Part 40

917 56 6
                                    

Kyra dan Juan memasuki apartemen yang baru saja mereka sewa. Jauh dari kota bahkan jauh dari negaranya, Juan membawa Kyra menjauh dari masa lalunya. Bukan hal aneh jika Kyra menyetujuinya, ia tahu betul keluarga suaminya tidak akan membiarkannya pergi apalagi jika mereka tahu Kyra sedang mengandung. Terlebih dengan apa yang terjadi pada insiden makanan itu, bukan tidak mungkin jika Kyra dan anaknya bisa menjadi korban selanjutnya.

Selesai membantu Kyra menyiapkan dan membersihkan apartemennya, Juan mengajak Kyra untuk kembali duduk bersama, " Aku tidak tahu berapa banyak kata terimakasih yang harus ku berikan padamu, kau banyak sekali membantuku"

Juan menghela nafas, tak berani menatap Kyra hanya berani menunduk menatap tangan Kyra, " Kau tahu bahkan aku siap melindungimu dengan segenap tubuhku"

" Kau jauh lebih banyak membantuku"

" Kau... mungkin tidak akan melihatku untuk beberapa waktu. Ada pekerjaan yang harus aku lakukan"

Ia kemudian mengeluarkan sebuah kertas , menuliskan sebuah nama dan telephone lalu memberikannya pada Kyra, " Nomor itu, kau bisa selalu menghubunginya jika kau membutuhkan sesuatu"

Kyra menatap kertas itu bingung, bekerja? Bukankah selama ini Juan hanya bekerja untuknya?

" Aku tahu begitu banyak pertanyaan di kepalamu. Tetapi aku janji suatu saat, kau akan mengetahui semuanya"

" Juan... sebenarnya ada apa?"

Juan hanya menghela nafas, tanpa banyak kata ia beranjak dari kursinya, membelai rambut Kyra untuk sesaat dan keluar dari apartemen tanpa menghiraukan Kyra yang terus memanggilnya.

Tak ada lagi yang bisa Kyra lakukan ia hanya bisa menghela nafas melihat Juan pergi. Tak mungkin ia menahan Juan. Pria itu sudah banyak membantunya. Kyra melihat secarik kertas yang ia genggam, sebuah nomor telephone yang bertuliskan nama yang entah siapa itu.

~

Seminggu berlalu, tak ada kegiatan lain yang bisa Kyra lakukan selain memasak, berbelanja bahan makanan dan membaca buku maupun jurnal. Sesekali ia juga mengajak sang anak untuk berbicara meski ia belum bisa mendapat respon apapun.

Tak ada siapapun yang bisa Kyra hubungi, ia tak ingin semua orang tahu apa yang sedang terjadi padanya saat ini. Ia lebih memilih untuk mendengarkan Juan untuk tidak menghubungi siapapun demi keselamatannya. Tetapi rasa sepi justru mendatanginya. Setiap malam, Kyra hanya bisa melihat pemandangan kota Bangkok dari balkon apartemennya. Seringkali bayangan Cassian muncul dan membuat air matanya kembali jatuh.

Mungkin saja pria itu saat ini tengah menikmati waktu bersama Gwen dan calon anak mereka. Mengingat itu saja, hati Kyra rasanya seperti teriris. Sebagai istri sah yang juga tengah mengandung, suaminya tak bisa ada disampingnya.

Kyra hanya menangis dalam diam, memeluk perutnya, setidaknya saat ini ia melakukan ini untuk anaknya.

Berlarut dalam kesedihan berhari - hari, Kyra merasa keram pada perutnya. Tidak seperti biasanya, ia merasa sakit yang luar biasa dibawah perutnya. Tanpa berpikir panjang, ia menelfon seseorang yang Juan tulis untuknya. Hanya nomor itu yang ada dihadapan Kyra saat ini.

Tak butuh waktu lama, seseorang memgetuk pintu apartemen Kyra, dengan susah payah Kyra berjalan perlahan dan membukakan pintu. Wanita itu dengan panik melihat Kyra, ia membopong Kyra dan segera memanggil ambulan.

Malam itu, rasanya hampir saja aku kehilangan anakku.

~

Kyra akhirnya bisa bernafas lega setelah sang dokter memberikan tindakan. Rasa cemas dan stress berlebihan, menjadi biang dari rasa kram yang ia alamin. Untungnya, Kyra segera tertangani, jika tidak bisa saja malam ini ia kehilangan anaknya.

KyraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang