🍃 59 - Karena Kita Teman

856 208 55
                                    

59 - Karena Kita Teman

 

Banyak hal yang tidak bisa Haekal mengerti tentang dirinya semenjak mengenal si bungsu Derren.

Terdengar mustahil jika dirinya menyukai gadis bar-bar itu. Tapi ia juga tak memiliki alasan tepat untuk membenci kehadirannya. Fakta bahwa ia terus-terusan berdebar saat tengah bersama gadis itu membuatnya benar-benar tertekan.

Jeara Ayenzia Derren bukanlah gadis yang diharapkan ayahnya. Dia berbeda dengan Jihan dan itu semakin membuat Haekal galau tak karuan.

"Assalamualaikum, Kal! Kal kamu di rumah gak?" Suara berat Jeno berhasil mengembalikan Haekal dari lamunan. Ia yang memang sedang duduk di ruang tengah segera beranjak membuka pintu.

"Waalaikum salam. Jangan teriak-teriak, Jen! Gak enak nanti ganggu tetangga," tegurnya. Tapi yang ditegur tidak menggubris. Pemuda tampan itu malah menarik Haekal untuk duduk di kursi yang ada di teras rumah.

"Kal, kamu udah dengar kabar soal Renjun?"

"Kabar soal Renjun?"

"Iya, kamu tahu 'kan kalau dua hari ini dia izin gak masuk sekolah?"

Haekal diam. Seingatnya, Renjun izin tidak masuk sekolah karena ada keperluan ke kota, bersamaan dengan Ayen yang juga tidak masuk sekolah dengan alasan yang sama. Bahkan ada yang bilang kalau mereka berdua pergi bersama.

Haekal memang tidak sekelas dengan mereka, namun ia cukup akrab dengan murid di kelas IPA, jadi bukan hal yang sulit untuk menanyakan absensi mereka.

Dan berkat hal itu lah, Haekal merasakan sesuatu aneh di hatinya. Seperti ada perasaan kesal dan tak rela memikirkan Renjun dan Ayen pergi bersama.

"Renjun kenapa?" tanyanya setelah terdiam lama.

"Renjun kecelakaan! Tadi mamanya dikabarin sama kakaknya Jeara dan sekarang udah berangkat buat nyusulin Renjun ke Jakarta."

Tubuh Haekal menegang. Bukannya khawatir pada Renjun, pikirannya justru tertuju pada satu orang.

"Jeara sendiri gimana? Dia baik-baik aja 'kan?" Entah kenapa, tapi ucapan Jeno membuat otaknya beku hingga tak mampu mengontrol rasa khawatir yang tiba-tiba menyerangnya.

Dan pusat dari semua yang tengah ia rasakan kini hanyalah satu.

Jeara Ayenzia Derren. Gadis bar-bar yang tanpa sadar menarik perhatiannya dan membawanya jatuh bersama ribuan rasa yang tak mampu Haekal ungkapkan lewat kata.

____________________

Kecelakaan yang menimpa Renjun tak hanya membuat keluarga Derren khawatir, tapi juga merasa bersalah.

Setelah mendengar bahwa Renjun sudah siuman, Aresh akhirnya bisa bernafas lega di ruangannya. Tangannya terulur mengambil handphone di laci, mengabaikan dokumen yang masih menumpuk di atas meja.

Satu kontak di bawah si trio Derren berhasil mencuri perhatiannya kini. Senyumnya terulas tipis, jantungnya tiba-tiba berdebar mengingat senyum si pemilik nomor. Tak ingin membuang waktu, ia segera mendial panggilan pada nomor tersebut.

["Hallo, Mas?"]

"Hai, Ca, lagi sibuk gak?"

["Enggak kok, Mas, aku baru sampai rumah. Oh iya, gimana kabar Renjun sama adik-adik kamu?"]

Aresh beranjak dari kursinya, melonggarkan dasi yang melilit leher kemudian berjalan ke arah sudut ruangan, menatap langit sore kota Jakarta dari balik jendela kaca.

[1] Keluarga DERREN [ SEGERA TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang