Part 39

709 62 10
                                    

" Aku ingin satu botol vodka lagi" pinta Cassian pada seorang bartender. Entah sudah berapa tegukkan vodka yang ia minum malam ini, bahkan sang bartender terlihat enggan untuk memberikan botol vodka lain untuk Cassian.

" Tidak perlu memberinya botol vodka lain" pinta Levi yang seketika datang. Ia menatap kakaknya kasihan. Cassian bukan tipe orang yang gemar minum, kecuali jika ia merasa sangat sedih atau marah. " Apa kau terus menghabiskan malam disini? Kau bahkan seketika lupa dengan Gwen"

" Dia sudah kembali kerumah. Banyak orang yang menjaganya" jawab Cassian setengah mabuk.

" Sudah 5 hari sejak Kyra meminta pisah darimu. Apakau tetap akan seperti ini?"

Cassian dan tak menjawab. Hanya menatap gelas kecil yang ada dihadapannya dengan mata nanar. Setelah Kyra meminta berpisah darinya, tak ada keberanian bagi Cassian untuk bertemu dengan Kyra, ia tak berani untuk menerima kenyataan bahwa ia kehilangan Kyra.

" Apakau tahu Kyra masuk rumah sakit?" Tanya Levi yang kemudian membuat Cassian menatapnya, " Rumah sakit?"

Levi mengangguk, " Sudah hari ke 4"

Cassian berusaha beranjak dari kursinya meski penglihatan dan kesadarannya mulai menurun, " Aku harus pergi menemuinya"

Levi menahan tangan sang kakak, " Sudah tidak ada gunanya untuk saat ini. Ia sudah pergi. Aku sudah mencarinya kemanapun tapi aku tidak menemukannya. Bahkan ia tidak ada dirumah paman Hermawan dan Gemma pun tidak mengetahuinya."

Cassian mengepal tangannya dengan keras, ingin sekali ia memukuli dirinya sendiri saat ini. " Aku rasa dia butuh waktu. Sama seperti dirimu. Biarkanlah untuk beberapa saat, jika ia tak kunjung menghubungi Gemma, kita akan mencarinya"

Cassian hanya bisa melemas dan menjatuhkan dirinya, dadanya terasa sesak saat mendengar wanitanya pergo. air mata tak kuasa keluar dari matanya tanpa henti, sesakit inikah? Sesakit inikah ditinggal seseorang?

☆☆☆

Beberapa hari berlalu,

Cassian mencoba menjadi realistis, rumah tangganya dengan Kyra memang sudah berakhir. Meski sangat berat untuknya menerima, demi kebahagiaan Kyra, Cassia rela melakukannya.

Ia menatap layar USG dengan senyum pahit, terbesit di kepalanya bayangan dirinya tengah menatap calon anaknya bersama Kyra. Namun apa daya, mungkin saat ini itu hanya menjadi angannya.

Gwen nampak bahagia hari itu, sepanjang hari tangannya tak pernah berhenti melingkar di lengan Cassian. Bak suami istri mereka pergi ke mall ternama untuk membeli peralatan untuk calon anak mereka. Senyum wajah merekah tak pernah hilang dari wajah Gwen. Akhirnya ia bisa memiliki Cassian seutuhnya, ia merasa beruntung karena kali ini semesta memihaknya.

" Lihat! Aku rasa baju ini akan sangat bagus untuk putra kita" tunjuknya pada Cassian sepasang baju bayi berwarna biru. Cassian tak menanggap apapun, ia hanya tersenyum menangguk, sebuah gesture yang ia berikan sejak beberapa jam lalu.

Gwen yang masih nampak bahagia kembali melingkarkan tangannya di lengan Cassian, " Aku bahagia akhirnya aku bisa bersamamu. Bukankah ini pertanda bahwa memang kita tidak bisa dipisahkan?"

Ia kemudian mengelus perutnya yang buncit, " Anak ini hadir... anak ini membantu kita untuk menemukan cinta kita kembali"

Cinta? Apakah ini cinta? Mengapa rasanya kali ini Cassian lebih bahagia jika ada Kyra disini?

" Oh iya.. tentang pernikahan kita, apakah kau sudah memikirkannya?" Tanya Gwen lagi menghentikan langkah Cassian. Raut wajah Cassian berubah dingin menatap Gwen, " Bukankah kita sudah sepakat untuk melakukannya saat Mom sudah bisa menerimamu dan urusan perceraianku selesai? "

" Ya... aku tahu. Tapi aku memikirkan anak kita, bukankah akan kasihan untuknya jika ia lahir diluar pernikahan kita"

" Tapi ini akan tidak adil juga untuk Kyra jika kita melakukannya disaat kami masih terikat" ujar Cassian kelepasan. Ucapan itu lantas membuat Gwen berubah, " Kau selalu memikirkan dia. Dia yang meminta pisah darimu mengapa kau jadi mengorbankan anak kita?!"

Gwen melapaskan tangan Cassian dengan kasar dan pergi meninggalkan Cassian.

Melihat Gwen yang pergi dengan berlari sontak membuat Cassian mengejarnya dan meraih tangannya, " Apa kau gila berlari seperti ini? Apa kau tidak memikirkan putra kita?!" Tanya Cassian khawatir.

" Apa pedulimu? Kau hanya terus memikirkan Kyra! Apa kau pernah perduli dengan anak ini?!" Jawab Gwen dengan penuh emosi, tak peduli banyak pasang mata yang kini melihat mereka bertengkar.

Cassian menghela nafas, ia langsung menarik Gwen dalam pelukannya. " Maaf. Maaf membuatmu berfikir demikian. Kau tahu, anak kita sangat berarti untukku. Bagaimana aku bisa tidak peduli padanya"

Pelukan itu dibalas oleh Gwen dan semakin mengerat, " Berjanjilah padaku. Lupakan wanita itu dan kita mulai hidup kita yang baru"

——

2 minggu berlalu, Cassian duduk di kursi kebesaraannya masih melihat dokumen yang ada dihadapannya. Bukan sembarang dokumen, dokumen itu bahkan bisa membuatnya tak enak makan hari ini. Sebuah dokumen perceraian akhirnya sampai di hadapannya, sebuah dokumen yang paling berat untuk ia berikan tanda tangannya. Rasanya ia ingin sekali merobek dan membakar kertas ini.

" Apa kau sudah menandatanganinya?" Tanya Levi yang tiba - tiba saja masuk dan tergesa - gesa.

" Kau enapa masuk keruanganku tanpa mengetuk?" Tanya Cassian jengkel.

Levi tak membalas amukan kakaknya, ia benar - benar terlihat seperti orang yang sedang ingin memberitahu sesuatu yang penting. " Aku dan Gemma menemukan sesuatu yang janggal" ujar Levi lagi. " Apa kau tahu dimana keberadaan Juan saat ini?"

Nama itu lagi. Cassian hanya melengos dan memutar kursinya menatap pemandangan kota. Mendengar nama itu saja sudah membuatnya tidak mood. " Laporan terakhir yang ku dapatkan dia mengajukan resign setelah Kyra keluar dari rumah"

" Dugaanku benar. Ini pasti berhubungan dengan dia" ucap Levi membuat Cassian berbalik dan menatap adiknya curiga.

" Gemma memberitahuku, ada yang ganjal di rumah sakit itu. Ada seseorang yang meminta rumah sakit menyembunyikan hasil pemeriksaan Kyra"

" Bodohnya orang itu tidak tahu bahwa rumah sakit itu masih dimiliki oleh Gemma. Seseorang melapor pada Gemma setelah ia meminta seluruh rumah sakit yang dimilikinya melapor jika melihat Kyra"

Mata Levi kini menatap kakaknya, memberi isyarat bahwa sang kakak harus siap mendengar kabar selanjutnya.

" Apa yang terjadi pada Kyra?!" Tanya Cassian lagi yang sudah berdiri menatap Levi tak sabar.

" Kyra..... dia tengah mengandung"

Deg.

Cassian tak bisa bergerak seketika, tubuhnya kaku, menatap adiknya tak percaya. " Levi apa kau tau apa yang kau bicarakan?" Tanya Cassian tanpa ekspresi apapun.

" Data itu tak mungkin salah meski orang itu meminta untuk menghilangkannya. Kyra sedang mengandung" ujar Levi lagi.

" Juan bisa menjadi dalang dari semua ini"

Cassian memejamkan matanya dan memukul mejanya dengan keras. Kembali lagi ia menyalahkan dan mengutuk dirinya.

Tidak aku tidak akan membiarkannya pergi bersama anakku.

Cassian mengangkat telfon dan mengetik nomer. " Garry! Cari data kemana Kyra pergi! Aku tidak peduli berapa banyak yang harus ku bayar untuk mendapatkan data itu. Cepat!"
Tutupnya.

Kini saatnya mencarimu.

KyraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang