🍃 9 - Anak Ayam Ganteng

1.3K 244 34
                                    

9 - Anak Ayam Ganteng

Bangchan sebagai Aresh
Minho sebagai Arkha
Changbin sebagai Ardan
Ayen sebagai Ayen / Jeara
Minnie as Resya
Hyunjin as Haekal

________________________


 

Seperti rencana awal, Arkha mengantar Jihan pulang sore itu. Ditemani Ayen yang membawa sepeda Jihan sedangkan gadis itu dibonceng olehnya. Tadinya Jihan menolak, tapi yang namanya Arkha mana bisa menyerah begitu saja.

Bermodalkan beberapa informasi yang sempat ia gali saat neneknya tengah memasak tadi, Arkha dengan berani mengantar Jihan pulang hingga depan pintu rumahnya. Inginnya Arkha memapah Jihan saat turun dari motor namun urung saat mengingat ucapan nenek bahwa abahnya Jihan itu galak.

"Assalamualaikum!" Mereka bertiga mengucap salam bersamaan. Tidak lama terdengar sahutan dari dalam. Pintu terbuka lalu muncul seorang perempuan paruh baya yang masih terlihat cantik dan awet muda. Insting Arkha mengatakan bahwa perempuan ini adalah kakak Jihan.

Hati Arkha sedikit goyah.

Kalau gak dapat adiknya, dapat kakaknya juga gak masalah.

"Neng, kamu gak papa?" tanya perempuan itu.

"Umi, maaf Jihan pulangnya telat."

Arkha melongo.

Umi?!

Dia mamanya Jihan?

Arkha langsung beristighfar dalam hati. Hampir saja ia jatuh hati pada calon mertua sendiri.

"Gak papa, Neng. Oh iya, ini siapa?"

"Ini cucunya nenek Nay yang dari Jakarta." Duo Derren itu menyalami punggung tangan umi bergantian.

"Kalian anaknya almarhumah Sana ya?" Arkha dan Ayen mengangguk. Sedikit heran karena masih ada yang mengingat keberadaan orang tuanya padahal mereka sudah lama pindah ke Jakarta jauh sebelum kecelakaan itu.

Umi menatap Ayen lamat membuat yang ditatap bingung.

"Kenapa umi?" tanya Jihan yang ikutan bingung.

"Dia mirip sekali dengan ibunya," ucapnya dengan mata berkaca-kaca. "Cantik dan lembut."

Ya, sekilas orang akan berpikir seperti itu. Ayen itu cantik dan lembut. Namun bagi Arkha yang notabennya tak pernah akur dengan si bungsu jelas tidak akan menyetujui kalimat tersebut, karena di mata Arkha, Ayen itu licik dan kasar.

"Sudah lama ya sejak umi bertemu kalian." Tatapan umi beralih pada Arkha. "Kamu Akha apa Idan?"

Arkha tersenyum kaku saat mendengar pertanyaan itu. Dulu, nenek dan kakek memang memanggil mereka dengan sebutan itu membuat orang-orang sekitar ikut memanggilnya demikian.

"Saya Arkha, Umi."

"Ya ampun ganteng banget ya Akha sekarang."

"Dulu juga ganteng kok, Umi," balas Arkha membuat Ayen menahan malu karena kenarsisan abangnya.

"Iya, Akha memang selalu ganteng," sahut Umi. "Ayo masuk dulu, minum dulu."

Inginnya sih mampir, tapi Arkha sadar diri pendekatan itu perlu waktu. Jadi, untuk kali ini ia akan menolak tawaran tersebut.

"Gak usah, Umi. Kami pulang aja."

"Pulang diantar siapa, Neng?" Tiba-tiba suara baritone terdengar dari dalam rumah. "Sejak kapan umi beli anak ayam warna-warni dari pasar hewan?" sindirnya saat melihat rambut biru Arkha.

[1] Keluarga DERREN [ SEGERA TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang