85 - EPILOG
ARSEN DAN GREYSHIABeberapa tahun kemudian.
Bunyi alarm membangunkan Arkha dari tidur siangnya. Ia melirik ke samping dan mendapati kasurnya sudah kosong. Gemericik air dari kamar mandi membuatnya sadar kalau dua perempuan yang ia cari tengah berada di sana.
Awalnya Arkha ingin bergabung, namun ketukan di pintu membuatnya mengurungkan niat. Ia melirik jam dinding yang sudah menunjukan pukul 3 sore. Siapa yang bertamu sore sore begini ke rumahnya?
Ketukan di pintu kembali terdengar membuat Arkha segera turun dari ranjang.
"Bentar!" teriaknya malas. Ia berjalan menuju pintu dan dibuat mengernyit mendapati anak kecil berseragam SD berdiri di depan pintu.
"Sore papa Arkha!" sapanya ceria.
Arkha menguap lebar sebelum membalas sapaannya. "Sore Arsen. Kamu ke sini sama siapa?" Ia celingukan mencari orang lain yang mungkin datang bersama keponakannya.
"Sama ayah."
"Terus ayahnya mana?"
"Tuh, lagi nelpon. Barusan ada telepon jadi ayah angkat telepon dulu."
Bisa Arkha lihat kangmasnya yang sedang bertelepon di taman samping rumahnya. "Ya udah yuk masuk."
Tanpa menunggu Aresh selesai bertelepon Arkha segera membawa keponakannya masuk ke dalam rumahnya.
Arsen duduk di sofa dengan sopan. Ia tersenyum melihat wajah bantal pamannya yang terlihat masih mengantuk.
"Papa baru bangun bobo ya?"
"Iya nih, masih lumayan ngantuk juga sebenernya," jawab Arkha.
"Arsen ganggu ya? Maaf ya, Pa."
"Gak papa, Sen. Gak baik juga kelamaan bobo siang. Kamu ke sini mau main sama Grey 'kan?"
"Iya. Grey lagi bobo juga?"
"Enggak, lagi mandi sama mama." Arkha yang tadinya hendak kembali memejamkan mata kini menoleh. "Kamu baru pulang sekolah jam segini?"
"Enggak. Arsen udah pulang dari tadi tapi mampir dulu ke kantor ayah, terus sekarang mampir lagi ke sini. Papa enggak kerja ya?"
"Papa lagi gak enak badan jadi kerjanya dari rumah, Sen."
"Udah minum obat?" tanya anak itu perhatian. Arkha tersenyum lalu mengangguk.
"Udah tadi, ini sekarang udah enakan lagi badannya."
Tidak lama kemudian pintu kamar terbuka. Keduanya menoleh dan mendapati buntalan handuk yang tengah berlari keluar kamar.
"Grey, pake baju dulu, Nak!" Suara Jihan terdengar. Tapi si anak tak mendengarkan dan malah berlari menjauh.
"Grey, jangan lari nanti jatuh." Arkha ikut bersuara.
Mendengar suara papanya, Greyshia yang baru berusia tiga tahun itu seketika berhenti. Bibirnya tersenyum lebar saat menyadari keberadaan Arsen di samping papanya.
"A Acen!"
"No! Kamu belum bedakan, belum pakai baju gak boleh deket-deket A Acen!" cegah Arkha menghalangi sang anak agar tidak memeluk Arsen.
"Papaaa~" Grey merengek ingin memeluk kakaknya.
"Pakai baju dulu baru boleh peluk-peluk. Masa A Acen pakai baju, Grey cuman handukan doang? Emang gak malu? Kalau papa sih malu ya."
Grey merengut tapi kemudian kembali tersenyum saat kakaknya ikut bicara.
"Sana dede pakai baju dulu sama mama, kalau udah pakai baju nanti kita main mobil-mobilan."
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Keluarga DERREN [ SEGERA TERBIT ]
Ficção AdolescenteBangchan Areshta Derren harus kelimpungan mengurus ketiga adik nakalnya. Ia harus berperan sebagai kangmas, ayah sekaligus ibu untuk mereka setelah orang tua mereka meninggal lima tahun lalu. Aresh yang baru saja lulus kuliah harus menerima kenyataa...