🍃 28 - Es Kelapa

929 194 35
                                    

28 - Es Kelapa


Motor Renjun berhenti di halaman rumah nenek. Padahal tadi Ayen sudah menyuruhnya untuk tidak jadi menjemputnya. Tapi pemuda itu tetap datang.

"Kok lo datang, Jun? Kan gue udah bilang gak jadi." Ayen berjalan keluar bersama Arkha yang tengah memakai jaket.

"Mau dianterin bang Arkha, ya?" tanya Renjun.

"Yoi, sekalian ketemu calon," jawab Arkha dengan cengiran lebarnya.

"Ya udah gak papa, bareng aja berangkatnya."

Ayen tak ambil pusing, ia segera naik ke motor setelah Arkha memarkirkan si Kumi. Motor Renjun lebih dulu keluar halaman diikuti motor Arkha di belakangnya.

"Bang?"

"Apa?"

"Nanti gak usah jemput."

"Kenapa?"

"Gue bareng si Renjun aja."

"Kok gitu?"

"Lo gak lihat itu bensin si Kumi tinggal dikit."

"Elah, tinggal isi lagi gampang."

Helaan nafas terdengar samar bersahutan dengan angin siang itu. "Gue tahu mulai sekarang kita harus hemat," ujar Ayen yang buat Arkha terdiam sejenak lalu terkekeh.

"Hemat bukan berarti ngeberhentiin segala hal yang berkaitan sama duit, Je."

"Tapi mas Aresh udah gak ngasih kita uang jajan. Abang sama kak Ardan juga gak kerja, kita dapet duit dari mana coba? Gak mungkin minta sama nenek orang kerjaan nenek cuman ke sawah doang." Lagi-lagi Ayen mengehela. "Gue bahkan udah gak belanja-belanja make up sama baju lagi selama hampir tiga minggu ini. Tuhan nguji kita banget kayanya."

"Ini cara Tuhan mengajarkan kita agar dewasa, Yen. Gak semua yang lo mau bisa dengan mudah lo dapet."

Dan lagi-lagi mereka harus membahas sesuatu yang serius di atas motor.

Sesampainya di rumah Jihan, Arkha ikut turun lalu menyalami umi. Beruntung tak ada abah, katanya sedang pergi ke sawah.

"Sehat, Umi?" sapanya. Umi mengangguk ramah.

"Sehat, Kha," balas umi. Tatapannya beralih pada dua orang lain di samping Arkha. "Ayen sama Renjun mau kerja kelompok ya?"

"Iya, Umi. Jihannya ada 'kan?" Ini Renjun yang menjawab.

"Ada, masuk aja. Akha mau masuk dulu?" tawar umi. Arkha segera menggeleng. Meski dalam hati ingin bertemu Jihan tapi tak enak hati jika ikut masuk ke dalam, ia tidak ada keperluan dengan mereka.

"Saya langsung pulang aja, Umi." Arkha kembali menyalami tangan umi. "Assalamualaikum."

"Waalaikum salam," balas umi.

Arkha kembali menaiki motornya. "Kalau mau pulang telpon aja, Je," pesannya pada Ayen yang hanya dibalas anggukan oleh gadis itu. Saat hendak menyalakan motor, seseorang muncul di ambang pintu, menatapnya sekilas lalu menunduk. Arkha yang tanpa sengaja bertatapan dengan maniknya beberapa detik lalu sontak tersenyum lebar dari balik helm.

Ia menyalakan motor lalu membunyikan klakson sebelum melajukan motor meninggalkan pekarangan rumah Jihan.

Setelah agak jauh, Arkha menghentikan laju motornya, membuka helm lalu merogoh ponsel di saku celana.

Sedangkan di dalam rumah, Jihan yang baru menyuguhkan minum untuk kedua temannya segera mengambil handphone yang ia letakan di atas meja saat melihat benda persegi itu menyala dengan getaran menggesek kaca meja.

[1] Keluarga DERREN [ SEGERA TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang