68 - Truth Or Dare?
Ayen duduk diam di kamarnya dengan tatapan kosong menatap layar handphone di genggaman. Otaknya melayang pada ucapan kangmas beberapa menit lalu yang memberitahu tentang mamanya Renjun. Alasan mengapa suara koko manis itu terdengar serak saat bicara di telpon dengannya tempo hari.
Mama Renjun ditangkap polisi dengan tuduhan perencanan pembunuhan sekaligus pelaku dari kecelakaan yang menimpa Nancy hingga membuat gadis itu meregang nyawa.
Dan kini ... Renjun harus menghadapi hari esok seorang diri. Tanpa seorangpun menemaninya. Hati Ayen kembali terenyuh membayangkannya. Ia pernah ada di posisi terpuruk kehilangan kedua orangtuanya, tapi ada tiga kakaknya yang selalu menyemangati. Sedangkan Renjun? Ia hanya seorang diri tanpa satu pun keluarga di sampingnya.
Ayen terlonjak kaget saat layar handphonenya kembali menyala, menampilkan notifikasi chat dari orang yang sedari tadi ia pikirkan.
Renjun
Aku udah pulang.
Baru sampe rumah.Ayen segera beranjak, mengambil kunci motor matic milik nenek lalu melesat pergi ke rumah Renjun.
_________________
Suara ketukan pintu bertubi-tubi membuat Renjun yang hendak beristirahat kembali membuka mata.
Dengan perasaan dongkol, koko manis itu segera beranjak membuka pintu dan siap memaki siapa saja yang ada di balik pintu sana. Namun belum sempat makiannya keluar, tubuhnya sudah lebih dulu terdorong mundur saat seseorang tiba-tiba menubrukan tubuhnya kencang.
Mata Renjun membola kaget. Dengan tangan yang menggantung di sisi tubuh, pemuda itu mencoba mencerna apa yang tengah terjadi. Kekagetannya semakin bertambah saat menyadari siapa yang kini tengah memeluknya erat.
"Jeara?"
"Gue 'kan udah bilang kalau ada apa-apa tuh cerita sama gue, Jun!" Gadis itu membentak, namun pelukannya masih tetap erat. "Lo punya gue buat ngebagi kesedihan dan kesulitan lo, sialan! Kalau lo cuman diem-diem aja, gue jadi ngerasa gak berguna sebagai teman!"
Perlahan tangan Renjun terangkat balas memeluk tubuh Ayen. Menyandarkan dagunya di bahu gadis itu, tanpa berniat menyela ucapannya.
"Lo harusnya bilang ke gue kalau lo lagi lagi ada masalah! Jangan dipendem sendiri!"
Helaan nafas kasar terdengar. Ayen hendak melepaskan pelukan, namun Renjun menahannya. "Biarin kaya gini dulu, sebentar aja."
Renjun memejamkan mata, menikmati usapan tangan Ayen di punggungnya. "Sepi banget sekolah tanpa lo, padahal kita cuman gak ketemu dua minggu."
Renjun tersenyum. Sudut hatinya menghangat mendengar celotehan Ayen. Merasa masih berharga dan masih dibutuhkan oleh orang lain.
Setelah beberapa saat, pelukan terlepas. "Lo udah bisa jalan?" tanya Ayen seraya memeriksa kaki Renjun.
"Udah kok, cuman agak susah buat duduk aja, kata dokter jangan sering ditekuk dulu." Ayen mangut-manggut. Gadis itu sadar Renjun hanya sendirian di rumah, jadi ia memutuskan untuk menemaninya sejenak.
__________________
Setelah kemarin Ayen datang merusuh ke rumahnya, hari ini Renjun kembali dikunjungi gadis itu. Kali ini tidak sendiri, ada Jihan dan Mia di sampingnya. Jangan lupakan dua sahabatnya, Haekal dan Jeno sebagai pengawal di belakang gadis itu.
Mereka datang menengok keadaannya sekaligus menemaninya yang hanya sendirian di rumah. Membunuh sepi yang sedari tadi melingkupi.
Mia membawa botol kosong yang ia temukan di dapur Renjun. Tersenyum cerah menghampiri Jeno yang sedang goleran di karpet ruang tengah hanya gulir-gulir layar handphone tanpa minat.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Keluarga DERREN [ SEGERA TERBIT ]
Novela JuvenilBangchan Areshta Derren harus kelimpungan mengurus ketiga adik nakalnya. Ia harus berperan sebagai kangmas, ayah sekaligus ibu untuk mereka setelah orang tua mereka meninggal lima tahun lalu. Aresh yang baru saja lulus kuliah harus menerima kenyataa...