69 - Friendzone
Seperti ucapannya waktu itu, Ardan benar-benar ingin egois. Ia ingin Feli hanya untuknya sendiri. Ia tidak mau merelakan Feli untuk orang lain.Hari ini, ia mengajak Feli pergi ke taman bermain, menaiki beberapa wahana sebagai pengganti 8 tahun yang mereka lewati tanpa ada kenangan dalam ingatan. Sebelum Feli resmi menjadi istri orang--- begitulah alibinya ke pada Jessica, ibunya Feli.
Jessica tidak tahu saja kalau mereka berdua tengah berkencan. Menikmati akhir pekan berdua. Melupakan status Feli sebagai tunangan orang.
"Idan! Mau itu!" Feli menunjuk stand permen kapas. Tak lupa menurunkan maskernya untuk mengumbar senyum, merayu si pemuda Derren.
Ardan terpaku menahan gemas. "Kaya bocah banget!" cibirnya namun tetap mengikuti langkah Feli menuju stand permen kapas.
Setelah mendapatkan apa yang Feli mau, mereka melipir ke pantai. Cuaca cerah membuat pantai terasa panas. Mereka segera duduk di gazebo--- dengan tangan Feli yang masih memegang permen kapas.
"Kok gak dimakan?" tanya Ardan. Feli menoleh.
Gadis itu tersenyum lebar. "Sayang, ini jajanan kedua yang lo traktir."
Ardan mengernyit bingung. "Kedua?"
"Iya."
"Emang kapan gue pernah neraktir lo?"
Feli mencebik sebal. "Lo dengan mudah ngelupain momen penting gitu aja?"
Ardan menggaruk tengkuk bingung. Ia memang sedikit pelupa.
"Itu loh, waktu lo nemenin gue nyari tempat buat usaha, kita 'kan mampir dulu ke es kelapa, terus lo neraktir gue waktu itu."
"Oh, itu ..." Si pemuda Derren tersenyum lebar. "Gue baru inget, Jel."
"Emang sih, itu tuh cuman berharga buat gue, gak berharga buat lo." Wajah Feli semakin merengut, apa lagi saat Ardan tidak terlihat merasa bersalah sedikitpun. Semakin kesal saja gadis itu.
Srett---
Tiba-tiba permen kapas yang sedari tadi ia pegang berpindah tangan.
"Makanan tuh buat dimakan, bukan cuman buat dilihatin!" Ardan dengan kurang ajar membuka plastiknya lalu mengeluarkan makanan manis itu. Memegang gagangnya lalu menyodorkannya ke hadapan Feli.
"Makan!"
"Ih! Gak romantis banget sih lo!" Gadis itu kembali mencebik. "Masa nyuruh makannya kaya gitu?" protesnya.
"Lah, emang harus kaya gimana?"
"Ya, yang manis dikit kek!"
Kali ini Ardan yang berdecak namun tetap menuruti permintaan gadis itu.
Tatapan Ardan berubah intens. Feli sampai mengerjap ditatap seintens itu. Padahal tadi dia yang meminta Ardan bersikap demikian, kenapa sekarang dirinya malah gugup?!
"Jelly sayang, makan permennya."
Oh Tuhan! Kenapa juga panggilannya harus seperti itu! Feli ingin goleran saja di atas pasir saat ini juga!
Layaknya seseorang yang baru saja dihipnotis, Feli menurut begitu saja, menggigit permen kapas itu di satu sisi. Tanpa ia duga, Ardan ikut menggigit permennya di sisi lain. Kini wajah mereka begitu dekat, hanya terhalang permen kapas.
Feli membelalak, sementara Ardan masih dengan tatapan yang sama, membuat wajah Feli terasa panas.
Semakin panas saat Ardan memajukan wajahnya dengan mulut yang kembali melahap permen kapas namun tatapannya tak lepas dari mata Feli.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Keluarga DERREN [ SEGERA TERBIT ]
Ficção AdolescenteBangchan Areshta Derren harus kelimpungan mengurus ketiga adik nakalnya. Ia harus berperan sebagai kangmas, ayah sekaligus ibu untuk mereka setelah orang tua mereka meninggal lima tahun lalu. Aresh yang baru saja lulus kuliah harus menerima kenyataa...