36 - Mie Kuah Malam
Malam ini Ardan duduk diam di balkon kamar Ayen. Sengaja, karena hanya kamar Ayen yang balkonnya menghadap samping, sementara kamar mereka---Ardan, Aresh dan Arkha---menghadap ke depan rumah.
Dari sini, ia bisa melihat rumah tetangganya yang juga ternyata punya balkon samping.
Saat tengah sibuk memikirkan masa lalu, pintu balkon di sebrang sana terbuka. Ardan membeku.
Gadis yang sedari tadi memenuhi pikirannya kini tengah tersenyum menatap langit malam. Ia memakai baju tidur dengan motif hello kitty yang membuatnya semakin terlihat manis.
Pikiran Ardan mendadak kosong saat Feli melakukan peregangan dengan mengangkat dua tangannya tinggi hingga membuat baju tidurnya ikut terangkat memperlihatkan perut ratanya. Mengekspos kulit putih mulus itu dengan bebas.
Bisa ia lihat wajah terkejut Feli saat pertama kali menyadari keberadaan dirinya. Gadis itu segera menurunkan tangannya.
"Loh, Idan? Sejak kapan di sana?"
Bagai tertangkap basah, Ardan yang sedari tadi menatapnya segera mengerjapkan mata linglung.
"Hah?" Dan malah bertanya dengan wajah cengo seperti orang bodoh. "G-gue sejak satu jam yang lalu---di sini."Kenapa orang gerogi selalu terlihat bodoh?!
"Ah gitu ya, bukannya itu kamarnya Ayen ya?" tanya Feli lagi.
"Iya sih, tapi di kamar gue lagi ada bang Arkha yang lagi belajar jadi gue ngungsi ke sini deh."
"Idan sini deh! Lihat, ujung balkon kita deket banget!" Satu hal yang Ardan lupa---Feli itu random mirip Arkha.
"Ini kalau mau ke kamar Ayen gue bisa loncat aja ya ke situ." Feli tertawa membuat Ardan terkekeh kecil.
Selain random, Feli juga lucu. Ardan lemah di depannya.
"Cewek jangan lompat-lompat nanti jatuh kakinya sakit."
"Loh bedanya sama cowok apa? Emang kalau cowok jatuh kakinya gak sakit?"
Ardan menatap gadis di hadapannya speechless. "Lo yakin udah sarjana, Jel? Kelakuan kaya anak TK gini."
"Heh! Jaga sopan santun lo ya, Idan! Gue lebih tua dari lo!"
Ardan manggut-manggut. "Iya Jelly, iya." Ardan ingin terus menyebut nama itu. Terasa manis seperti namanya, Jelly.
"Eh iya, Dan, bisa masangin gas gak?"
"Hah?" Lagi-lagi Ardan cengo.
"Masangin gas, Idan. Gue mau masak tapi gasnya abis." Feli tanpa sadar merengut lucu membuat Ardan sukses menahan nafas melihatnya. "Tadi gue udah beli gasnya di warung mas Lucas tapi katanya baru dianter besok padahal gue lagi pengen makan mie."
"Lo ... mau makan mie?"
Feli mengangguk beberapa kali.
"Ya udah, masak mie di sini aja. Gue masakin."
Mata Feli berbinar. "Serius?" Ardan yang tidak tahan dengan wajah menggemaskan gadis itu hanya bisa terkekeh.
"Iya serius, Jelly."
"Tapi gue males turunnya."
"Ngapain turun?"
"Ya buat ngambil mie di rumah nenek lah!"
"Gue anterin."
"Serius?"
"Eh tapi lo di rumah sendirian 'kan?" Ardan ingat kalau mamanya Feli sudah kembali ke Jakarta beberapa hari yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Keluarga DERREN [ SEGERA TERBIT ]
Teen FictionBangchan Areshta Derren harus kelimpungan mengurus ketiga adik nakalnya. Ia harus berperan sebagai kangmas, ayah sekaligus ibu untuk mereka setelah orang tua mereka meninggal lima tahun lalu. Aresh yang baru saja lulus kuliah harus menerima kenyataa...