42 - Kilas Balik
Pembalasan DendamHari itu, Ayen ikut mengantar kepulangan Nana ke rumahnya, ia meminta kangmas untuk menyewa dua perawat juga dua bodyguard untuk menjaga rumah Nana selama ibunya masih bekerja.
Awalnya ibunya Nana menolak, ia tak ingin merepotkan keluarga Derren, namun karena Ayen keukeuh ingin membantu, akhirnya ia tak mampu menolak, hanya sampai ia resign dari tempatnya bekerja.
Setelah hari itu, hidup Ayen berubah 180 derajat. Tak ada lagi Ayen si manis yang selalu ceria, yang terpampang di wajahnya hanya raut dingin juga senyum sinis. Ia hanya bersikap manis ketika bersama kakak-kakaknya, selebihnya ia hanya seorang gadis remaja yang hatinya dipenuhi dendam.
Penampilannya yang berubah drastis juga kabar bahwa kangmasnya adalah donatur utama sekolah jelas buat banyak siswa berlomba mendekatinya untuk mencari perlindungan juga kepopuleran dengan dalih berteman. Apa lagi sejak satu persatu orang-orang Kevin perlahan didepak dari sekolah dengan berbagai alasan.
Sekolah menutup mata hanya demi nominal angka yang siap meluncur dari rekening Aresh setiap kali mereka menuruti keinginan putri bungsu keluarga Derren.
Saat itu Aresh sangat memanjakan Ayen tanpa tahu apa yang diperbuat adik bungsunya di sekolah. Ayen tak pernah berniat menginjak siswa miskin namun ia tak ingin dekat-dekat dengan mereka. Ia tak ingin berteman dengan orang lemah.
Sebagai gantinya, Ayen harus rela berada dalam lingkup pertemanan orang-orang munafik.
"Mas, aku mau punya rekening pribadi dong!" pinta Ayen. Aresh yang hendak beranjak ke kamar menghentikan langkah.
"Rekening pribadi? Buat apa, Dek?"
"Aku mau pegang uang sendiri."
"Kan tiap hari juga pegang uang."
"Buat belanja, Mas. Masa belanja di mall pakai uang cash." Aresh mengerutkan kening.
"Tapi kamu 'kan belum ada KTP, Dek."
"Pakai KTP, Mas aja. Tapi nanti kartu debitnya aku yang pegang," sahut si bungsu santai buat kangmas mau tak mau mengangguk mengiyakan keinginannya.
____________________
Saat itu tepat 9 bulan setelah kejadian menyakitkan itu menimpa Nana. Ayen kembali menginjakan kaki di halaman rumah sederhana itu. Menatap lamat pintu coklat di hadapannya tanpa berniat mengetuk sekalipun.
Ceklek--
Pintu coklat itu tiba-tiba terbuka menampilkan perempuan paruh baya yang tengah tersenyum manis padanya.
"Mau jenguk Nana?"
Ayen terdiam sejenak sebelum kemudian menganggukan kepalanya kaku.
Dua minggu sekali, di hari minggu jam 8 pagi adalah waktu rutin bagi Ayen untuk menjenguk Nana. Jam 8 pagi Nana pasti sedang berjemur di halaman belakang setelah mandi pagi. Gadis itu tidak tersenyum apa lagi mengucap kata. Hanya diam merasakan hangatnya sinar mentari.
Ayen di sudut rumah hanya bisa diam menatap sahabatnya dari kejauhan. Ia tidak bisa mendekatinya karena Nana akan kembali menjerit histeris saat melihatnya. Nana akan kembali mengingat perlakuan Kevin setiap kali melihat wajahnya.
Tangan Ayen terkepal kuat. Memendam amarah yang belum bisa ia lampiaskan.
"Kamu pasti kangen sama Nana," ucap ibunya Nana seraya menyimpan secangkir teh di hadapan Ayen. Gadis itu mengangguk singkat. Tak bisa dipungkiri bahwa hatinya sakit. Ia rindu Nana, sahabatnya, penyelamatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Keluarga DERREN [ SEGERA TERBIT ]
Ficção AdolescenteBangchan Areshta Derren harus kelimpungan mengurus ketiga adik nakalnya. Ia harus berperan sebagai kangmas, ayah sekaligus ibu untuk mereka setelah orang tua mereka meninggal lima tahun lalu. Aresh yang baru saja lulus kuliah harus menerima kenyataa...