🍃 67 - Perkara Daun Salam

890 197 32
                                    

67 - Perkara Daun Salam

 

Senyum manis terkembang di wajah Arkha saat melihat pajero putih memasuki halaman rumah nenek. Kangmasnya sudah datang.

"Assalamualaikum."

"Waalaikum salam." Arkha menjawab cepat lalu beranjak untuk membawakan kresek besar berisi oleh-oleh pesanannya. "Kok udah sampe aja, berangkat dari Jakarta jam berapa, Mas?" tanyanya basa-basi.

"Tadi pagi," jawab kangmas seadanya. Tubuhnya lelah, jadi ia memilih segera duduk dan menyandarkan punggungnya di sofa.

"Si mbak pacar gak mampir lagi ke sini?"

"Enggak, tadi mas suruh dia buat istirahat aja di kontrakannya. Kasian besok mulai kerja lagi."

Arkha manggut-manggut. Aresh baru saja memejamkan mata saat si anak kedua kembali bicara dengan hati-hati. "Mas, nanti sore jemput si Jea pulang sekolah, ya?"

"Kamu mau ke mana emangnya?" tanya Aresh dengan mata masih terpejam.

"Mau jemput Jihan."

"Anaknya om Jaka itu?"

"Iya."

"Ya udah." Tiba-tiba Aresh membuka mata, celingukan menatap sekitar. "Kakek sama nenek ke mana? Kok sepi?"

"Biasa, ngontrol keadaan sawah."

"Kenapa kamu gak ikut?"

Arkha nyengir. "Aku 'kan nungguin rumah biar ada yang menyambut kedatangan mas Aresh." Setelah itu hening.

"Mas kemarin cuman kondangan doang?" tanya Arkha lagi. Ia sedang mencoba mendekatkan diri dengan kangmas setelah kecanggungan beberapa waktu lalu.

"Iya. Emangnya apa lagi?"

"Kirain sekalian ngelamar." Aresh terkekeh. Merasa senang diajak mengobrol oleh adiknya. Meskipun tubuhnya lelah, ia tetap menjawab setiap pertanyaan Arkha.

"Kalau mau ngelamar, mas pasti kasih tahu kalian, mas juga bakal ajak kakek dan nenek buat nemenin."

Melihat Aresh yang terlihat lelah, dan kembali memejamkan mata, Arkha segera berujar. "Mas, tidurnya di kamar aja, jangan di kursi nanti punggungnya tambah pegel."

Dengan begitu, si sulung bangun lalu beranjak menuju kamar untuk beristirahat, namun sebelum itu ia sempatkan meminta Arkha agar membangunkannya nanti sore untuk menjemput si bungsu pulang sekolah.

_________________

Seperti rencananya kemarin, Arkha kembali menjemput Jihan. Kali ini sekalian izin untuk mengajaknya makan malam, tak lupa menyogok umi dengan sekresek besar oleh-oleh yang tadi dibawa kangmas.

"Aduh, nak Akha harusnya gak usah repot-repot bawain oleh-oleh segala, umi gak enak jadinya."

"Gak papa kok, Umi. Itu dari mas Aresh."

"Suruh kangmasmu main ke sini ya kali-kali. Kemarin cuman ketemu sebentar waktu dia sama Idan ngejemput si neng Resya."

Arkha mengangguk. "Iya, Umi."

"Kenapa anak ayam ini masih di sini, Umi?" Abah yang baru datang ikut nimbrung. Sekarang lelaki paruh baya itu tidak segalak dulu, mungkin karena melihat Arkha yang begitu gencar mendekati putrinya, juga tak segan-segan membantu pekerjaan sang istri yang suka berkebun di belakang rumah--- demi sebuah restu.

Sedikitnya abah Jaka mengerti bagaimana menghargai perjuangan Arkha, ia juga pernah muda dan pernah berjuang demi seucap restu dari calon mertua.

"Abah ini, ya biarin lah dia main dulu di sini. Diminum dulu tehnya, nak Akha!"

[1] Keluarga DERREN [ SEGERA TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang