🍃 33 - Kemusuhan

904 197 31
                                    

33 - Kemusuhan
 
 

Ayen menatap Haekal kemusuhan. Gara-gara pemuda itu, ia dan Renjun terlambat mengikuti upacara lalu dihukum berdiri terpisah bersama lima anak lainnya yang juga terlambat datang.

Saking kesalnya, Ayen sampai tidak mood untuk pura-pura pingsan.

"Shit! Panas banget sih mataharinya!" keluh gadis itu sembari menyeka keringat di pelipis. Luntur sudah make upnya hari ini.

Renjun yang berdiri di sampingnya menatap kasihan, apa lagi wajah Ayen sudah memerah terpapar sinar matahari.

"Ra, mau pakai topi gak?"

Ayen yang sedari tadi hanya memperhatikan Haekal dengan tatapan tajamnya, menyahut bingung. "Hah?"

"Pakai topi ya, biar gak kerasa banget panasnya." Lalu dengan santai Renjun memakaikan topinya di kepala Ayen. Ayen mengerjapkan mata masih belum mengerti keadaan, sebelum akhirnya wajahnya terasa sedikit sejuk diterpa angin pagi juga sinar sang surya yang tak lagi terasa menyengat.

Gadis itu tersenyum tipis. "Lo niat banget temenan sama gue?"

"Kenapa enggak?"

"Sorry aja, Jun. Tapi gue gak temenan sama anak kampung." Renjun malah terkekeh pelan, mengulum bibir menahan tawa.

"Ra, kamu gak bisa bilang aku anak kampung, aku juga pernah tinggal di kota soalnya."

"Tapi lo tetep anak kampung."

"Kamu juga sekarang 'kan jadi anak kampung."

"Enak aja! Enggak ya! Gue cuman sementara di sini!"

"Stt ... !" Desisan guru BK yang berdiri tak jauh dari mereka membuat Ayen dan Renjun segera menutup mulut hingga upacara selesai.

Setelah upacara selesai mereka tak serta merta dibiarkan masuk kelas. Karena sudah datang terlambat dan malah ngobrol saat upacara maka hukuman mereka bertambah.

Di sinilah mereka sekarang, menyapu halaman belakang sekolah yang lumayan luas. Ayen menatap pemandangan di depannya tak percaya, kenapa dirinya harus diperlakukan seperti ini? Kalau saja kangmas tidak bangkrut, sudah Ayen beli mulut guru BK tadi. Gadis itu menghentakan kaki kesal sementara Renjun segera mengambil sapu lidi di sudut halaman.

"Kamu duduk aja di bangku sana biar gak kepanasan lagi, biar aku yang nyapu."

"Iyalah! Ini 'kan salah lo yang ngajakin gue ngobrol!" sahut Ayen sebal lalu segera berjalan ke tempat teduh, satu-satunya bangku yang tak jauh dari pohon besar di sana, membiarkan Renjun menyapu halaman seorang diri.

Ayen membuka ponselnya lalu mulai berselancar di IG, entah keinginan dari mana tiba-tiba saja jarinya mengetuk serangkaian hurup yang membentuk sebuah kata di kolom pencarian.

SMAN Dupan.

Lalu muncul akun yang dicari. Ia segera mengklik semua pengikut di akun tersebut. Lalu sudut bibirnya terangkat membentuk seringai saat menemukan akun si ketos galak. Namun, perhatiannya malah teralih pada salah satu akun dengan foto profil senja.

Itu akun Renjun.

Ayen sontak mengangkat pandangan hingga menemukan sosok Renjun yang tengah menyapu di depan sana.

Sret---

Tuk!

Renjun menoleh kaget saat seseorang menarik lengannya lalu menjatuhkan sapu yang sedari tadi ia pegang.

"Ra, kenapa?" tanya Renjun bingung, namun Ayen tak kunjung menjawab dan malah mendudukan tubuhnya di bangku yang sedari tadi gadis itu duduki.

"Nih, minum!" Ayen menyodorkan teh manis dingin kemasan botol pada Renjun buat pemuda itu bengong dengan tatapan bingung.

[1] Keluarga DERREN [ SEGERA TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang