Part 22 - Tak ada arti -

866 69 29
                                    

Setelah semalam perang hati dan pikiran Kyra sudah menguras tenaganya. Kyra tertidur cukup lelap, saing lelapnya ia bangun sedikit siang. Ia membuka perlahan matanya menatap seorang pria yang tengah keluar dari walk - in closet. Perlahan penglihatannya menjadi jelas, tentu saja pria itu Cassian. Pria yang ingin sekali ia cecar pertanyaan sejak kemarin.

Melihat Kyra yang mulai bangun, Cassian menghentikan aktivitasnya kemudian tersenyum menatap Kyra. " Bagaimana tidurmu?"

" Kau mau pergi?" Tanya Kyra lagi tak menjawab Cassian.

Cassian kembali mengenakan jasnya, berdiri dengan gagahnya di depan cermin. Kali ini ia nampak berkharisma dengan kemeja merah marun dan jas hitamnya, " Iya aku harus menemui clientku"

" Kau... akan menemui client atau Gwen?" Tanya Kyra dengan nada sindiran membuat Cassian berhenti mengancingi lengan jasnya kemudian menatap Kyra, " Apa yang kau bicarakan Kyra?"

" Aku dengar paman Billy dan Gwen kembali. Aku pikir kau kembali menemuinya karena kemarin kau tidak menghubungiku seharian. Bahkan ketika aku sampai"

Cassian menghebuskan nafas dan mengusap dahinya frustasi. " Apa kau baik - baik saja? Mengapa tiba - tiba kau begitu..... memikirkan urusanku? Sejak kapan kau begitu ingin aku melakukan itu?"

Kyra diam tak menjawab.

" Tunggu? Apa ini karena apa yang kita lakukan terakhir kita bertemu? jika kau merasa apa yang kita lakukan membuat kita terikat aku minta maaf waktu itu aku---"

*plak*

Sebuah tamparan pada akhirnya sampai di pipi kanan Cassian. Cassian diam tak bergeming. Kyra tak ingin mendengarnya. Ia tahu apa yang akan Cassian katakan. Itu jelas akan memmbuatnya lebih sakit hati.

" Apa kau pikir aku sama seperti wanita yang kau tiduri di luar sana?! " Tanya Kyra menahan tangis. Matanya mulai memerah. Matanya mulai berkaca - kaca.

" Mungkin aku lebih bodoh. Lebih bodoh karena aku berfikir kau tidak seperti itu"

Kini air mata itu tak bisa terbendung lagi, tak ingin tetesan air matanya jatih dihadapan Cassian, Kyra berlalu. Mengambil jaket dan mulai melangkah keluar, Cassian yang masih diam menatap Kyra akhirnya menahan tangannya.

" Kau mau kemana?"

Kyra berusaha melepas genggaman Cassian, "  Lepaskan aku!" Ujarnya tanpa melihat Cassian.

Namun genggaman itu malah semakin menguat. " Kau akan membuat semua orang dirumah ini berfikir yang tidak - tidak Kyra"

Kyra seketika terdiam. " Aku tidak peduli"

" Kenapa kau seperti ini? Dari awal kita sudah sepakat. Apa kau akan merusaknya? Baik kalau kau marah karena malam itu. Aku minta maaf. Tapi dari apa yang terjadi tidak merubah apapun Kyra kau tahu itu sejak awal."

Kyra memberanikan diri menatap Cassian dengan wajah sembabnya, " Ya kau benar. Mungkin itu tidak merubah apapun padamu. Disitulah letak kesalahanku, karena aku berharap ada yang berubah."

" Karena perasaanku telah berubah"

Perlahan genggeman Cassian melonggar. Ia bagaikan sedan mendengar sebuah cerita yang tak pernah ia sangka.

" Aku minta maaf. Tapi aku harus pergi" pamit Kyra sebelum ia berlari keluar dari kamar, dan keluar dari rumah itu. Ia memilih pergi saat ini.  Perasaan yang tak terbalas tidak mungkin diterima semua orang dengan mudahnya. Tak terkecuali Kyra. Ia memilih pergi untuk mengobati hatinya yang kini terasa sangat perih.

☆☆☆

Dadanya masih terasa sesak. Air mata juga tak berhenti mengalir sejak ia pergi dari rumah. Rasanya Kyra hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri. Ia yang memiliki perasaan itu. Tapi Kyra juga tak bisa menahannya. Ia tak bisa membohongi dirinya kalau ia terluka.

KyraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang