Part 38

869 71 16
                                    

Cassian menatap Gwen yang tengah tertidur lelap. Bintik merah diwajahnya membuat Cassian semakin merasa bersalah. Sudah 3 hari ini ia menemani Gwen, semua urusan kantornya selalu ia selesaikan juga dirumah sakit ini.

Cassian beranjak dari sofa dan memilih untuk mengirup udara malam di taman rumah sakit. Hanya ada beberapa orang yang lalu lintas, itupun hampir semuanya petugas rumah sakit yang berjaga. Situasi ini ia manfaatkan untuk menenangkan diri setelah apa yang terjadi hari ini.

Ia mengeluarkan ponselnya, dan melihat wajah Kyra yang masih menjadi walpapernya. Sudah 3 hari pula ia hanya bisa menatap wajah Kyra melalui foto. Bukannya ia tak khawatir,  ia selalu menerima laporan tentang keadaan Kyra dari para penjaga membuatnya sedikit lega. Meski sebanarnya ia juga tersiksa saat melihat istrinya dari CCTV rumah yang nampak murung dan kesepian.

" Cas..." panggil seseorang membuat Cassian menoleh.

" Paman Billy..."

" Apa yang kau lakukan tengah malam begini? Kau tidak menemani putriku setelah apa yang terjadi hari ini?" Tanyanya menyindir.

" Gwen sudah baik - baik saja. Tolong jangan berfikir bahwa Kyra memang ingin berniat jahat. Kita belum tahu faktanya" tanggap Cassian yang dingin tak menatap pamannya.

" Kau perlu bukti apa lagi? Jelas - jelas Gwen alergi kacang dan ada bubuk kacang dalam makanan itu. Besok kita harus melibatkan polisi untuk mengusut ini!"

Mendengar itu, Cassian mengepalkan tangannya sekuat tenaga, memejamkan mata dan menahan nafas untuk beberapa detik sebelum ia melepaskan emosinya. Ia melirik Billy tajam, " Bagaimanapun Kyra adalah istriku. Biarkan aku yang menyelesaikan ini. Yang perlu paman lakukan adalah menjaga Gwen. Berhenti memojokkan Kyra. Aku bahkan sudah merelakan waktuku bersamanya untuk bersama dengan Gwen"

Ia beranjak dari kursi nyamannya dan meninggalkan sang paman sendiri.

Aku tidak akan berhenti sampai kau bisa menjadi milik putriku seutuhnya. Aku tidak ingin putriku hidup seperti aku. Karena hidup tanpa orang dicintai, bukanlah hidup yang mudah.

☆☆☆

Mata Kyra terbuka saat alarm di ponselnya berbunyi. Kyra menatap langit - langit dari atas tempat tidurnya, menghela nafas berat, betapa rasanya ia tak ingin melewati hari ini.

Kyra terbangun perlahan, entah mengapa kepalanya terasa sangat pening hari ini. Ia terus mengusap kepalanya berkali - kali, berjalan perlahan menuju dapur. Beberapa kali ia mengedipkan matanya, mencoba memperjela penglihatannya yang kabur. Bahkan ia harus menopang tubuh yang semakin ramping itu dimeja bar.

Juan refleks memegang bahu Kyra, menahan agar tubuh kurus wanita itu tak terjatuh. Dengan wajah khawatir ia membantu Kyra duduk di sofa dan mengambil segelas air. " Kau pasti belum makan sesuatu. Beritahu aku apa yang ingin kau makan hari ini" tanya Juan masih khawatir.

" Aku sedang tidak ingin makan apapun hari ini. Entah mengapa rasanya aku benar - benar mual"

Juan beranjak dan mengambil sebuah selimut dari ruang penyimpanan laundry. Ia membalut tubuh Kyra dengan selimut dan menatapnya khawatir, " Kau harus makan sesuatu. Aku akan buatkan makanan untukmu" ujar Juan dengan nada lembut.

" Tidak perlu" sanggah Cassian yang tiba - tiba saja masuk menatap dingin Juan. Ia melepaskan jasnya dengan kasar, melemparnya ke sofa dengan penuh emosi. " Berhenti menggunakan kesempatan ini untuk mendekati istriku!" Ujarnya marah.

Juan bagaikan orang yang tak takut apapun. Ia berdiri menhadap Cassian dengan berani, meski ia tahu bisa saja Cassian langsung menghajarnya tanpa henti.

" Aku tidak menggunakan kesempatan. Tapi kau membuat kesempatan itu" balas Juan .

Cassian semakin geram dibuatnya, ia bahkan sudah tidak bisa menahan untuk mencengkram kerah Juan.

KyraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang