tiba-tiba.
"Mworago!"
Hoseok membelalakkan matanya.
********
"Kenapa menjadi seperti ini?"
Plung....
Air danau didepannya seketika beriak karena batu yang dilempar oleh seseorang. Ia menatap duplikat dirinya yang bergerak tak tentu arah. Bayangan yang hampir sama seperti pikirannya sekarang. Tak jelas. Pikirannya berkecamuk
Plung....
Plung....
Ia melemparkan kembali batu di tangannya.
"Yoongi"
Sebuah suara menginterupsi kegiatannya membuat Yoongi berhenti melemparkan batu.
"Ne?" Jawabnya tanpa menoleh.
"Appa mencari mu kemana-mana. Sedang apa disini?" Tanya Ji Seok penasaran.
"Duduk" balas Yoongi singkat.
Min Ji Seok terdiam. Ia menatap wajah samping anaknya. Menghela nafas panjang karena jawaban singkat sang anak.
"Appa tau kau marah—"
"Lalu untuk apa Appa kesini?" Tanya Yoongi datar memotong ucapan Appanya. Karena ia tau ujung-ujungnya sang Appa hanya akan menyuruhnya mengikuti ucapan Halmeoni Dongsaengnya. Yang sebenarnya juga Halmeoninya namun tak ingin ia akui. Halmeoni mana yang justru ingin membunuh cucunya sendiri?. Dan Yoongi sampai kapan pun tak akan pernah menerimanya.
"Yoongi—"
"Bisakah Appa mengerti denganku? Apa Appa paham dengan perasaan ku? Dia Dongsaeng ku Appa! Sepupuku! Bahkan aku baru tau saat ia sudah pergi!" Potong Yoongi marah. Tak peduli lagi dengan tata krama yang selama ini Appanya ajarkan. Ia berdiri bermaksud pergi enggan berdekatan dengan Appanya untuk sekarang.
"Yang lebih penting! Apa aku harus membunuh orang yang sudah menemukan Eomma? Jungkook bahkan memaksakan dirinya saat itu agar menolong Eomma! Apa Appa tega!" Ji Seok terdiam. Ia mengerti perasaan Yoongi. Karena dirinya juga pernah merasa kehilangan. Ia memang kehilangan, tapi bukan dirinya yang membuat sang istri menghilang. Ia tak membunuh. Lalu bagaimana dengan Yoongi? Ia dan yang lain bahkan diperintahkan membunuh adik mereka sendiri.
Yoongi tertawa. "Majja! Appa tak pernah merasakan sepertiku! Bahkan Appa yakin jika Eomma sudah mati saat itu!" Ucapnya terkekeh kecil seraya menekan kata mati.
"Yoongi-ya" suara lembut sang Eomma mengalun merdu ke telinga Yoongi.
Yoongi menoleh. Melihat wajah sedih sang Eomma membuat Yoongi merasa tersengat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elemental : Devil's [Book 2]
RandomPerang telah usai, kini Negeri Atphiar kembali tenang setelah dark magic kalah. Namun mereka harus kehilangan teman - teman mereka. Begitupula dengan mereka yang diramalkan. Bangtan, mereka harus kehilangan sosok kecil mereka. Adik kecil yang hanya...